Buah Dari Kebaikan

JakartaPost.com – Jaksa Penuntut Umum (JPU) telah membacakan tuntutannya terhadap anak pengusaha terkenal Kusumadewa yakni Richard Kusumadewa pada hari ini, Rabu (15/2) di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Jaksa menuntut laki-laki yang akrab disapa Icad itu dijatuhi hukuman 12 bulan rehabilitasi.

’’Menjatuhkan hukuman kepada Richard Kusumadewa bin Kusumadewa untuk menjalani pengobatan atau perawatan melalui rehabilitasi selama 8 bulan di Balai Rehabilitasi BNN Lido,’’ kata  Jaksa membacakan tuntutannya di Pengadilan Negeri Depok Jawa Barat.

Jaksa menilai Richard Kusumadewa melanggar Pasal 127 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Jaksa mengenakan pasal lebih ringan hanya mengenakan Pasal 127. Sementara dalam dakwaan, Icad sempat didakwa dengan Pasal 114 subsider Pasal 112 Ayat 1 jo Pasal 127 Ayat 1 tentang Narkotika.

Sony Hartawan, pengacara Richard Kusumadewa menyambut positif tuntutan yang dibacakan Jaksa dengan memberikan tuntutan rehabilitasi. Namun Icad masih berharap hukuman rehab dengan tenggat waktunya dapat lebih singkat. Dia dan pengacaranya pun akan menyampaikan nota pembelaan dalam sidang lanjutan pekan depan. ’’Kami berharap bisa turun dari tuntutan jaksa. Kami akan mengupayakan yang terbaik untuk Icad,’’ ungkap Sony Hartawan.

Seperti diketahui, Richard Kusumadewa diamankan petugas kepolisian bidang narkoba Polda Metro Jaya di depan salah satu club mewah di bilangan Jakarta Selatan pada 15 Januari 20xx.  Dari tangan Icad, polisi mengamankan barang bukti berupa dua paket sabu yang tersimpan di klip plastik berukuran kecil. Satu klip plastik memiliki berat 0,66 gram, sementara satunya lagi beratnya 0,43 gram. (*)

Berita di salah satu koran di Jakarta membuat Richard down. Namanya kini sudah semakin jelek saja, bahkan nama baik Papanya pun ikut jelek karenanya.

Masih terlintas jelas di benak Richard saat Ia harus duduk di kursi pesakitan. Dengan pandangan hakim dan jaksa serta saksi yang menatapnya seakan siap mengeksekusi.

Tubuhnya masih sakaw. Tak mengkonsumsi sabu beberapa hari memberikan efek negatif dalam tubuhnya. Wajahnya pucat dan tangannya gelisah. Saling menautkan jari satu sama lain.

Saat seorang jaksa mengajukan tuntutan rehabilitasi, Ia tak bisa menyembunyikan kegembiraannya. Ia bisa terbebas dari bui, meski harus menghabiskan waktu di panti rehabilitasi.

Richard ingat betul nama Jaksa Penuntut Umum yang mendakwanya. Hartono Cipto Dewo. Nama yang terdiri dari 3 suku kata berhasil terekam di memorinya yang sedang sakaw tersebut.

Richard merasa mendapat kesempatan kedua saat itu. Bayangan kehidupan di penjara membuatnya takut setengah mati, namun saat Ia ternyata didakwa dengan rehabilitasi Ia merasa sedikit tenang.

Richard merasa dirinya seperti mimpi. Di hadapannya kini berdiri Jaksa Hartono Cipto Dewo, jaksa yang dulu amat dikaguminya. Jaksa yang Ia cari keberadaannya namun sudah sudah dipindah tugaskan.

****

Richard

Wajah Jaksa Hartono yang amat kukenal meski saat itu sedang sakaw berat tak berubah sama sekali. Kumis tipis diatas bibirnya dengan dua warna yakni hitam dan warna uban, sama dengan warna rambutnya yang senada.

Aku tak pernah menyangka akan bertemu lagi dengan Jaksa Hartono yang dulu sempat aku cari keberadaannya. Setelah aku request tambahan setahun rehabilitasi mandiri, aku bebas dan mencari keberadaan Jaksa Hartono.

Aku ingat pernah membawa sebuah parsel buah dan kue untuk mengucapkan rasa terima kasih padanya. Namun niat baik tak selamanya berbuah baik, karena Jaksa Hartono ternyata dipindahtugaskan. Membuatku merasa bersalah, apa karena aku Ia dipindahkan?

Aku dan Jaksa Hartono saling tatap sebelum Ia akhirnya menyadari siapa aku.

"Kamu?"

Aku mengangguk dan menyunggingkan seulas senyum. "Assalamualaikum, sehat Pak?" aku berusaha bersikap ramah.

"Waalaikum salam." Pak Hartono melihatku dari ujung kepala sampai ujung kaki. Seperti sedang menilaiku.

"Pa... Ma..." Adel mencium tangan Pak Hartono dan istrinya.

Jadi, Adel adalah anaknya Pak Hartono? Yang benar? Kenapa dunia sesempit ini ya?

"Jadi, laki-laki yang tadi bersama kamu.... dia?" tanya Pak Hartono dengan suaranya yang berat.

"I...Iya, Pa." jawab Adel takut-takut.

"Sudah, bicaranya di dalam saja. Ayo masuk! Adel ajak teman kamu masuk ke dalam." Mamanya Adel mencairkan suasana.

Aku hendak masuk ke dalam rumah, tapi Pak Hartono masih belum bergerak sedikitpun. Seakan tak mempersilahkan aku untuk masuk ke dalam rumahnya.

"Pa." tegur istri Pak Hartono, menyadarkan suaminya yang masih menatapku.

Pak Hartono pun bergeser dan memberiku jalan. Aku mengikuti Adel masuk ke dalam rumah.

"Duduklah. Aku ambilkan minum dulu." Adel dan Mamanya masuk ke dalam rumah.

Aku duduk di ruang tamu yang terlihat bersih dan adem tersebut. Ada foto keluarga disana. Pak Hartono kompak memakai baju batik. Adel berdiri diantara kedua orang tuanya yang duduk. Mereka bertiga tersenyum ke arah kamera.

Adel masih berisi saat itu, belum kurus seperti sekarang. Sepertinya diambil saat Adel masih kuliah. Rambut Adel bahkan dulu diwarnai kecokelatan.

Senyum Adel terlihat tulus bahagia. Tak ada behek dan softlense kayak anak gaul kebanyakan. Sederhana namun tetap memancarkan kecantikannya.

Di sudut ruangan terdapat lemari berisi piala dan piagam penghargaan yang Adel pernah dapatkan. Rupanya anak itu cerdas juga.

Mataku kembali menyapu foto saat Adel wisuda. Ada dua foto bersama kedua orang tuanya. Foto pertama memakai toga dan kedua memakai kebaya.

Kupikir Adel hanya make up an saat bekerja, itu pun make up tipis minimalis. Saat wisuda Ia di make up dan terlihat manglingi. Cantik sekali.

Entah beberapa kali aku memuji kecantikan Adel. Entah kecantikannya menurun dari siapa. Tak mungkin dari wajah Pak Hartono yang galak itu. Mungkin dari Mamanya yang cantik dan ayu?

"Ehem!" Pak Hartono berdehem sebelum duduk di depanku. Dari posisinya kini Ia bisa melihatku secara langsung, tepat segaris lurus.

Aku menunduk hormat. Namun aku baru menyadari kalau Pak Hartono menatapku dengan tatapan tak suka. Apa Ia beneran enggak suka sama aku ya?

"Kamu tadi habis ngapain sama Adel?"

"Oh itu... Habis olahraga, Pak eh Om."

"Olahraga dari mana?" selidik Pak Hartono.

"Kita berdua jalan santai, Om. Dari Bunderan Senayan sampai Bunderan HI." jawabku jujur.

"Udah sering olahraga bareng?"

"Belum, Om. Baru pertama kali."

Tampaknya Pak Hartono tak mempermasalahkan aku mau memanggilnya apa. Mau Om atau Pak tak masalah. Aku lebih memilih memanggilnya Om saja. Pengennya sih langsung manggil Papa. Semoga... semoga....

"Kamu sudah lama kenal Adel?" pertanyaan yang menginterogasi. Mungkin karena pekerjaannya Pak Hartono yang terbiasa menginterogasi orang. Bertanya pun terlihat seperti menginterogasi orang.

"Kenal sudah beberapa bulan lalu, Om."

"Kenal dimana?" Pak Hartono melipat kedua tangannya di dada. Tatapannya masih tertuju padaku. Layaknya seorang tersangka sedang diinterogasi.

"Kenal waktu tugas di luar kota, Om. Kebetulan stand saya sebelahan sama Adel. Dan ketemu lagi saat nikahan sahabatnya Adel, Maya."

"Kalian sudah berpacaran belum?"

"Mm... Belum, Om. Aku enggak mau pacaran, Om. Aku mau langsung berhubungan serius." Aku memasang wajah serius. Ini kesempatanku mengungkapkan isi hati dan tujuanku. Kalau aama anaknya sulit, mungkin Papanya lebih mudah.

Om Hartono menyunggingkan sebelah senyumnya. "Cih... Belum lama kenal sudah mau berhubungan serius. Selain Adel, siapa cewek lain yang kamu gombalin kayak gitu?"

Dari nada suaranya sepertinya Pak Hartono tidak menyukai ideku mengajak Adel serius. Aura di sekelilingku pun mulai berubah. Mulai serius dan tegang.

"Baru Adel seorang, Om. Sebelumnya saya tidak pernah mengajak untuk serius." ternyata aku salah ngomong. Jawabanku hanya menjadi bumerang untukku.

"Oh... Jadi sebelumnya cuma having fun aja ya. Banyak dong yang kamu ajak having fun?" nada suara Pak Hartono terdengar amat sinis.

"Dulu mungkin iya, tapi setelah saya menjalani rehab, saya mau mengubah hidup saya jadi lebih baik lagi." aku berkata jujur, terserah akan menjadi bumerang atau malah menjadi penolong nantinya.

"Rehab? Richard pernah di rehab?" Mamanya Adel yang datang bersama Adel yang memegang nampan berisi sirup kaget dengan perkataanku barusan.

Adel santai saja menaruh minuman di depanku dan Papanya lalu ikut duduk di ruang tamu.

"Iya. Richard ini yang membuat Papa dipindah-tugaskan selama dua tahun di Semarang. Karena mendakwa dia terlalu ringan."

Terdengar ada nada amarah dalam perkataan Pak Hartono. Benarkah Ia dipindahkan karena aku? Kalau begitu pasti Pak Hartono akan membenciku dong?

Sikap optimisku perlahan memudah. Berganti dengan datangnya sikap pesimis. Belum apa-apa jalan panjang dan terjal sudah aku dan Adel hadapi. Eh bukan Adel sih, tapi aku.

Aku melirik ke arah Adel yang santai saja. Tidak memperjuangkan hubungan kami seperti yang aku lakukan.

Ada kekecewaan yang melingkupi perasaanku. Kenapa aku yang berjuang sendiri? Segitu tak mengharapkan aku untuk jadi suaminya kah?

Baru kali ini aku merasakan berjuang untuk seorang perempuan sampai sebegininya. Dulu waktu Lidya perjuanganku tak seperti ini. Hanua bertengkar dengan Leo saja sampai Leo pindah kampus. Di depan Lidya sih aku biasa saja.

Apa aku terlalu terburu-buru untuk mempersunting Adel? Apa aku seharusnya mengikuti pesan yang Leo berikan?

"Apa benar Pa?" tanya Mamanya Adel tak percaya.

"Kamu baca saja sendiri beritanya. Masih ada kok rekam jejak digitalnya."

"Jadi, dia mantan pemakai narkoba Pa?" Mamanya Adel kini menatap ke arah Adel yang biasa saja tanpa rasa khawatir sama sekali. "Benar kamu menjalin hubungan dengan laki-laki macam ini?"

Macam ini? Maksudnya apa? Maksudnya macam pemakai obat kayak aku?

Aku menatap ke arah Adel. Berharap Ia akan membelaku setidaknya sekali di depan kedua orang tuanya. Bilang kalau Ia cinta aku kek. Apa kek. Yang penting menambah nilai plus aku di depan kedua orang tuanya.

"Richard dan Adel hanya teman saja, Ma... Pa. Tadi kami lagi olahraga saat Papa menelepon dan memaksa Adel pulang sekarang juga."

Aku seperti terjatuh ke dalam jurang yang dalam. Sendirian tanpa ada yang menolong. Bahkan adel yang kuharapkan akan menolong justru bersikap acuh.

"Oh jadi kalian hanya berteman saja toh? Mama pikir kalian pacaran. Kalau hanya berteman saja sih Mama bisa tenang." Mama Adel pun tersenyum. Senyum diatas luka yang baru saja hadir di hatiku.

"Silahkan diminum, Cat. Oh iya, terima kasih atas bingkisannya dan terima kasih sudah mengantar Adel pulang." basa basi yang intinya mengusirku secara halus.

"Iya." aku tak berniat minum sedikit pun di rumah ini. "Aku pamit pulang dulu Om, Tante."

"Loh, enggak diminum dulu?" tanya Mamanya Adel berbasa-basi.

"Tadi sudah minum di jalan. Makasih." aku menatap Adel yang kini merasa tak enak padaku. "Aku pulang dulu, Del."

"Biar aku antar."

Setelah bersaliman pada Papa dan Mama Adel aku pun melangkah keluar. Adel mengikutiku dalam diam.

"Cat," Adel memanggilku saat aku membuka pintu mobilku yang terbuka ke atas bukan ke samping seperti mobil lain.

"Maaf."

Tanpa menjawab apapun aku masuk ke dalam mobil dan pergi secepatnya dari rumah Adel. Aku memukul-mukul stir mobil dengan kesal. Meluapkan rasa kesal dan malu yang begitu membuncah.

Minggu sore, cuaca cerah namun tidak secerah suasana hatiku. Seakan ditolak saja tidak cukup, aku pun dipermalukan di depan keluarganya sendiri.

****

Adel

Saat Richard ngotot mau ke rumah dan melancarkan niatnya berbicara sama Mama dan Papa aku merasa ini semua salah.

Aku memutar otakku. Harus dibatalkan niatnya bagaimanapun caranya.

Wajah terkejut Papa dan Richard menandakan kalau mereka saling mengenal sebelumnya. Membuatku dengan cepat browsing mencari tahu tentang masa lalu Richard.

Ada yang terlewat dari browsingku waktu itu. Aku hanya tau Richard akhirnya di rehabilitasi. Tapi aku belum tau berita sebenarnya.

Aku mendapati berita dua tahun silam. Terpampang nama Papa sebagai Jaksa Penuntut Umum yang mengusulkan Richard di rehabilitasi.

Aku ingat sekali saat Papa pulang dari kantor dengan wajah kesal dan marah. Kalimat umpatan keluar dari mulutnya beserta sumpah serapah.

"Sialan! Karena dakwaan terlalu ringan malah aku yang kena imbasnya!"

"Imbas kenapa, Pa?" tanya Mama yang langsung menghampiri Papa yang melempar jasnya ke sembarang tempat.

"Aku dimutasi ke luar kota. Semarang. Sampai batas waktu yang tidak ditentukan."

"Loh kok bisa?" tanya Mama yang tak kalah terkejut.

"Itu gara-gara anak pengusaha terkenal make narkoba. Aku mendakwa sesuai kebutuhan. Tuh anak lagi sakaw, kalau dimasukkin sel bukannya sembuh bisa makin parah. Aku mengusulkan rehab eh dari pihak lawan bisnis Papanya enggak terima. Aku yang kena imbasnya! Sialan!"

"Kamu enggak bisa minta tolong sama Bapaknya yang pengusaha itu?" Mama memberi masukan.

"Minta tolong gimana? Wong bapaknya juga lagi ngedekem di penjara. Kalau Bapaknya tau aku nolongin anaknya mungkin bisa dikasih harta. Ini aku hanya sia-sia saja! Tau gitu biarin aja tuh anak habis di sel. Anak orang kaya bakal jadi bulan-bulanan di sel. Bakal dipalakkin habis-habisan."

Dan akhirnya Papa ditempatkan di luar kota. Pantas saja Papa menatap Richard seperti itu. Menghindar dan kabur. Hanya itu jalan keluar yang terbaik menurutku.

Jadi saat Mama menanyakan hubungan kami, aku dengan yakin menjawab kalau kami hanyalah teman. Aku tahu sudah menyakiti hati kamu, Cat. Percayalah, kita memang tidak ditakdirkan bersatu.

****

(*) diambil dari Jawapost.com dengan perubahan.

Ayo dukung novel ini dengan like, vote dan komen. Tanpa dukungan kalian, novel ini hanya karya tanpa penggemar. Makasih buat semua yang kirim hadiah dan coin untuk aku. Hatur nuhun, semoga Allah ganti dengan yang lebih lagi.

Untuk Mama Na dan Adel yang lagi baca, say hi ke kamera! Jangan lupa vote juga ya.

Aku kasih tau lagi caranya ngevote ya:

Terpopuler

Comments

Ran Aulia

Ran Aulia

poor Babang Icad 😭😭😭

2025-02-18

0

ani surani

ani surani

💣 si babang kaget dgn jawaban Adel 😅😅

2024-11-08

0

ani surani

ani surani

kena jebakan ranjau loe Cad 🤣🤣🤣

2024-11-08

0

lihat semua
Episodes
1 Lupa Atau Pura-Pura Lupa
2 Si Barang Branded Berjalan
3 Meledaknya Bom Atom
4 Ijin
5 Jalan-jalan ke Mall
6 Runtuhnya Masa Kejayaan
7 Sisi Kelam
8 Toxic People
9 Curiga
10 Pemandangan Indah Di Pagi Hari
11 Babang Icad
12 Happy Birthday
13 Calon Istri
14 Menepati Janji
15 Berdamai Dengan Masa Lalu
16 The Untold Story
17 Mobil Yang Bikin Kagum
18 Buah Dari Kebaikan
19 Tipikal Menantu Idaman
20 Menata Hati-1
21 Menata Hati-2
22 Kesempatan Yang Akhirnya Datang Juga
23 Bridal Shower
24 Dibalik Wajah Merah Merona-1
25 Dibalik Wajah Merah Merona-2
26 Tawaran Yang Masih Berlaku
27 Menyatukan Kepingan Hati
28 Restu-1
29 Restu-2
30 Sebuah Kenyataan Pahit
31 You Are Not Alone
32 Breakfast With Love
33 Mamah Sri Beraksi
34 Balada Jemuran
35 Titanic
36 Klepek-Klepek
37 Gombal Terooos
38 Teman Lama-1
39 Teman Lama-2
40 Zakaria
41 Cahyani
42 Ridwan dan Luthfi
43 Gombal Lagi
44 Family Time
45 Durian
46 Lamaran
47 1 % Kesempatan
48 Bimbang
49 Stalking
50 Mendekati Hari-H
51 Kevin
52 Akad Nikah
53 50 First Date
54 Our First Kiss
55 Suamiku Adalah Pimpinan Cabangku
56 Pesona Sang Casanova-1
57 Pesona Sang Casanova-2
58 Pertengkaran Pertama
59 Terbentang Jarak
60 Mengenalmu Lebih Dekat-1
61 Mengenalmu Lebih Dekat-2
62 You and your world
63 Me and My World
64 Disini Tanpamu
65 Duniamu
66 Duniaku
67 Orang Julid Adalah Teman Yang Tertunda
68 Saat Kau Jauh-1
69 Saat Kau Jauh-2
70 Profesional Dalam Bekerja
71 Nona Manis
72 Me and You = Kita
73 We Time, Only You and Me
74 If You Know, How Much I Love You
75 3 L (Lelah, Letih, Lesu)
76 GIrls Talk
77 Perselisihan di Depan Ruang Operasi
78 Bandung Lautan Amarah-1
79 Bandung Lautan Amarah-2
80 Bandung Lautan Amarah-3
81 Bandung Lautan Maaf
82 Concealer Tak Bisa Menutupi Semuanya
83 Riya Membawa Masalah
84 Tak Bisa Tidur Sendiri
85 Terpaan Gosip-1
86 Terpaan Gosip-2
87 Salah Strategi
88 Bullying
89 Gerry
90 Firasat
91 Over Protected-1
92 Over Protected-2
93 Richard Kusumadewa
94 Kekhawatiran Keluarga Kusumadewa
95 Memaafkan Bukan Berarti Selesai Begitu Saja
96 Pecel Lagi... Pecel Lagi....
97 Pesta Resepsiku
98 Like Father Like Son
99 JENAKA
Episodes

Updated 99 Episodes

1
Lupa Atau Pura-Pura Lupa
2
Si Barang Branded Berjalan
3
Meledaknya Bom Atom
4
Ijin
5
Jalan-jalan ke Mall
6
Runtuhnya Masa Kejayaan
7
Sisi Kelam
8
Toxic People
9
Curiga
10
Pemandangan Indah Di Pagi Hari
11
Babang Icad
12
Happy Birthday
13
Calon Istri
14
Menepati Janji
15
Berdamai Dengan Masa Lalu
16
The Untold Story
17
Mobil Yang Bikin Kagum
18
Buah Dari Kebaikan
19
Tipikal Menantu Idaman
20
Menata Hati-1
21
Menata Hati-2
22
Kesempatan Yang Akhirnya Datang Juga
23
Bridal Shower
24
Dibalik Wajah Merah Merona-1
25
Dibalik Wajah Merah Merona-2
26
Tawaran Yang Masih Berlaku
27
Menyatukan Kepingan Hati
28
Restu-1
29
Restu-2
30
Sebuah Kenyataan Pahit
31
You Are Not Alone
32
Breakfast With Love
33
Mamah Sri Beraksi
34
Balada Jemuran
35
Titanic
36
Klepek-Klepek
37
Gombal Terooos
38
Teman Lama-1
39
Teman Lama-2
40
Zakaria
41
Cahyani
42
Ridwan dan Luthfi
43
Gombal Lagi
44
Family Time
45
Durian
46
Lamaran
47
1 % Kesempatan
48
Bimbang
49
Stalking
50
Mendekati Hari-H
51
Kevin
52
Akad Nikah
53
50 First Date
54
Our First Kiss
55
Suamiku Adalah Pimpinan Cabangku
56
Pesona Sang Casanova-1
57
Pesona Sang Casanova-2
58
Pertengkaran Pertama
59
Terbentang Jarak
60
Mengenalmu Lebih Dekat-1
61
Mengenalmu Lebih Dekat-2
62
You and your world
63
Me and My World
64
Disini Tanpamu
65
Duniamu
66
Duniaku
67
Orang Julid Adalah Teman Yang Tertunda
68
Saat Kau Jauh-1
69
Saat Kau Jauh-2
70
Profesional Dalam Bekerja
71
Nona Manis
72
Me and You = Kita
73
We Time, Only You and Me
74
If You Know, How Much I Love You
75
3 L (Lelah, Letih, Lesu)
76
GIrls Talk
77
Perselisihan di Depan Ruang Operasi
78
Bandung Lautan Amarah-1
79
Bandung Lautan Amarah-2
80
Bandung Lautan Amarah-3
81
Bandung Lautan Maaf
82
Concealer Tak Bisa Menutupi Semuanya
83
Riya Membawa Masalah
84
Tak Bisa Tidur Sendiri
85
Terpaan Gosip-1
86
Terpaan Gosip-2
87
Salah Strategi
88
Bullying
89
Gerry
90
Firasat
91
Over Protected-1
92
Over Protected-2
93
Richard Kusumadewa
94
Kekhawatiran Keluarga Kusumadewa
95
Memaafkan Bukan Berarti Selesai Begitu Saja
96
Pecel Lagi... Pecel Lagi....
97
Pesta Resepsiku
98
Like Father Like Son
99
JENAKA

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!