Si Barang Branded Berjalan

Adel

Jujur saja aku merasa tak nyaman. Aku merasa ada sorot mata yang terus menatap ke arahku. Seperti tatapan singa yang hendak memangsa.

Aku mengeluarkan Hp dan membaca pesan yang masuk. Mama yang mengirimi pesan.

Del, jangan lupa besok pulang ya ke rumah. Kita makan siang bareng. Sekalian merayakan kembalinya Papa bertugas di Jakarta setelah 2 tahun dipindahkan ke Semarang.

Aku menghela nafas berat. Papa kembali tugas ke Jakarta. Apa artinya aku harus tinggal bareng dengan Papa lagi?

Belum sampai sebulan aku menempati rumah kontrakkan yang Maya tinggalkan. Gratis. Maya sudah menyewa selama setahun dan hanya dipakai beberapa bulan saja. Lumayan, bisa ngontrak gratis selama 8 bulan.

Kontrakkannya berada agak ke dalam gang. Mobilku tentu tak bisa aku bawa. Aku titip di kantor. Karena punya kartu pass parkir, aku bebas menaruh mobil di kantor.

Sehari-hari aku mengendarai sepeda motor Vario kesayanganku yang kuberi nama Obama. Ya, persis seperti nama mantan presiden Amerika yang menjadi idolaku.

Kalau mobil aku namai dengan Susi. Terilhami dari nama mantan menteri kelautan kita, Ibu Susi Pujiastuti. Wanita tangguh dan hebat.

Kenapa menamakan kendaraan dengan nama tokoh? karena kendaraan pun harus memiliki ikatan dengan pemiliknya.

Obama, aku mau motorku sehebat Obama. Mampu menerjang banjir tanpa harus mati mesin.

Susi, mobil sedanku harus setangguh Ibu Susi. Mampu melindungiku kala pulang malam dengan keberaniannya. Halah apalagi ini, kayak enggak ada kerjaan aja namain kendaraan.

Yang kubawa ke rumah kontrakkan hanya Obama. Daerah tempat tinggal Maya lumayan macet, percuma sewa di penitipan mobil kalau ujung-ujungnya harus berangkat pagi buta hanya untuk menghindari kemacetan.

Betapa baiknya Maya, rumah kontrakkannya sudah terisi dengan barang-barang jadi hanya tinggal bawa baju saja semua beres. Maya bilang Ia tidak membutuhkan lagi semua barang-barangnya.

Bukan karena Maya sombong, memang di rumah mertuanya semua sudah tersedia. Jadi jika dibawa hanya ada membuat rumah mertuanya terlihat sumpek saja.

Maya yang hari itu menemaniku pindahan langsung mengenalkanku pada Duo Julid. Maya bilang mereka dua sahabatnya yang terbaik.

Apa yang Maya katakan kok tidak sesuai dengan apa yang aku lihat ya? Sahabat terbaik? Emak-emak rempong tukang gosip kok bisa jadi sahabat terbaik? Baiknya dari sudut mana coba?

"Adel." aku memperkenalkan diriku pada kedua teman Maya.

"Sri." sahut ibu-ibu yang bertubuh agak pendek. I mengenakan kaos partai warna merah dengan celana panjang training warna ungu. Hmm... Perpaduan warnanya agak menggangu mataku ya.

Aneh aja gitu. Kan bisa pakai celana hitam polos. Kenapa harus warna ungu? Enggak singkron. Ah sudahlah. Punya hak apa aku untuk memprotesnya?

"Jojo." ibu-ibu ini agak lebih modis dibanding dengan Bu Sri yang bajunya gonjreng tapi enggak nyambung atasan dan bawahan.

Bu Jojo ini mengenakan kaos branded bertuliskan LV berukuran besar di tengahnya. Dalam sekali lihat aku tahu kalau kaos yang Ia kenakan kw alias palsu.

Yang menarik adalah perhiasannya yang banyak. Emas di tangannya banyak. Gelangnya lebih dari satu. Saat mengulurkan tangan suaranya bak orang kaya yang perhiasannya banyak.

Agak jomplang sih melihat Bu Jojo dan Bu Sri. Yang satu kelihatan berada meski memakai baju kw namun perhiasannya membuktikan kalau Ia punya uang. Berbeda dengan Bu Sri yang terlihat biasa saja. Mungkin dari golongan ekonomi pas-pasan.

Nemu dimana sih Maya teman model beginian? Maya loh ini! Si bunga kampus yang jadi rebutan banyak laki-laki sebelum Leo si Buaya Buntung menghamilinya dan membuat hidupnya berantakan.

Kenapa orang kayak Maya mau-maunya temenan sama dua ibu-ibu model beginian? Aku memasang senyum agak terpaksa saat menyalami mereka.

Aku hanya berharap Maya tak mengharapkan aku akrab dengan mereka berdua. Aku tidak yakin bisa berteman dengan dua ibu-ibu ini.

"May, teman kamu lagi meriang ya? Kok pake jaket tebal begini di siang bolong? Enggak kepanasan apa?" nih yang bikin males. Celetukan Bu Sri yang seenaknya saja menilai penampilanku hanya dari jaket yang kupakai.

Memangnya salah memakai jaket hodie tebal di siang hari? Hmm... Ya agak gerah sih sebenarnya. Mau gimana lagi? Aku sedang pakai koyo pelangsing badan. Biar maksimal hasilnya aku pakai jaket tebal juga. Lumayan keringat yang keluar, bisa membakar beberapa kalori lagi.

"Memangnya kamu lagi sakit Del?" Maya bertanya dengan penuh khawatir.

Ini nih sahabatku Maya. Agak oon. Hal begitu saja langsung percaya. Gimana enggak dibodohin sama Leo coba?

"Enggak May. Aku sehat kok. Lagi suka aja pakai jaket kayak gini." kataku beralasan.

"Tapi kamu keringetan gitu loh! Enggak lagi keringet dingin kan? Bilang ya kalau sakit. Jangan dirasa sendiri. Kasih tau. Takut kenapa-napa." Bu Sri ini ikut khawatir dengan keadaanku.

Kayaknya aku mulai mengerti deh kenapa Maya menyukai berteman dengan dua ibu-ibu ini. Mereka perhatian. Hmm... lumayanlah nambah nilai plus di mataku.

"Iya, Bu." aku mengiyakan saja permintaan Bu Sri.

Setelah melihat-lihat keadaan di kontrakkan, aku pun langsung setuju untuk pindah secepatnya. Enak kok kontrakkannya. Rugi aku kalau menolak rejeki kayak gini.

Ternyata dua ibu-ibu itu membantu saat aku pindahan. Mungkin karena Maya menitipkanku pada mereka. Baik banget ternyata.

Lagi-lagi aku belajar hal baru dari Maya. Berteman dengan siapa saja. Ternyata aku terlalu memandang pertemanan hanya dari fisik saja. Sama seperti perlakuan teman-teman padaku.

Ada perasaan seperti tercubit dalam hatiku. Kenapa aku malah bersikap menyebalkan seperti teman-temanku yang lain?

Aku melakukan hal yang aku benci tanpa aku sadari. Menilai sesuatu seenaknya saja tanpa tahu kebenarannya.

Ah.... Kebanyakan bergaul dengan yang enggak bener bikin aku ketularan efeknya. Enggak... Aku harus banyak bergaul dengan Maya lagi nih.

Maya banyak membawa kebaikan untukku. Pertama mungkin aku juga harus berteman dengan temannya Maya.

Aku menghela nafasku. Lamunanku kembali harus terhenti. Tanpa sadar sejak tadi aku menatap layar kosong.

Bagaimana kalau Papa memintaku tinggal bareng dengannya dan Mama lagi? Aku sudah menikmati kebebasan tinggal sendiri sejak dua tahun lalu. Apakah kebebasan itu akan terenggut juga dariku?

"Del, kita mau pulang jam berapa?" lagi-lagi sebuah tepukan di bahu mengagetkanku. Menyadarkanku dari pikiranku sendiri.

"Er... Ibu udah mau pulang? Kalau mau pulang sekarang ayo aja. Aku sih ikut aja."

Bu Sri terlihat sedang mengipas-ngipas wajahnya yang gerah dengan kardus bekas air mineral. Entah ketemu dimana. Keringat terlihat mengucur di wajahnya. Ia mengusapnya dengan tissue yang diambil dari meja prasmanan. Tissue makan untuk piring lebih tepatnya.

Aku menghela nafas saat melihat bekas tissue menempel di wajahnya yang agak menor kebanyakan pakai blouse on. Kubuka tas yang kubawa dan kuambil tissue wajah.

Kubersihkan wajahnya yang ada bekas tissue seraya memudarkan blouse on di wajahnya yang bak kepiting rebus tersebut.

"Pakai tissue Adel aja, Bu. Jangan pakai tisue makan elapnya. Banyak yang nempel di muka ibu nih." kuberikan beberapa helai tisue agar Ibu Sri pegang.

"Makasih Del. Jojo mana?" tanya Bu Sri.

Lah enggak salah nih? Yang sejak tadi joget kayak ulet uget-uget kan mereka berdua. Kenapa sekarang malah nyariinnya ke aku? Meneketehe???

Aku mengangkat kedua bahuku. "Enggak tau. Bukannya tadi sama Ibu? Tadi kan kalian joged sampai kayang-kayang segala. Apa jangan-jangan kebanyakan dapet saweran nih jadi pulang duluan?" ledekku.

"Enggaklah. Si Jojo mana hapal jalan. Bisa diculik dia pulang sendiri. Emasnya banyak." Bu Sri tambah semangat mengipasi dirinya sendiri. Lumayanlah aku kena anginnya dikit.

"Tuh! Lagi ambil sirup orson!" Bu Sri menunjuk tempat Bu Jojo mengambil minum lalu meneguknya sampai habis lalu mengambil lagi. Kok kayak lagi ngambil minum dari dispenser di rumah sendiri ya?

Lagi-lagi aku geleng-geleng kepala dengan ulah ajaib kedua teman Maya tersebut. Namun yang membuat aku iri adalah Ia ternyata tidak egois.

Bu Jojo datang menghampiriku dan Bu Sri lalu memberikan sirup orson kepada kami satu persatu. Aku menerima pemberiannya dan masih tak percaya.

Ada yang inget sama aku juga loh selain Maya. Aku pikir diriku hanyalah sebongkah upil yang tak diindahkan keberadaannya. Tapi ini... Bu Jojo inget aku loh.

"Minum Del. Kamu mau makan apa lagi? Nanti saya ambilin." tanya Bu Jojo dengan nafas masih terengah-engah.

Aku tidak menyangka saja. Mereka lagi kecapekan tapi masih mau mengantri makanan untukku. Betapa terharunya aku.

"Enggak usah, Bu. Makasih. Tadi Adel udah makan dimsum." tolakku halus.

"Yah dimsum doang mah Del mana kenyang? Kalau dimsum pakai nasi baru deh lumayan kenyang. Ya enggak Jo?" tanya Bi Sri meminta dukungan sahabatnya tersebut.

"Ah kamu mah Sri. Apapun makanannya harus pakai nasi. Enggak ada nasi, enggak makan. Siomay pakai nasi. Eh sekarang dimsum pakai nasi. Nanti sekalian es krim kamu pakein nasi juga!" cerocos Bu Jojo panjang lebar.

Aku tak kuat menahan tawa mendengar perkataan Bu Jojo. Ya kali es krim pakai nasi. Apa rasanya coba?

"Boleh juga tuh Jo dicoba. Apa sekarang aja ya? Mumpung ada es krim nanti aku coba makan pakai nasi deh gimana rasanya?" Bu Sri malah semakin terilhami dengan ide yang Bu Jojo berikan.

"Beneran mau nyoba Bu? Kata Adel sih jangan Bu. Lebih baik ibu makan semur jengkol aja deh. Tuh ada di prasmanan." sepertinya Bu Sri belum melihat meja prasmanan.

"Beneran ada semur jengkol Del?"

"Bener Bu."

"Yah kamu kasih tau semur jengkol sama Bu Sri, Del. Nanti kamu akan menyesal loh Del. Saya sudah peringati kamu loh." ancam Bu Jojo.

"Loh memangnya kenapa Bu? Bu Sri enggak boleh makan semur jengkol takut sakit gitu? Penyakitnya kumat ya kalau makan semur jengkol?" kuajukan pertanyaan beruntun agar semua kekhawatiranku hilang.

"Iya. Penyakit nyusahin." jawab Bu Jojo makin membuatku tidak mengerti saja.

"Udah jangan dipikirin Del! Saya baik-baik aja kok. Saya makan dulu ya. Semur jengkol, I'm coming!" Bu Sri mengambil piring di meja makan lalu mulai mengambil nasi dan lauk. Diikuti dengan Bu Jojo di belakangnya.

Setelah kedua sahabat Maya kenyang, kami pun memutuskan untuk pulang ke Jakarta. Tak mau terlalu malam.

Aku sih yang memutuskan untuk pulang secepatnya, karena mereka berdua sepertinya masih ingin tinggal. Apalagi musik dangdut semakin lama sawerannya semakin hot artinya goyangan dangdutnya juga semakin hot juga dong. Makin semangat mereka untuk joged lagi.

Kalau boleh memilih, mereka pasti mau menunggu sampai layar tancap dimulai. Tapi aku nggak berani membawa mobil malam hari melewati daerah yang bukan medanku.

Kami pun berpamitan pada Maya dan keluarganya. Maya ternyata sudah menyiapkan makanan yang bisa kami bawa pulang.

Aku memeluk Maya dan mendoakan kebahagiaan sahabat baikku tersebut. Maya tak mengijinkan aku pulang sebelum foto bersama dulu. Berbagai gaya foto diperagakan Duo Julid. Aku yang malu-malu hanya bisa satu gaya saja.

Aku memasukkan makanan yang Maya bawakan ke bagasi mobilku. Lumayan banyak juga. Bisa buat cemilan dan lauk makan.

Kulihat duo julid sudah masuk ke dalam mobil. Bu Sri di belakang seperti saat berangkat tadi dan Bu Jojo di depan. Alasannya Bu Sri kalau di depan suka mabok. Ah terserah mereka lah mau gimana.

Aku menutup pintu bagasi mobil dan melonjak kaget saat tanganku disentuh. Bukan ditepuk seperti Kak Rian tadi, melainkan disentuh dengan Hp.

"Masukkin nomor Hp kamu disini!" perintah Richard dengan tegas. Sejak kapan Ia mengikutiku sampai ke parkiran mobil?

Aku mengerutkan kening. Ada ya orang minta nomor Hp enggak pakai babibu dan enggak palai basa basi seenaknya aja kayak gini?

"Buat apa?" Aku malah bertanya balik apa tujuannya.

"Udah masukkin aja cepetan!" agak maksa sih kalau menurutku.

"Enggak mau. Kasih tau dulu buat apa?" negoku.

Richard menghembuskan nafasnya, kesal karena permintaannya tak langsung kuturuti. Apa Ia memang biasa dituruti segala perintahnya? Anak mami gitu?

Aku memperhatikan penampilannya dari ujung kepala sampai ujung kaki. Dalam sekali lihat aku sudah tau kalau Richard tuh si barang branded berjalan.

Jam tangan Rolex President Day Date Full Diamond Gold Authentic yang harganya mencapai 500 juta. Aku tahu pasti harga itu. Karena itu jam tangan yang ingin aku belikan untuk Papa namun hanya sekedar impian semata. Uang dari mana?

Baju, jas, sepatu meski tak terlihat merknya namun aku tau mahal. Bahannya saja terlihat mewah.

"Buat hubungin kamu lah! Pake nanya lagi!" sahut Richard dengan ketusnya.

Ada ya orang minta nomor Hp maksa dan ketus kayak gini? Heran! Enggak bisa apa baik-baik gitu!

"Udah cepetan masukkin nomor Hpnya!" paksa Richard lagi.

Dengan terpaksa aku mengambil Hp miliknya dan berniat memasukkan nomor palsu.

"Aku langsung misscall, jadi jangan pernah mikir buat bohongin aku ya!"

Yah ketahuan....

Nih cowok kenapa tau isi pikiranku sih?

Akhirnya kumasukkan nomor Hp milikku dan mengembalikkan Hp pada pemiliknya. Benar saja Ia langsung menelepon Hp ku.

"Itu nomor Hp-ku. Save, jangan lupa! Tunggu aku di Jakarta!"

Dan Richard pun pergi meninggalkanku dengan seribu pertanyaan. Mau ngapain dia? Datengin aku gitu?

Terpopuler

Comments

✨️ɛ.

✨️ɛ.

bilang aja hp kamu abis batre, Del.. hihihi

2024-09-04

1

✨️ɛ.

✨️ɛ.

jadi keinget Sisca Kohl yg bikin es krim dari nasi padang..

2024-09-04

0

✨️ɛ.

✨️ɛ.

cocok kok, Del.. kayak terong balado..

2024-09-04

0

lihat semua
Episodes
1 Lupa Atau Pura-Pura Lupa
2 Si Barang Branded Berjalan
3 Meledaknya Bom Atom
4 Ijin
5 Jalan-jalan ke Mall
6 Runtuhnya Masa Kejayaan
7 Sisi Kelam
8 Toxic People
9 Curiga
10 Pemandangan Indah Di Pagi Hari
11 Babang Icad
12 Happy Birthday
13 Calon Istri
14 Menepati Janji
15 Berdamai Dengan Masa Lalu
16 The Untold Story
17 Mobil Yang Bikin Kagum
18 Buah Dari Kebaikan
19 Tipikal Menantu Idaman
20 Menata Hati-1
21 Menata Hati-2
22 Kesempatan Yang Akhirnya Datang Juga
23 Bridal Shower
24 Dibalik Wajah Merah Merona-1
25 Dibalik Wajah Merah Merona-2
26 Tawaran Yang Masih Berlaku
27 Menyatukan Kepingan Hati
28 Restu-1
29 Restu-2
30 Sebuah Kenyataan Pahit
31 You Are Not Alone
32 Breakfast With Love
33 Mamah Sri Beraksi
34 Balada Jemuran
35 Titanic
36 Klepek-Klepek
37 Gombal Terooos
38 Teman Lama-1
39 Teman Lama-2
40 Zakaria
41 Cahyani
42 Ridwan dan Luthfi
43 Gombal Lagi
44 Family Time
45 Durian
46 Lamaran
47 1 % Kesempatan
48 Bimbang
49 Stalking
50 Mendekati Hari-H
51 Kevin
52 Akad Nikah
53 50 First Date
54 Our First Kiss
55 Suamiku Adalah Pimpinan Cabangku
56 Pesona Sang Casanova-1
57 Pesona Sang Casanova-2
58 Pertengkaran Pertama
59 Terbentang Jarak
60 Mengenalmu Lebih Dekat-1
61 Mengenalmu Lebih Dekat-2
62 You and your world
63 Me and My World
64 Disini Tanpamu
65 Duniamu
66 Duniaku
67 Orang Julid Adalah Teman Yang Tertunda
68 Saat Kau Jauh-1
69 Saat Kau Jauh-2
70 Profesional Dalam Bekerja
71 Nona Manis
72 Me and You = Kita
73 We Time, Only You and Me
74 If You Know, How Much I Love You
75 3 L (Lelah, Letih, Lesu)
76 GIrls Talk
77 Perselisihan di Depan Ruang Operasi
78 Bandung Lautan Amarah-1
79 Bandung Lautan Amarah-2
80 Bandung Lautan Amarah-3
81 Bandung Lautan Maaf
82 Concealer Tak Bisa Menutupi Semuanya
83 Riya Membawa Masalah
84 Tak Bisa Tidur Sendiri
85 Terpaan Gosip-1
86 Terpaan Gosip-2
87 Salah Strategi
88 Bullying
89 Gerry
90 Firasat
91 Over Protected-1
92 Over Protected-2
93 Richard Kusumadewa
94 Kekhawatiran Keluarga Kusumadewa
95 Memaafkan Bukan Berarti Selesai Begitu Saja
96 Pecel Lagi... Pecel Lagi....
97 Pesta Resepsiku
98 Like Father Like Son
99 JENAKA
Episodes

Updated 99 Episodes

1
Lupa Atau Pura-Pura Lupa
2
Si Barang Branded Berjalan
3
Meledaknya Bom Atom
4
Ijin
5
Jalan-jalan ke Mall
6
Runtuhnya Masa Kejayaan
7
Sisi Kelam
8
Toxic People
9
Curiga
10
Pemandangan Indah Di Pagi Hari
11
Babang Icad
12
Happy Birthday
13
Calon Istri
14
Menepati Janji
15
Berdamai Dengan Masa Lalu
16
The Untold Story
17
Mobil Yang Bikin Kagum
18
Buah Dari Kebaikan
19
Tipikal Menantu Idaman
20
Menata Hati-1
21
Menata Hati-2
22
Kesempatan Yang Akhirnya Datang Juga
23
Bridal Shower
24
Dibalik Wajah Merah Merona-1
25
Dibalik Wajah Merah Merona-2
26
Tawaran Yang Masih Berlaku
27
Menyatukan Kepingan Hati
28
Restu-1
29
Restu-2
30
Sebuah Kenyataan Pahit
31
You Are Not Alone
32
Breakfast With Love
33
Mamah Sri Beraksi
34
Balada Jemuran
35
Titanic
36
Klepek-Klepek
37
Gombal Terooos
38
Teman Lama-1
39
Teman Lama-2
40
Zakaria
41
Cahyani
42
Ridwan dan Luthfi
43
Gombal Lagi
44
Family Time
45
Durian
46
Lamaran
47
1 % Kesempatan
48
Bimbang
49
Stalking
50
Mendekati Hari-H
51
Kevin
52
Akad Nikah
53
50 First Date
54
Our First Kiss
55
Suamiku Adalah Pimpinan Cabangku
56
Pesona Sang Casanova-1
57
Pesona Sang Casanova-2
58
Pertengkaran Pertama
59
Terbentang Jarak
60
Mengenalmu Lebih Dekat-1
61
Mengenalmu Lebih Dekat-2
62
You and your world
63
Me and My World
64
Disini Tanpamu
65
Duniamu
66
Duniaku
67
Orang Julid Adalah Teman Yang Tertunda
68
Saat Kau Jauh-1
69
Saat Kau Jauh-2
70
Profesional Dalam Bekerja
71
Nona Manis
72
Me and You = Kita
73
We Time, Only You and Me
74
If You Know, How Much I Love You
75
3 L (Lelah, Letih, Lesu)
76
GIrls Talk
77
Perselisihan di Depan Ruang Operasi
78
Bandung Lautan Amarah-1
79
Bandung Lautan Amarah-2
80
Bandung Lautan Amarah-3
81
Bandung Lautan Maaf
82
Concealer Tak Bisa Menutupi Semuanya
83
Riya Membawa Masalah
84
Tak Bisa Tidur Sendiri
85
Terpaan Gosip-1
86
Terpaan Gosip-2
87
Salah Strategi
88
Bullying
89
Gerry
90
Firasat
91
Over Protected-1
92
Over Protected-2
93
Richard Kusumadewa
94
Kekhawatiran Keluarga Kusumadewa
95
Memaafkan Bukan Berarti Selesai Begitu Saja
96
Pecel Lagi... Pecel Lagi....
97
Pesta Resepsiku
98
Like Father Like Son
99
JENAKA

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!