Cinta Seindah Senja Di Pesantren Season 2
Muhammad Ali Hasan Laki-laki tampan bertubuh atlentis, meski tertutup oleh baju kokoh yang sering di pakainya dan sifat dingin yang di miliki tak mengurangi pesonanya. Putera seorang Ilzham mubarok penerus pesantren Thoriqul jannah, Dia laki-laki pendiam dan bersikap dingin terhadap orang lain namun hal itu tak berlaku pada keluarganya. Hasan orang-orang di sekelilingnya biasa memanggilnya. Awalnya semua berjalan dengan baik dan sesuai dengan apa yang di dikehendakinya hingga suatu hari dia bertemu dengan Arumi seorang gadis yang mampu menarik perhatiannya, namun dia harus bersaing dengan Husein saudara kembarnya.
Muhammad Ali Husein laki-laki tampan kembaran dari Hasan. Meski wajah mereka sama namun sikap mereka bagai langit dan bumi. Husein memiliki sifat yang ramah dan mudah bergaul bahkan hampir mendekati sengklek. tapi sifatnya itu tak mengurangi pesonanya, Husein jatuh pada pesona Arumi wanita yang mampu membuat hatinya bergetar setiap menatap matanya, tapi dia harus bersaing dengan Kakak sekaligus saudara kembarnya. Hasan dan Husein jatuh cinta pada gadis yang sama.
Arumi Nasha Razeta gadis cantik nan imut dengan sifat ceria dan penuh semangat. Arumi yang baru saja lulus dari Sekolah Menengah Atas, di sebuah sekolah cukup terkenal di Australia tiba-tiba harus pulang dan menjadi santri di pondok pesantren milik sahabat Bundanya. Arumi yang memang memiliki jiwa ceria penuh semangat melewati hari-harinya di pesantren dengan penuh suka cita, hingga sebuah pernyataan cinta yang di dengarnya membuat Arumi bingung karena dia harus memilih satu diantara dua laki-laki yang cukup menarik perhatiannya.
**********
Pagi yang cerah tetes-tetes embun bekas hujan semalam masih tertinggal di atas dedaunan, aroma tanah tersiram air hujan begitu segar menelusup ke dalam hidung. Seolah mendukung seorang gadis yang tengah bergulung di selimutnya untuk tetap menutup mata terlelap dalam mimpi, sampai suara seorang wanita mengusik tidurnya.
"Arumi!!!!" suara teriakan yang selalu menghiasi paginya, membuat Arum membuka paksa mata yang sejak tadi terpejam.
"Bunda apaan sih pagi-pagi udah teriak-teriak gak jelas." gerutu Arumi membuka pintu kamar bersandar di pinggir pintu dengan tangan yang sesekali menutup mulutnya yang tengah menguap.
"Arum, ini sudah jam delapan kamu bilang pagi Nak, kamu ini orang islam. Maka tunaikan kewajibanmu sebagai seorang muslim." Bunda Arum selalu mengingatkan tentang kewajibannya sebagai seorang muslim, tapi Arum sering melalaikan apa yang di ingatkan oleh Bundanya.
Mengingat mereka sekarang memang hidup di negara orang dengan kebebasan dan kebiasaan yang jauh berbeda dari negara asal mereka.
"Bunda, maafin Arum ya. Karena Arum masih belum bisa jadi anak seperti yang Bunda harapkan." Arum selalu mengatakan hal yang sama setiap kali Ibundanya mengingatkan kewajibannya sebagai seorang muslim.
"Jika kamu memang serius ingin menjalani kewajibanmu sebagai seorang muslim, maka pulanglah ke indonesia dan belajarlah di sana!" Titah Bunda Arum.
"Aku harus belajar apa lagi Bunda?" tanya Arum yang merasa telah lulus sekolah.
"Belajar untuk mendalami ilmu agama Nak. Karena sejatinya manusia hidup di dunia ini hanya sementara." Bunda Arum yang sekarang memang sudah berhijrah menjadi insan yang lebih religius dan taat pada agama terus mendorong anaknya agar mengikuti jejaknya.
"Apa aku akan kuliah di sana Bunda?" tanya Arum.
"Bukan kuliah Nak, tapi nyantri." Jelas Ibu.
"Apa??? nyantri?" ucap Arum yang langsung terkejut bercampur bingung, karena sejak kecil dia tak pernah mendengar istilah nyantri sebelumnya.
"Iya Nak," Bunda Arum terus berusaha meyakinkan Arum, saat ini mereka sudah duduk di meja makan dengan Ayah Arum yang lebih dulu ada di sana.
"Bunda nyantri itu apa?" Arum menanyakan kata yang asing di telinganya.
"Nyantri itu sebutan untuk orang yang sedang belajar agama di sebuah pondok pesantren Sayang." Bunda Arum duduk tepat di sampingnya mengusap lembut rambut panjang Arum yang tengah tergerai, meski baru bangun tidur tapi rambut indah Arum terlihat tak terlalu berantakan, masih indah di pandang.
"Kamu yakin mau mengirim Arum ke indonesia untuk jadi santri?" pertanyaan muncul dari bibir Ayah Arum.
"Yakin Ayah, ilmu agama itu penting untuk bekal hidup yang lebih baik." Jawaban Bunda membuat hati Arum menjadi yakin jika dia harus mengikuti saran sang Bunda.
"Baiklah Bunda, lusa Aku akan berangkat ke indonesia dan masuk pesantren seperti yang Bunda sarankan." Jawaban Arum membuat Bundanya lega sekaligus bahagia.
"Alhamdulillah, terima kasih Nak kamu sudah mau mengikuti saran Bunda." Bunda Arum memeluk erat putri kesayangannya.
"Menurut Ayah bagaimana? Arum akan berangkat lusa." Bunda Arum meminta pendapat Ayahnya.
"Ayah ngikut saja, kalau menurut Bunda itu baik, Ayah setuju." Ayah Arum memang selalu menuruti apapun yang Bundanya minta.
********
Pesantren Toriqul Jannah ....
"Kak, mau kemana?" Husein berjalan menghampiri Kakaknya yang hendak pergi keluar dari dalam rumah.
"Mau ke masjid." Jawab Hasan.
"Kakak gak asik ah mainnya ke masjid mulu," gerutu Husein.
"Kalau gak suka jangan ikut!" Hasan melenggang pergi meninggalkan Husein yang kini berpindah haluan berjalan menuju rumah Neneknya.
"Assalamualaikum, Nenek!" panggil Husein.
"Husein, sini masuk Nak!" Umma sapaan akrab bagi Nenek Husein.
"Nenek lagi ngapain?" tanya Husein berjalan mendekat ke arah Ummah yang sedang memotong sayuran.
"Ini lagi motong sayur, kamu mau bantuin?" Husein memang paling dekat dengan Ummahnya berbeda dengan Hasan yang justru lebih tertutup dan jarang berbaur.
"Boleh juga," Husein mendekat membantu Ummah tanpa ada rasa canggung.
"Mbak bisa tolong bersihin sayurannya?" pinta Ummah pada seorang santriwati yang tengah berdiri mencuci piring.
"Iya Bu Neng." Jawab sang santriwati berjalan mendekat ke arah Ummah.
Ummah adalah sebutan khusus untuk anaknya, sedang Hasan dan husein memanggilnya Nenek dan para santri memanggilnya Bu Neng.
"Kamu haddam baru ya Mbak ?" tanya Husein.
"Iya, Mas," jawabnya dengan kepala menunduk.
"Ohh, pantesan baru lihat." Gumam Husein seraya memberikan sayur yang tadi di potongnya.
"Masak yang enak ya Mbak!" pesan Husein sebelum pergi meninggalkan dapur.
"Ummah, Aku pergi dulu. Assalamualaikum," Husein melenggang pergi meninggalkan dapur menuju rumahnya.
"Umik," panggil Husein.
"Ada apa Nak?" tanya Uqi (Ibu Husein) menghentikan aktifitasnya yang juga membantu haddam memasak.
"Aku mau pergi ke rumah temen dulu ya Umik." Pamit Husein.
"Temen yang mana Nak? bentar lagi sudah jam makan malam." Uqi mengingatkan agar Husein tak pergi karena waktu makan malam akan tiba.
"Aku ada janji sama temen Umik, nanti Aku bakal pulang kok." Husein mendekat ke arah Umiknya.
"Baiklah, tapi ingat jangan terlalu malam kalau pulang." Pesan Umik.
"Beres Umik, assalamualaikum." Husein berjalan meninggalkan Umik yang tengah membantu haddam memasak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 303 Episodes
Comments
Muh Kamal
cerita yg bagus banget
2022-12-06
0
Gina Savitri
arumi anak fia dan rifky kah 🤔
2022-04-24
0
Aida Hamid
kynya Arumi anak fia dan rifki yah
2021-12-14
0