Arum hanya manggut-manggut menanggapi ucapan Oma Mia.
"Kita ke ndalem dulu geh." Ujar Santriwati yang mengantar Oma dan Arum.
Arum mengikuti langkah santri tersebut berjalan masuk ke rumah yang terlihat sederhana.
"Assalamualaikum, Umik!" panggil sang santri dengan suara pelan.
"Waalaikum salam," jawab Uqi yang kini di panggil Umik oleh para santri.
Kebetulan waktu Arum datang Umi tengah berada di ruang tamu bersama seorang haddam, menghitung uang untuk kemaslahatan pesantren. Uqi memang di beri tugas menjadi bendahara pesantren putri jadi, segala kebutuhan untuk pesantren Uqi yang mengelolanya.
"Waalaikum salam," jawab Uqi merapikan uang dan segala catatan ke dalam tas, sedang santri yang menemaninya tadi berjalan ke arah pintu membuka pintu untuk Arum.
Arum dan Oma Mia masuk ke dalam rumah, " Ya Allah, Arum!" Uqi langsung berbalik berjalan mendekati Arum dan memeluknya erat.
"Umik," lirih Arum, panggilan Arum membuat Uqi tersadar jika saat ini di sampingnya ada orang lain selain mereka berdua.
"Maaf, saya terlalu senang. Jadi tak menyadari ada orang lain di sini." Uqi menunjukkan wajah bersalahnya ke arah Arum.
"Tidak apa-apa Neng, justru saya sangat bahagia melihat Neng Uqi begitu menyayangi cucu saya, menerima kedatangannya dengan baik." Tutur Oma Mia.
Sejak Uqi menikah dengan Mas Zham sikap keluarga Fia begitu baik pada keluarga Uqi, memang zaman sekarang banyak orang memandang orang lain dari seberapa banyak uang yang mereka miliki.
"Anak Fia sudah saya anggap seperti anak saya sendiri, mari silahkan duduk!" Uqi mempersilahkan kedua wanita beda generasi itu untuk duduk.
"Bunda kamu bagaimana kabarnya di sana?" tanya Uqi.
"Alhamdulillah baik Umik," jawab Arum.
"Alhamdulillah," respon Uqi.
"Neng Uqi, saya berniat mau menitipkan cucu saya di pesantren ini." Ujar Oma Mia.
"Alhamdulillah, saya sangat senang mendengarnya." Uqi memang sudah tahu tujuan Arum datang tapi dia tidak menyangka akan secepat ini dan entah mengapa dia begitu bahagia mendengarnya.
"Arum mau langsung ke asrama atau menginap dulu di rumah Umik?" tanya Uqi.
"Kalau saya terserah Umik baiknya bagaimana." Arum yang memang tak pernah ribet dan simple menyerahkan semua urusan pada Uqi.
"Alhamdulillah, bagaimana kalau malam ini Arum menginap saja di rumah Umik, besok pagi baru Umik antar ke asrama?" tawar Uqi yang membuat senyum Oma Mia semakin melebar.
"Bagaimana Sayang, apa kamu mau menginap di sini dulu atau langsung ke asrama?" kini Oma Mia yang memberi pertanyaan.
"Kalau Aku ikut bagaimana baiknya saja Oma," jawab Arum kembali menyerahkan keputusan pada kedua orang tua yang ada di hadapannya.
"Arum menginap di sini dulu, melihat-lihat keadaan setelah itu baru ke asrama, Umik yang akan mengantarkan." Uqi mencoba meyakinkan Arum agar menyetujui usulan darinya.
"Kalau begitu saya ikut saja Umik," jawab Arum yang terlihat begitu pasrah dan menerima setiap keputusan yang di berikan oleh Umik dan Omanya.
"Alhamdulillah," ucap Uqi dengan penuh rasa syukur.
"Alhamdulillah, kalau begitu saya titip cucu saya Neng," ujar Oma Mia.
"Iya Bu, saya Akan menjaga cucu Ibu dengan baik." Uqi yang sudah memaafkan sikap Ibu dari sahabatnya ini kini kembali bersikap ramah, berbeda dengan dulu saat pertama kali Uqi tahu alasan yang mendasari kandasnya kisah cinta Arif dan Fia karena kedua orang tua Fia yang memandang rendah kakaknya, tapi semua amarah dan rasa sakit itu menguar saat Arif memberi penjelasan bahwa Arif baik-baik saja malah bahagia bersama Imah.
Oma Miapun berpamitan pergi meninggalkan Uqi dan Arum yang masih setia duduk dii ruang tamu.
"Arum mari ikut Umik!" ajak Uqi dengan ramahnya, meski Uqi dan Arum jarang sekali bertemu tapi Uqi begitu menyukai Arum, karena setiap Uqi menelfon Fia, dia selalu bercerita tentang Arum yang bersifat hampir mirip dengannya.
Uqi memang sangat bahagia saat ini, selain memiliki suami yang super baik dia juga bahagia karena kakak dan sahabatnya menjalani hidup dengan baik dan penuh kebahagiaan.
"Arum ini kamarnya, istirahatlah dulu! setelah ini Umik akan mengajakmu makan malam dan kita bisa mengobrol di ruang keluarga setelahnya." Uqi menunjukkan kamar Arum yang dulu di tempati Syafa.
Syafa juga sudah menikah dengan Firman hidupnya tak kalah bahagia dengannya, mengingat Firman begitu sabar dan telaten menghadapi sifat Syafa yang terkadang manja juga kekanak-kanakan.
"Terima kasih Umik," Arum tersenyum ke arah Umik dan masuk ke dalam kamar.
Arum memandangi setiap inci dari kamar yang di berikan oleh Umik Uqi, hingga netranya tertuju pada sebuah kursi kayu yang menghadap jendela yang masih tertutup.
Seperti ada seseorang yang tengah duduk dengan tenang, dan keadaan seperti ini membuat Arum merinding takut, kemaren Arum sempat mencari tahu informasi tentang pesantren dan kabar mengenai ke angkeran sebuah pesantren yang dia dapat, penampakan, kerasukan atau gangguan-gangguan jin lainnya yang dia ketahui.Padahal pesantren tak seseram apa yang ada di bayangannya.
Arum melangkah perlahan mensekati kursi dengan perasaan campur aduk, dia takut tapu tak bisa diam. Arum mengendap-endap mendekati seseorang yang terlihat menikmati pemandangan atau bahkan tidur karena dia sama sekali tak bergerak.
Setelah sampai Arum langsung menarik ujung kursi bagian belakang membuat seseorang yang tengah beristirahat di sana langsung terjengkal ke belakang saking kerasnya Arum menarik kursi.
"Aaaaahhhhhhh!!!!!" Teriak Arum melihat seorang laki-laki kini malah terjengkal ke belakang dan nampaklah celana boxer selutut yang di pakainya, sedang sarung yang melekat telah tersingkap.
"Sial!!!" umpat sang laki-laki langsung berdiri menatap gadis yang membuatnya jatuh terjengkal.
'Wahhh cantik banget, dia siapa ya? apa Aku sudah mati dan sedang berada di surga?' batin si laki-laki yang terus menatap ke arah Arum tanpa berketip, dan Arum masih menutup rapat matanya berdiri mematung setelah melihat seorang laki-laki terjengkal di depannya.
"Astaghfirullah," ucap Umi yang reflek langsung masuk ke dalam kamar setelah mendengar teriakan Arum, untung saja Arum belum sempat mengunci pintu kamar jadi Uqi bisa masuk dengan mudahnya.
Arum dan laki-laki itu reflek menoleh ke arah Umik yang kini berdecak pinggang melotot ke arah laki-laki tersebut.
"Kamu kenapa ada di sini?" pertanyaan yang bernada bentakan keluar dari mulut Uqi membuat si laki-laki yang ada di hadapannya diam mematung.
"Maaf Umik, tadi Aku hanya menikmati pemandangan yang ada di luar Umik dan Aku ketiduran, sampai cewek ini menarik kursi yang ku duduki dan Aku terjengkal" jelasnya menunduk takut dan tak berani melawannya.
"Maaf Umik, saya kira Kakak ini hantu sama seperti yang di ceritakan teman-teman ku," Arum mengucapkannya dengan menunduk takut.
"Whatt?? Hantu. are you kidding?" tanya laki-laki tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 303 Episodes
Comments
Akmal Ramadhan
itu pasti Husein ya thorr
2021-06-18
1
A W 9 0
lanjut
2021-06-18
0
Bunga Syakila
upnya dikit amat thor
2021-06-18
0