Menepati Janji

Richard

"Jadi apa yang harus aku lakuin?" mungkin saran yang akan Leo berikan bisa menjadi jalan keluarku menghadapi kerumetan ini.

"PDKT nya perlahan. Jangan tanpa planning kayak tadi."

"Kata siapa tadi tanpa planning? Aku tuh udah ngerencanain buat ngajak jalan dulu nyari kado lalu ketemu sama Mama dan Papa. Adelnya aja yang satu server sama Maya. Sama-sama oon. Jadi enggak peka. Cewek lain kalau diajak ketemuan sama keluarga cowok tuh seneng. Ini malah nolak aku di depan umum!"

Leo geleng-geleng kepala mendengar perkataanku barusan. "Enak banget ngatain bini orang oon melulu nih. Maya tuh perempuan berhati malaikat tau!"

"Iya. Tapi agak oon. Eh oon banget malah." celetukku.

"Yaudah kalo ngatain Maya terus aku enggak lanjutin nih kasih tipsnya!" ancaman Leo kali ini membuatku takut.

"Iya... iya... Janji enggak ngatain Maya deh!" aku mengalah. Saat ini aku butuh saran dan masukan dari pakarnya.

Kenapa Leo adalah pakarnya? Leo berhasil rujuk dan menyatukan kembali rumah tangganya yang semula hancur. Lalu Leo juga berhasil menyatukan Mama dan Papa kembali. Kalau bukan pakar, apalagi namanya coba?

"Oke. Kita mulai. Step by step kalau mau PDKT."

"Yang pertama, tunjukkan keseriusan kamu. Jangan setengah-setengah. Serius."

"Kemarin langsung aku bilang calon istri apa namanya kalau bukan serius?" sanggahku.

"Itu terlalu to the poin. Ya jelas salah. Kesannya tuh cewek udah setuju padahal belum minta ijin Lanjutin enggak nih?"

Wah Leo makin tengil aja. "Iya lanjutin." aku pun nurut. Pasrah. Daripada enggak dikasih saran dan terus suntuk seperti ini.

"Cara nunjukkin keseriusan bukan hanya langsung melamar. Tunjukkan perlahan demi perlahan. Sering datengin sekedar jemput kerja atau anterin pulang. Lalu bawain cemilan yang dia suka."

"Adel enggak ngemil. Makan aja jarang." celetukku.

"Kata siapa? Adel tuh satu kampus sama aku dan Maya. Kerjaannya ngemiiiiiilll terus. Makanya gendut gitu."

"Ralat. Udah enggak gendut. Dan ralat, Adel montok bukan gendut. Hmm... Seksi kalau kata aku sih." kembali bayangan di kolam renang melintas di benakku. Seksi banget.

"Hayo mikir apa? Mikir ngeres pasti ya?" ledek Leo.

"Enggak kok. Enggak mikir apa-apa. Udah lanjut. Next!"

"Bawain cemilan. Oh iya, Adel kan tinggal di kontrakkannya Maya. Ada yang bisa bantuin kamu tuh." Leo seperti teringat sesuatu.

"Bantuin? Siapa?"

"Duo Julid. Bu Sri dan Bu Jojo. Minta bantuan sama mereka. Dijamin lancar jaya deh. Bawain aja cemilan, kasih duit buat mereka jajan di mall. Pasti dengan senang hati bantuin kamu deh dapetin Adel."

"Masa sih? Sehebat itu kah mereka?" aku meragukan ucapan Leo.

"Belum tau aja. Mereka tuh penolong dalam hubungan aku dan Maya. Kalau bukan karena mereka belum tentu aku bisa baikkan." Leo memuji dan terlihat kekaguman terhadap sosok Duo Julid itu. Membuatku semakin penasaran saja.

Seingatku teman Maya yang biasa dipanggil Duo Julid itu yang semok-semok. Yang waktu itu main ke rumah dan aku minta dikenalin.

Apanya yang hebat ya? Berenang di kolam renang aja udah kayak biasa ngobak di kali. Belum lagi ngambil stok Pop Mie punyaku. Tapi saran Leo aku tampung untuk masukan. Siapa tau suatu saat nanti diperlukan.

"Oke, kedua. Kalau memang mau lanjut ke tahap lebih lanjut tanpa ada pacaran dulu boleh aja. Tapi tanya pendapat Adel dulu gimana. Mau apa enggak. Kamu bicarakan dengan serius. Berdua. Heart to heart. Kamu tunjukkin kalau kamu memang sudah yakin memilih Adel sebagai pelabuhan terakhir kamu."

Oke, masuk akal. "Next."

"Dan terakhir, ambil hati orang tuanya Adel. Kamu udah ngenalin Adel dengan Mama dan Papa. Sekarang kamu juga harus bisa membuat Adel memperkenalkan kamu dengan orang tuanya. Baru disana kamu buktikan keseriusan kamu ingin meminang anaknya."

Aku mengangguk-angguk. Masuk akal. Pantas dia jago merebut hati Maya lagi.

"Satu lagi. Kalau suka sama seseorang, tunjukkan keseriusan kamu. Cewek tuh enggak butuh digombalin, enggak butuh harta benda, yang dia butuhkan tuh perhatian dan kasih sayang yang tulus. Kalau kamu punya niat baik, pasti Allah akan merestui. Jangan lupa berdoa. Banyakkin sholat tahajud. Biar dibukakan pintu hatinya."

"Iya. Makasih bro sarannya." Leo tersenyum lalu pergi meninggalkan kamarku.

Aku seperti mendapat pencerahan. Memulai sesuatu step by step. Jangan gegabah. Eh tapi tadi aku nyuruh Adel lupain semuanya. Gimana dong? Ah... Richard bodoh!

****

Adel

Aku baru saja merapihkan mukena dan sajadah sehabis sholat subuh yang agak kesiangan. Jam setengah 6 baru sholat. Maklum, semalam aku enggak bisa tidur jadi bangunnya agak kesiangan.

Aku diliputi perasaan bersalah karena menggeleng saat ditanya mau atau tidak dengan Richard. Melihat Richard yang amat terluka membuatku tak tega.

Aku memikirkannya semalam. Apa aku sudah bersikap terlalu kejam sama Richard? Atau apa aku terlalu sombong?

Aku seperti tidak sadar diri. Tidak melihat siapa diriku dan seenaknya saja menolak Richard.

Richard loh ini. Anak pertama Kusumadewa. Calon penerus Kusumadewa Group yang perusahaannya banyak dan menjamur dimana-mana.

Semalam aku browsing tentang siapa Richard yang sebenarnya. Berita yang ditampilkan tidak semuanya baik.

Polisi telah meningkatkan status Richard Kusumadewa putra pengusaha terkenal pemilik Kusumadewa Group terkait kasus penyalahgunaan sabu-sabu. Richard saat ini ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus penyalahgunaan narkoba.

"Statusnya yang bersangkutan tersangka dalam tindak pidana narkotika," kata Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Selatan AKBP Solehun Aji kepada wartawan di kantornya, Selasa (15/1/20xx).

Berita beberapa hari kemudian setelah penyelidikan.

BNNP Jakarta mengabulkan permohonan rehabilitasi yang diajukan anak pengusaha terkenal Richard Kusumadewa. Pria yang akrab disapa Icad tersangkut masalah kepemilikan sabu-sabu. Kapolres Metro Jakarta Selatan, Kombes Pol Arya Wahyu menerangkan, hasil rekomendasi dari BNNP Jakarta diterima penyidik Satresnarkoba Polres Metro Selatan.

"Baru kami ambil tadi, yang bersangkutan mendapat rekomendasi rehabilitasi," ujar dia Rabu (23/1).

Sementara itu, Kasat Narkoba Polres Metro Jakarta Selatan AKBP Solehun Aji menambahkan, penyidik akan membuat surat dengan merujuk hasil asesmen dari BNNP sebelum mengirim Richard ke panti rehabilitasi narkoba.

Huft... Aku menghela nafas berat. Laki-laki yang semalam melamarku adalah seorang pemakai Narkoba dan sudah menjalani rehabilitasi. Membuatku semakin bertanya-tanya apakah keputusanku menolaknya sudah benar?

Tok...Tok....Tok...

Suara ketukan di pintu membuyarkan lamunanku. Siapa yang pagi hari sudah bertamu ke rumah orang?

Aku membuka pintu dan terkejut mendapati orang yang baru saja kubaca beritanya kini sudah berdiri di depanku. Richard memakai setelan jaket hodie warna putih dengan celana joger warna hitam. Black and white sangat kontras sekali.

"Kamu?"

"Hai sweat heart! Babang Icad datang nih. Mau jadi mentor kamu sesuai janji Babang Icad kemarin." Richard menyunggingkan senyum lebarnya. Memamerkan deretan gigi putihnya.

"Mentor apa? Janji apa?"

"Janji mau memperbaiki pola diet kamu. Sekarang kamu ganti baju kamu dengan baju yang senyaman mungkin. Kalau bisa pakai jaket dan celana jogger kayak aku. Hmm... Aku tunggu 5 menit ya?!"

"Buat apa?"

"Dimulai dalam tiga...dua...satu... Go!"

Aku mau protes tapi melihat Richard terus melihat jamnya aku malah berbalik badan dan masuk ke dalam kamar. Mengganti bajuku dengan jaket dan celana jogger seperti yang Richard kenakan lalu kembali ke ruang tamu dengan membawa hp dan dompet di saku jaket.

"Nah gitu dong! Kunci dulu pintunya! Nanti kita pulangnya agak siang!" Richard lalu meninggalkan rumah kontrakkanku, membuatku terburu-buru mengunci pintu rumah lalu berlari-lari kecil mengejarnya.

Richard berjalan pelan dan santai, namun langkahnya yang panjang sesuai tubuhnya yang tinggi membuatku harus berlari sampai ngos-ngosan untuk mengejarnya.

"Semangat bener ngejar aku nya? Kemarin aku ngejar-ngejar kamu enggak mau sih!" Richard menuju mobilnya dan masuk ke kursi pengendara. "Ayo masuk!"

Aku agak heran. Sikapnya berubah dalam sehari. Kemarin Ia membukakan pintu mobil untukku. Tapi kini?

Aku berusaha sabar dan tak mengambil hati. Baguslah. Agar aku dan dia sadar kalau ada jatak diantara kami. Tak ada hubungan apa-apa selain murni antara guru dan murid.

Aku membuka pintu mobil lalu memakai seat belt. Richard sudah menyalakan musik di mobilnya. Musik yang agak rock.

Sesekali Richard ikut bernyanyi. Aku bisa melihatnya dari sudut mataku. Ini orang bisa berubah 180⁰ dalam waktu semalam saja. Apa segitu marahnya sama aku?

Mobil pun melaju menuju arah Jalan Jenderal Sudirman. Richard memarkirkan mobil di kawasan Hang Tuah. Ia menekan klakson dan seorang berusia 50 tahunan membukakan pintu.

Aku mengikuti Richard turun dari mobil. Ini rumah siapa?

"Eh ada Aden. Mau olahraga Den?" tanya bapak-bapak yang membukakan pintu tadi.

"Iya. Nitip mobil ya. Nanti saya ambil. Kalau saya capek, anterin ke rumah ya. Saya naik mobil yang di apartemen aja." Richard melemparkan kunci mobil pada Bapak-bapak tersebut.

"Siap, Den."

Richard menyelipkan kacamata sunglass yang Ia ambil dari mobil di leher jaketnya. "Ayo!"

Aku hanya mengikuti langkah Richard. Bingung mau berkata apa. Kami berjalan kaki melewati deretan perumahan di kawasan Hang Tuah, rumah mewah dengan pagar yang menjulang tinggi.

"Mm... Tadi rumah siapa?" rasa penasaran membuatku ingin tahu.

"Rumah Papa. Tapi enggak pernah ditempatin. Biasanya disewain. Tapi bulan ini lagi kosong."

Wow... Punya rumah di daerah sini. Amazing. Memang beda ya kalau orang kaya mah.

"Memangnya ada yang mau nyewa gitu? Pasti mahal banget harga sewanya?" rasa ingin tahu sepertinya lebih besar dari harga diriku. Mulutku bertanya tanpa dipikir dulu.

"Ada. Biasanya duta besar atau perwakilan dari luar. Ada kualitas, ada harga." jawab Richard dengan santainya.

"Kenapa kalian enggak tinggal disini aja? Kan akses ke kantornya deket. Enggak usah macet-macetan segala." lagi-lagi aku tak bisa mengendalikan diriku kalau sudah ingin tahu sesuatu.

"Males. Disini udaranya enggak sebersih di Pasar Minggu. Mama enggak suka lingkungannya. Asyikan di Pasar Minggu."

Wow... Ada rumah strategis tapi malah milih rumah yang jauh.

Jalan kaki sambil ngobrol ternyata membuat perjalanan kami tak terasa. Kini sudah sampai di depan FX Mall.

"Eh, kita mau kemana?" aku pikir kami mau lari di GBK, ternyata tidak. Richard berjalan lurus terus.

"Lebih baik jalan santai saja. Enggak usah lari. Olahraga juga harus dinikmatin. Ayo kita nyebrang!" tanpa permisi seperti biasanya, Richard menarik tanganku. Mengajakku menyebrang dan berjalan di bawah Jalan layang Semanggi.

Car free day hari ini ramai dengan banyak orang. Ada yang lari, bermain sepeda dan banyak juga yang seperti kami, berjalan santai.

"Aku... Mau minta maaf." aku akhirnya buka suara. Tak enak jalan dengan diam-diaman seperti ini.

"Minta maaf untuk apa?" tanya Richard bingung.

"Untuk... Mm... Karena semalam nolak kamu di depan keluarga kamu. Pasti kamu marah kan sama aku?"

Kembali rahang Richard mengeras. Ia membuang pandangannya dan menghela nafas berat. Kayaknya aku beneran bikin Richard sakit hati nih.

"Sebenarnya aku yang salah sih. Tanpa permisi ngenalin kamu sebagai calon istri aku. Pasti kamu terkejut ya. Maaf ya."

"Enggak apa-apa kok."

"Aku udah enggak mau main-main lagi. Sudah banyak waktu yang kuhabiskan dengan bermain-main pada hal yang tak penting. Pasti kamu sudah mencari tahu siapa aku kan?"

Deg... Tahu dari mana? Ketahuan dong kalau aku habis browsing tentang Richard sebelumnya?

"Enggak usah nanya kenapa aku tahu. Saat disebut nama Papa semua orang pasti akan kepo. Lalu keluar deh berita tentang aku yang harus rehabilitasi karena narkoba. Itu aib yang enggak bisa dihapus. Rekam jejak digital yang selamanya melekat padaku dan keluargaku."

"Maaf." aku hanya bisa berkata maaf. Enggak tau mau bilang apa lagi.

"Kamu enggak perlu minta maaf, Del. Aku dan keluargaku merasa bersyukur dikasih cobaan yang bertubi-tubi. Dulu kami bagai orang asing. Enggak ada rasa saling menyayangi. Hanya iri, dengki dan dendam. Tapi kamu lihat sekarang, bagaimana kami saling menyayangi dan mendukung satu sama lain. Ya itulah hikmah dibalik musibah."

"Kenapa kamu pilih aku?"

Richard tersenyum. Ia menggenggam tanganku lagi. Kubiarkan saja Ia melakukannya. Anggap sebagai penebus atas penolakanku semalam.

"Karena aku tahu kamu wanita baik-baik."

"Yaiyalah. Ya kali aku bukan cewek bener!" gerutuku.

Richard tersenyum. "Makanya aku bilang kalau kamu wanita baik-baik."

Richard kembali melihat dengan tatapan mata yang kosong. Seperti mengingat sesuatu yang menyakitkan yang terjadi di masa lalu.

"Aku pernah hidup di dunia yang kelam. Party udah kehidupanku. Minuman beralkohol udah keseharianku. Sex party udah hobiku. Berengsek ya aku ini?" Ia kembali senyum. Namun senyum seperti menertawakan dirinya sendiri.

"Saat aku kenal kamu, aku bisa tahu kalau kamu wanita baik yang bisa membawaku ke jalan kebaikan. Karena itu aku langsung memperkenalkan kamu ke orang tuaku dengan sebutan calon istri."

"Bukan karena kamu mencintaiku?" senyum di wajah Richard menghilang berganti tatapan matanya yang semakin serius.

"Belum. Aku belum terlalu mencintaimu. Aku hanya yakin kalau aku tepat memilihmu. Aku yakin kamu yang akan membuatku menjadi lebih baik lagi. Aku yakin.... kamu akan membuatku tergila-gila sama kamu."

Deg....deg...deg.... Apakah aku seberarti itu?

Terpopuler

Comments

Aysana Shanim

Aysana Shanim

Eh iyaa sampe lupa yaa kalo mereka bertiga dulu sering bareng waktu ngampus 😅

2023-12-31

0

Aysana Shanim

Aysana Shanim

Maya itu lugu anaknya sih

2023-12-31

0

Fenty Izzi

Fenty Izzi

🥺🥺🥺terharu sama ucapan babang icad... semangat bang... cayo👍💪💪

2022-11-05

0

lihat semua
Episodes
1 Lupa Atau Pura-Pura Lupa
2 Si Barang Branded Berjalan
3 Meledaknya Bom Atom
4 Ijin
5 Jalan-jalan ke Mall
6 Runtuhnya Masa Kejayaan
7 Sisi Kelam
8 Toxic People
9 Curiga
10 Pemandangan Indah Di Pagi Hari
11 Babang Icad
12 Happy Birthday
13 Calon Istri
14 Menepati Janji
15 Berdamai Dengan Masa Lalu
16 The Untold Story
17 Mobil Yang Bikin Kagum
18 Buah Dari Kebaikan
19 Tipikal Menantu Idaman
20 Menata Hati-1
21 Menata Hati-2
22 Kesempatan Yang Akhirnya Datang Juga
23 Bridal Shower
24 Dibalik Wajah Merah Merona-1
25 Dibalik Wajah Merah Merona-2
26 Tawaran Yang Masih Berlaku
27 Menyatukan Kepingan Hati
28 Restu-1
29 Restu-2
30 Sebuah Kenyataan Pahit
31 You Are Not Alone
32 Breakfast With Love
33 Mamah Sri Beraksi
34 Balada Jemuran
35 Titanic
36 Klepek-Klepek
37 Gombal Terooos
38 Teman Lama-1
39 Teman Lama-2
40 Zakaria
41 Cahyani
42 Ridwan dan Luthfi
43 Gombal Lagi
44 Family Time
45 Durian
46 Lamaran
47 1 % Kesempatan
48 Bimbang
49 Stalking
50 Mendekati Hari-H
51 Kevin
52 Akad Nikah
53 50 First Date
54 Our First Kiss
55 Suamiku Adalah Pimpinan Cabangku
56 Pesona Sang Casanova-1
57 Pesona Sang Casanova-2
58 Pertengkaran Pertama
59 Terbentang Jarak
60 Mengenalmu Lebih Dekat-1
61 Mengenalmu Lebih Dekat-2
62 You and your world
63 Me and My World
64 Disini Tanpamu
65 Duniamu
66 Duniaku
67 Orang Julid Adalah Teman Yang Tertunda
68 Saat Kau Jauh-1
69 Saat Kau Jauh-2
70 Profesional Dalam Bekerja
71 Nona Manis
72 Me and You = Kita
73 We Time, Only You and Me
74 If You Know, How Much I Love You
75 3 L (Lelah, Letih, Lesu)
76 GIrls Talk
77 Perselisihan di Depan Ruang Operasi
78 Bandung Lautan Amarah-1
79 Bandung Lautan Amarah-2
80 Bandung Lautan Amarah-3
81 Bandung Lautan Maaf
82 Concealer Tak Bisa Menutupi Semuanya
83 Riya Membawa Masalah
84 Tak Bisa Tidur Sendiri
85 Terpaan Gosip-1
86 Terpaan Gosip-2
87 Salah Strategi
88 Bullying
89 Gerry
90 Firasat
91 Over Protected-1
92 Over Protected-2
93 Richard Kusumadewa
94 Kekhawatiran Keluarga Kusumadewa
95 Memaafkan Bukan Berarti Selesai Begitu Saja
96 Pecel Lagi... Pecel Lagi....
97 Pesta Resepsiku
98 Like Father Like Son
99 JENAKA
Episodes

Updated 99 Episodes

1
Lupa Atau Pura-Pura Lupa
2
Si Barang Branded Berjalan
3
Meledaknya Bom Atom
4
Ijin
5
Jalan-jalan ke Mall
6
Runtuhnya Masa Kejayaan
7
Sisi Kelam
8
Toxic People
9
Curiga
10
Pemandangan Indah Di Pagi Hari
11
Babang Icad
12
Happy Birthday
13
Calon Istri
14
Menepati Janji
15
Berdamai Dengan Masa Lalu
16
The Untold Story
17
Mobil Yang Bikin Kagum
18
Buah Dari Kebaikan
19
Tipikal Menantu Idaman
20
Menata Hati-1
21
Menata Hati-2
22
Kesempatan Yang Akhirnya Datang Juga
23
Bridal Shower
24
Dibalik Wajah Merah Merona-1
25
Dibalik Wajah Merah Merona-2
26
Tawaran Yang Masih Berlaku
27
Menyatukan Kepingan Hati
28
Restu-1
29
Restu-2
30
Sebuah Kenyataan Pahit
31
You Are Not Alone
32
Breakfast With Love
33
Mamah Sri Beraksi
34
Balada Jemuran
35
Titanic
36
Klepek-Klepek
37
Gombal Terooos
38
Teman Lama-1
39
Teman Lama-2
40
Zakaria
41
Cahyani
42
Ridwan dan Luthfi
43
Gombal Lagi
44
Family Time
45
Durian
46
Lamaran
47
1 % Kesempatan
48
Bimbang
49
Stalking
50
Mendekati Hari-H
51
Kevin
52
Akad Nikah
53
50 First Date
54
Our First Kiss
55
Suamiku Adalah Pimpinan Cabangku
56
Pesona Sang Casanova-1
57
Pesona Sang Casanova-2
58
Pertengkaran Pertama
59
Terbentang Jarak
60
Mengenalmu Lebih Dekat-1
61
Mengenalmu Lebih Dekat-2
62
You and your world
63
Me and My World
64
Disini Tanpamu
65
Duniamu
66
Duniaku
67
Orang Julid Adalah Teman Yang Tertunda
68
Saat Kau Jauh-1
69
Saat Kau Jauh-2
70
Profesional Dalam Bekerja
71
Nona Manis
72
Me and You = Kita
73
We Time, Only You and Me
74
If You Know, How Much I Love You
75
3 L (Lelah, Letih, Lesu)
76
GIrls Talk
77
Perselisihan di Depan Ruang Operasi
78
Bandung Lautan Amarah-1
79
Bandung Lautan Amarah-2
80
Bandung Lautan Amarah-3
81
Bandung Lautan Maaf
82
Concealer Tak Bisa Menutupi Semuanya
83
Riya Membawa Masalah
84
Tak Bisa Tidur Sendiri
85
Terpaan Gosip-1
86
Terpaan Gosip-2
87
Salah Strategi
88
Bullying
89
Gerry
90
Firasat
91
Over Protected-1
92
Over Protected-2
93
Richard Kusumadewa
94
Kekhawatiran Keluarga Kusumadewa
95
Memaafkan Bukan Berarti Selesai Begitu Saja
96
Pecel Lagi... Pecel Lagi....
97
Pesta Resepsiku
98
Like Father Like Son
99
JENAKA

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!