Mantan Nyebelin
Bagian 19 : Ancaman Mantan
[Di mana, Sayang? Udah pulang dari fithing bajunya?] Sebuah pesan masuk ke ponselku.
Aku tersenyum senang dan langsung mengetik balasan.
[Udah, Kak. Ini lagi di kamar aja.]
[Kangen nih. VC yuk!]
[Iya, mau 😍]
Beberapa detik kemudian, wajah cakep bikin gemas Kak Rakaku tersayang sudah menghiasi layar ponsel. Ia sedang duduk bersantai di depan kolam renang.
"Hay, lagi apa?" sapanya lembut.
Aku terbaring di tempat tidur sambil menatap wajahnya yang gak pernah bikin bosan itu. Yeah, cinta memang bikin gila, bikin hati selalu menggelora dan bahagia.
"Lagi kangen ama Kak Raka nih," jawabku manja.
"Hemmm .... " Kak Raka tersenyum.
"Capek nih, Kak. Aline baru setengah jam lalu baliknya."
"Oh, ya? Ke mana aja, Sayang?"
"Abis fithing baju, makan siang sama Keluarga calon Kakak ipar."
"Kalau capek, istirahat aja!"
"Ini udah istirahat, baring-baring sambil teleponan sama pacar."
"Hmmm .... "
"Emang maunya Kak Raka ngomong apa?"
"Bilang I love you kek .... " Aku menahan senyum.
"I love you, Sayang. Jangan pernah tinggalin Kakak ya! Kak Raka sayang banget sama Aline," ujarnya dengan raut wajah serius.
Ya ampun, aku makin klepek-klepek, kelelep dan panas dingin.
"I love you too, Kak .... " balasku dengan wajah memanas.
Hemmm, Kak Raka, andai kita tak terpisah jarak, aku pasti udah meluk kamu dan bermanja riang di dekapmu, Sayang. Namun, ancaman Allan kembali terngiang di kepala.
"Awas lo, jangan macam-macam sama Raka kalo gak mau gue sebar foto ini!" Kalimat itu serasa alarm di antara kisah cintaku bersama Kak Raka.
Ah, dasar mantan nyebelin! Gak bisa apa kalau gak bikin hidupku gak susah? Andai waktu bisa diputar kembali, aku gak akan mau download game yang mempertemukan kami itu. Iya, berawal dari sering ketemu di aplikasi game itu dan main bareng, lalu chat dan bertukar nomor WhatsApp. Yeah, kenangan tak indah ini gak boleh diingat lagi.
*********
Di sekolah, aku sudah tak sabar menanti bel istirahat berbunyi soalnya sudah kangen setengah mati dengan pacar. Iya, pacar, Rakazio Altara. Hemmm, hati jadi berbunga-bunga kala terbayang senyuman itu, sebuah senyum yang dapat meluluh lantakan hati ini.
"Woy, Ndut, pinjam pulpen!" bisik Allan dari belakang.
Astaga, dikira aku ini agen pulpen apa? Hampir tiap hari pinjam pulpen, dah gitu gak pernah dikembalikan juga.
"Gak ada!" Aku melotot garang padanya.
"Ya elah, sama suami sendiri pelit amat!" balasnya lagi sambil menggoyang kursiku dengan ujung sepatunya.
"Wusss, jaga ucapan lo!" Kuacungkan jari telunjuk padanya.
"Udah deh my wife, jangan galak-galak amat ama gue. Atau mau gue sebar foto prewed kita," bisiknya lagi.
Amelia menyenggol pundakku lalu berkata, "Line, Bu Diah ngeliatin lo mulu tuh. Udahan deh berantemnya!"
Aku menghela napas lalu melanjutkan tugas Fisika dari guru bertubuh montok itu. Tak kuhiraukan Allan yang masih menggoyang kursi dari belakang.
"Bu Diah .... " panggil Allan dari belakang.
"Ya, Allan Dirga, ada apa? Ada soal yang kurang jelas?" Bu Diah membenarkan letak kacamatanya.
"Pulpen saya diambil Aline, Bu," jawab Allan lagi.
Ya ampun, apaan sih si dinosaurus, main fitnah sembarangan. Maunya apa, coba?
"Nggak, Bu, Allan bohong .... " sanggahku.
Bu Diah turun kursinya dan menghampiri kami.
"Aline, segera kembalikan pulpen Allan!" ucapnya tegas.
Ya elah, kok jadi gini? Aku melototi Allan yang cengengesan sambil tersenyum mengejek ke arahku.
Kutarik napas dan enggan menghembuskannya lagi. Kuambil pulpen di atas buku dan memberikannya kepada si donisaurus itu.
"Puas lo!" ketusku.
"Terima kasih, My wife .... "
"Berhenti manggil gue seperti itu!"
Allan tertawa puas dan berujar, "Jadi, lo lebih senang dipanggil 'Ndut', ya?"
"Nggak dua-duanya! Jangan pernah manggil nama gue lagi!" Aku menatapnya sinis.
Allan hanya tertawa sambil menggigit pulpen dariku, sambil pamer lesung pipi. Ih, makin detik makin nyebelin aja.
Bel istirahat berbunyi, Amelia sudah tak sabar menungguku di depan pintu kelas.
"Buruan, Line! Entar kantin keburu ramai," rengeknya dengan tampang gusar.
"Lo duluan aja deh, gue lagi nunggu balasan pesan," jawabku sambil menunjuk ponsel yang kusimpan di saku baju.
Amelia berlalu. Aku beranjak bangkit, lalu si dinosaurus nyebelin malah sengaja menyenggol bahuku dengan keras saat ia lewat di samping.
Allan tersenyum sinis saat melihatku mengaduh sakit. Ya ampun, dia mau apalagi? Belum puas juga bikin Bu Diah memarahiku tadi.
"Allan! Kok makin rese gitu deh!" ketusku lalu mendorong bahunya dengan kasar.
"Sorry, My wife, gue gak sengaja. Mana yang sakit? Sini gue tiupin!" Ia cengengesan sambil mengelus bahuku.
"Aline!" Tiba-tiba Kak Raka sudah berdiri di depan pintu kelas. Ia menatap tak senang ke arah kami.
Aku menepis tangan Allan dan melangkah menghampiri sang pujaan hati.
"Awas lo, jangan macam-macam kalo gak mau gue sebar nih foto!" bisik Allan saat ia melewatiku bersama Kak Raka di depan pintu.
Cepat-cepat kutarik Kak Raka menjauh dari kelas, semoga ia tak mendengar ucapan si mantan nyebelin itu.
Kak Raka mengajakku duduk di taman sambil menikmati bekal makanan yang dibawanya.
"Enak, Sayang?" tanyanya setelah menyapiku nasi goreng terlezat itu.
Aku mengangguk senang lalu berkata, "Enak banget. Kak Raka yang masak?" Mata ini menatap penuh cinta sang pangeran tercinta.
Kak Raka membalas senyumku dan menjawab, "Bunda yang masak."
"Hmm, pantas saja enak, kirain Kakak yang masak .... " Aku menahan senyum.
"Eh, jangan salah, ya ... Kak Raka juga bisa masak loh .... "
"Yeee, masak apa, coba?"
"Masak air, heheee .... " Kak Raka tertawa.
Aku mencubit pinggang Kak Raka dan dibalasnya dengan memelukku dari samping. Kami saling tatap untuk beberapa saat. Kak Raka meraih daguku. Ya ampun, apa bakal di kiss ya gue? Aku jadi deg-degan.
Baru saja Kak Raka hendak mendekatkan bibirnya pada bibirku, sesuatu malah mengenai dahinya.
"Awww .... " Kak Raka terkejut, begitu juga aku. Batal deh dapat kiss, aku kecewa.
Kak Raka memegang kerikil yang mengenai dahinya sambil celingukan ke kanan dan kiri, mencari pelaku pelemparan.
"Sakit, Kak?" Kuelus dahi Kak Raka yang terlihat memerah.
"Gak kok, Sayang. Cuma ... Kak Raka penasaran saja, siapa pelakunya ini?"
"Ya sudahlah, yang penting pacar Aline gak kenapa-kenapa," ujarku sambil memeluk cowok agak kurus itu.
Kak Raka mengelus kepalaku dengan kasih sayang dan mencium dahi ini.
"Yang tadi dipending dulu, ya, Sayang. Entar pulang sekolah aja," bisiknya.
Ya ampun, aku malu banget. Wajah ini sudah pasti merona seperti kepiting rebus. Aku tersipu. Namun tak jauh dari tempat kami sekarang, terlihat Allan sedang membalikkan tubuhnya lalu melangkah menjauh. Sesekali ia menoleh ke belakang dengan tatapan sinis. Wuhh, ternyata ini ulah mantan nyebelim itu. Kurang kerjaan banget sih, pakai acara nguntit gini. Aku mengepalkan tangan dengan geram.
Bel masuk berbunyi, Kak Raka menggandeng tangaku menuju kelas. Viona dan Sinta terlihat bisik-bisik melihatku bergantengan tangan bersama Kak Raka, mereka terlihat sangat tidak senang.
Yah, terlihat sebagai pasangan teromantis, ya wajarlah ada yang ngiri. Semoga mereka tak merencanakan hal buruk lagi padaku.
"Kak Raka ke kelas dulu, ya. Aline belajar yang benar! Jangan melamunin Kak Raka melulu!" ledeknya sambil mengelus pipiku.
Kulambaikan tangan pada Kak Raka, lalu masuk ke kelas.
"Udah gue bilang jangan macam-macam! Kalo masih ganjen, gue sebar ini foto," bisik Allan ketika aku duduk di kursi sembari memperlihatkan ponselnya yang menjadikan foto itu sebagai wallpaper.
Aku menatap sinis cowok tengil yang sedang tersenyum penuh kemenangan, ingin rasanya jambak-jambak rambut yang selalu berantakan itu.
Bersambung ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 143 Episodes
Comments
Hsyahrul Marosa
ngakak terus
2021-01-18
1
Sahla Sabilla
masa muda masa2, indah di sekolah.
2020-10-15
1
Azizah Ardiana
alay bnget si raka pacaran nya😂
2020-07-26
6