Mantan Nyebelin
Bagian 4 : Siluman Es
Aku keluar dari mobil dengan tampang dongkol, mengobrol dengan es batu bikin lapar, serasa pengen makan orang.
"Pulang sekolah gak usah dijemput, gue mau pergi belajar kelompok," ucapku saat Faiz yang hendak tancap gas.
"Maaf, kata Pak Aldi saya harus jemput kamu," ucapnya datar.
Ya ampun, belum sempat menjawab, mobil hitam itu sudah keburu pergi. Ah, sifatnya lebih dingin dari Bang Aldi.
"Hey, kok bengong aja? Ayo, masuk!" Kak Raka menyapaku dengan membuka kaca mobil silvernya.
Pria putih tinggi itu membuka pintu mobilnya dan mengajakku masuk.
"Duh, Kak ... udah sampai sekolah juga," bantahku sambil menahan tawa.
"Ayo, deh!" Dia masih ngotot.
Akhirnya aku menurut juga, naik mobilnya hingga berhenti di parkiran yang berada di sisi kanan sekolah.
Kak Raka membukakan pintu mobilnya untukku, lalu menggandeng tangan ini dengan mesra. Aku sangat meleleh dengan perlakuannya.
Usai sarapan di kantin bersamanya, dia mengantarku ke kelas.
"Belajar yang rajin, ya! Istirahat nanti temani Kak Raka ke perpus, ya!" ucapnya sambil melepas tanganku.
"Oke, Kak," jawabku sambil tersenyum bahagia.
Aku masuk ke kelas dengan hati riang dan langsung duduk di samping Amelia.
"Eh, lo dah jadian ya ama Kak Raka?" todong Amelia dengan suara setengah berbisik.
Aku tersenyum lalu menjawab, "Mungkin gak lama lagi."
"Tapi, kok ... udah mesra gitu?" Amelia melotot.
"Sttt!!!" Segera kututup mulut Amelia. "Jangan keras-keras kenapa?" ujarku sambil mengerutkan dahi melihat Allan melintas di sampingku lalu duduk di kursinya.
Seperti biasa, tatapan si mantan nyebelin itu selalu dingin kepadaku. Pelajaran jam pertama dimulai. Saat sedang asyik menyimak pelajaran kimia yang bikin otakku panas, kursi ini seperti digoyang dari belakang.
"Apa sih?" Aku melirik jengkel cowok rambut acak-acakan itu.
"Pinjam pulpen, Ndut!" ujarnya.
Aku menghela napas lalu mengambil sebuah pulpen dari tempat tempat pensil.
"Bisa gak sih jangan panggil gue 'Ndut'?" Kuletakkan pulpen berwarna pink di depannya.
"Gak bisa!" jawabnya ketus.
"Nyebelin!" gerutuku mulai jengkel.
"Kok pink sih, Ndut? Gak ada yang warna lain?" Dia malah mempermasalahkan warna pulpenku dengan nada jengkel pula.
"Gak ada. Kalo gak mau, sini balikin!" Aku mencoba merampas pulpen itu dari tangannya.
"Ya udah. Sana lo ngadap ke depan! Pak Rahmat melototin lo tuh!" ujar Allan dengan menundukkan kepala, berpura-pura sedang membaca buku.
"Aline, coba kamu kerjakan soal nomor 1!" perintah Pak Rahmat dengan suara lantang.
Ya ampun, habislah aku. Kutelan ludah yang terasa tersangkut di tenggorokan.
"Cepat maju ke depan kelas!" ujarnya.
Aku meringis sambil menggaruk kepala dengan bingung melihat soal di papan tulis. Sumpah, otak gue buntu. Dengan langkah gontai, aku maju ke depan kelas.
"Maaf, Pak, saya gak bisa ngerjain soal itu," ucapku pelan.
"Makanya, jangan ngobrol terus! Saya menjelaskan materi pelajaran, kamu malah asyik ngobrol gak jelas sama si Allan," omel Pak Rahmat dengan berang.
Sumpah, aku malu banget dengan kejadian ini. Semua gara-gara Allan, dia hanya menahan senyum saat aku kembali ke mejaku. Sial, makin nyebelin aja tuh mantan.
Jam istirahat pun tiba, Kak Raka sudah menantiku di depan kelas. Sesuai janji, aku menemaninya ke perpustakaan. Aku duduk di bangku panjang yang terdapat di tengah-tengah ruangan, sedang Kak Raka mencari buku di rak yang berjejer di sisi kanan dan kiri ruangan ini.
Ponselku bergetar, ada sebuah pesan yang masuk.
[Pulang sekolah jangan lupa, kita mau belajar kelompok di rumah lo!]
Ah, Allan lagi. Gak bisa apa dia gak bikin hidup gue gak tenang begini.
[Gue sibuk, kalian bertiga aja yang ngerjain.]
[Oke, tapi nama lo gak kami masukin makalah.]
[Eh, jangan!]
[Terus?]
[Oke, kita belajar di rumah gue.] Balasku akhirnya.
"Aline .... " Suara Kak Raka mengagetkanku.
"Ah, iya, Kak. Apa?" Aku tergagap.
"Dari tadi Kakak panggilin gak dengar, ya? Sibuk chat sama siapa sih?" todong Kak Raka dengan nada jengkel.
"Eh, anu ... itu .... "
"Sini ponselnya, Kak Raka mau lihat isi chat kamu," ucap Kak Raka sambil mengulurkan tangan.
Aku menghela napas dan memberikan ponselku padanya Kak Raka. Periksa aja, gak ada chat yang aneh-aneh kok. Aku sedikit dongkol.
"Siapa dinosaurus ini?" tanyanya pelan sambil menunjuk chat tadi.
"Teman di kelas, Kak," jawabku.
"Kok di kasih nama dinosaurus?"
"Eh, itu .... "
"Kalau lagi sama Kakak, jangan sibuk ama ponsel, ya!"
"Eh, maaf .... "
"Kak Raka gak suka, jangan ulangi lagi!"
"Hmmm .... "
Aku memutar bola mata, mulai jengah diintrogasi begini. Bel tanda masuk berbunyi, segera kusambar ponsel di tangan Kak Raka lalu berlari keluar dari perpustakaan.
Wuh, Kak Raka mulai nyebelin. Aku menggerutu dalam hati mengingat tingakahnya tadi.
*********
"Ini alamat rumah gue, kalian duluan aja! Gue masih nunggu jemputan," ujarku pada Allan, Amelia dan Farhan.
Amelia dan Farhan mengangguk lalu berlalu dengan kendaraannya masing-masing.
"Calon suami lo tahu kali kalo lo selingkuh, makanya gak dijembut," ejek Allan.
"Kepo amat!" jawabku ketus.
"Bareng gue aja, ayo deh!"
"Nggak! Kalian duluan aja ke rumah gue!"
"Ya udah, oke deh." Allan berlalu dan meninggalkanku di depan sekolah.
Tiga puluh menit kemudian, barulah mobil jemputanku datang. Aku langsung masuk dengan tampang masam.
"Maaf, tadi ban mobil bocor. Jadi harus ke bengkel dulu," ujar Faiz seolah tahu apa yang mau kukatakan padanya.
"Gue lapar, tanggung jawab kalo sampai mag gue kambuh," ucapku dongkol sambil melipat tangan di dada.
"Ya sudah, kita mampir makan siang dulu," jawab Faiz sambil membelokkan mobilnya ke sebuah restoran.
Kini kami duduk berhadapan, ia menyodorkan daftar menu kepadaku. Aku segera menyebutkan nama makanan dan minuman yang ingin kumakan. Taklama kemudian pesanku tiba di meja. Akan tetapi, hanya makananku saja, es batu malah tak memesan apa pun.
"Ayo, buruan dimakan!" ucapnya datar.
"Mas Faiz gak pesan makan?" tanyaku sedikit mengerutkan dahi.
"Kamu saja yang makan, saya tidak lapar," jawabnya sambil sibuk dengan ponsel.
Aku menghela napas lalu mulai menikmati makanan. Namun, aku sedikit merasa tak nyaman sebab pria es batu di depanku tak makan apa pun. Sepertinya dia memang siluman es deh, buktinya dia tak bisa makan dan minum.
"Udah selesai belum?" tanya siluman es mengagetkanku.
"Oke, udah. Ayo pulang!" jawabku sembari bangkit.
Setelah membayar bill makananku, kami kembali ke mobil dan ia mengantarku pulang.
"Makasih," ucapku sambil keluar dari mobil ketika sudah sampai di depan rumah.
Silaman es menjawab ucapan terima kasihku dengan anggukan kepala.
Ketika membuka pintu pagar, tiga pasang mata menyambutku dengan berang. Astaga, aku lupa kalau ada janji belajar kelompok ama mereka. Aku meringis dengan sambil memaksakan senyum.
Bersambung .....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 143 Episodes
Comments
Eliawati Xiaomi
kamu siapa sih Thor
jadi kepo dech
jangankan tetanggaan kitanya
2021-08-19
1
Syahfitri Selamet
hahaha ndut
2020-10-20
1
Syahfitri Selamet
ndut
2020-10-20
1