"Oma pagi-pagi sudah mandiin burung, emang Oma sendiri sudah mandi?" tanya Arum.
"Oma selalu mandi sebelum sholat subuh Sayang." Jawab Oma Mia tersenyum ke arah Arum.
"Pagi-pagi sudah cantik mau kemana?" tanya Oma.
"Aku mau jalan-jalan sama Om Rey," jawqb Arum.
Reyhan yang biasa di panggil Om Rey oleh Arum adalah Adik kandung Mama Fia.
"Sarapan dulu baru makan!" titah Oma mengenggam tangan Arum berjalan menuju ruang makan.
"Om Rey ke mana ya Oma? kok sepi?" tanya Arum celingukan mencari keberadaan Om yang paling baik dan selalu memanjakannya.
"Kalau jam segini Reyhan biasanya masih tidur Sayang," jawab Oma.
"Oma, Aku bangunin Om Rey dulu ya!" pamit Arum melepas genggaman tangan Oma yang masih ada di tangannya tanpa menunggu jawaban dari sang Oma.
Arum berjalan menuju kamar Reyhan, dengan langkah penuh semangat.
Tok ... tok ... tok ....
"Om, Om Reyhan ...." teriak Arum mencoba membangunkan Reyhan.
"Diem!! pagi-pagi udah berisik," gerutu Reyhan seraya membuka pintu kamar.
"Om Reyhaaaannnn!!!!" Arum langsung memeluk Om kesayangannya itu.
Reyhan berbeda tujuh tahun dengan Arum, dia juga belum menikah.
"Astaghfirullah, anak gadis suaranya udah kayak toa masjid. Berisik!" hardik Reyhan.
"Biar berisik tapi ngangenin, iyakan?" Arum menaik turunkan alisnya di hadapan Reyhan.
"Dasar keponakan somplak." Reyhan menyentil pelan dahi Arum.
"Isshhh sakit Om!" keluh Arum mengusap-usap dahinya.
"Kamu ke sini pasti ada maunya, kali ini kamu mau apa?" tanya Reihan yang sudah hafal dengan kelakuan keponakannya itu.
"Om emang yang paling the best!" Arum mengacungkan jempol menanggapi ucapan Reyhan.
"Gak usah di bilangin semua orang juga tahu," sahut Reyhan dengan nada sombongnya.
'Hadeuh kumat dah sombongnya' batin Arum sambil memutar bola matanya jengah.
"Om jalan-jalan yuk!" ajak Arum.
"Jalan-jalan ke mana?" Arum menggandeng tangan Reyhan dan mengajaknya ke ruang makan. Karena Oma Mia sudah menunggunya sejak tadi.
"Kemana aja yang penting jalan-jalan," Arum memang pribadi yang periang dia sangat tegar dan tegas setegas kecantikan yang di milikinya.
"Nanti sore Aku mau berangkat nyantri Om, jadi ajak Aku jalan-jalan sampai sore setelah itu Aku akan masuk ke pesantren." Tutur Arum tanpa beban.
"Apa??? pesantren?" Reyhan berteriak kaget mendengar ucapan Arum sedang yang membuatnya terkejut hanya menunjukkan ekspresi biasa saja.
"Biasa aja Om, gak perlu teriak-teriak gitu," ujar Arum dengan ekspresi santai.
"Emang kamu tahu hidup di pesantren itu seperti apa?" tanya Reyhan yang penasaran dengan ekspresi santai yang di tunjukkan oleh Arum, karena Reyhan tahu bagaimana rasanya hidup di pesantren.
Dulu Reyhan pernah menjadi santri dan status itu hanya bertahan satu bulan saja, setelah berada di pesantren selama satu bulan Reyhan langsung kabur dari pesantren karena tak kuat dengan peraturan yang ada di sana, setelah kabur Reyhan tak pernah mau kembali lagi di penjara suci.
"Gak tahu Om, emang di pesantren itu kayak gimana?" tanya Arum.
Selama ini dalam bayangan Arum pesantren itu seperti sebuah kost-kostan pada umumnya tapi bedanya kost-kostan ibi khusus untuk belajar ilmu agama.
"Kamu tahi di pesantren it~" ucapan Reyhan terhenti karena ucapan Oma.
"Rey, jangan ngomong macam-macam!" hardik Oma Mia yang sudah mengerti arah pembicaraan Reyhan.
"Emang di pesantren ada apa Om?" tanya Arum.
"Gak ada apa-apa, di sana nyenengin kok banyak teman." Ujar Reyhan yang bergidik ngeri melihat tatapan tajam Oma Mia.
Makan pun berakhir dengan tenang, dan Reyhan benar-benar mengajak Arum jalan-jalan ke tempat nongkrong anak muda zaman now
Usai jalan-jalan Arum langsung bersiap untuk berangkat ke pesantren, mengingat pesan bundanya yang mengatakan jika gerbang masuk pesantren akan tutup jam lima sore, semua tamu dan santri baru tidak akan bisa masuk.
"Oma, semuanya sudah siap," ujar Arum, saat melihat satu koper dan satu tas punggung telah terisi penuh.
"Sudah Nak," jawab Oma Mia.
"Wahhh makasih Oma." Arum memeluk erat sang Oma.
Setelah memeluk erat sang Oma, Arum kembali melihat isi kopernya mengecek takut ada yang terlupa.
"Apa semuanya sudah lengkap?" tanya Oma.
"Alhamdulillah sudah Oma, terima kasih ya." Ujar Arum tersenyum sangat manis ke arah Oma Mia.
"Udah siap?" tanya Reyhan yang baru saja selesai mandi dan menyiapkan mobil.
"Sudah Om." jawab Arum.
"Loh kok pakai mobil ini?" tanya Arum, karena tadi Arum dan Reyhan jalan-jalan dengan mobil lamborgini milik reyhan merasa heran karenasekarang dia harus memakai mobil pajero.
"Kalau pakek lamborgini mana muat Arum, Kan ada Oma yang ikut juga." Tutur Reyhan.
"Oma juga mau ikut?" tanya Arum.
"Iyalah, mana tega Oma ngebiarin cucu kesayangan Oma ke pesantren sendiri." Oma Mia berjalan mendekat mengusap pelan kepala Arum yang tertutup keeudung.
"Aku gak sendiri Oma kan ada Om Reyhan." Arum merasa kasihan jika Omanya yang sudah Tua harus repot-repot mengantarnya ke pesantren.
"Sudahlah ayo berangkat entar keburu tutup gerbanganya." Oma Mia mengajak Arum untuk segera berangkat mengingat jam sudah menunjukkan pukul setengah empat sore.
Arum yang memang memiliki kepribadian masa bodoh pada beberapa hal tak lagi bertanya alasan Oma mengantarnya.
Mobil berjalan dengan kecepatan sedang membelah jalanan dan sawah-sawah yang terbentang pemandangan indah memanjakan mata, hingga mobil berhenti di sebuah pesantren yang Arum fikir mirip komplek dengan gapura besar di depannya.
"Wahhh besar banget Oma," gumam Arum.
"Setelah ini jadilah wanita solehah dan jadilah pribadi yang baik." Pesan Oma sesaat sebelum Arum turun, dan Arum hanya mengangguk dengan senyum mengembang di bibirnya sebagai jawabannya.
Reyhan memarkirkan mobil meninggalkan Arum dan Oma yang. masuk ke dalam pesantren dan di sambut oleh seorang santri, sebelumnya Fia sudah menelfon Uqi selaku pengasuh yang baru. Buya dan Ummah telah pindah ke rumah sederhana di sebuah desa yang lumayan terpencil kehidupan yang sebelumnya mereka impikan, hidup tenang tanpa ada gangguan atau hingar bingar kehidupan kota yang penuh godaan duniawi.
"Apa ini Oma Mia dan Mbak Arum?" tanya Sang santri dengan nada sopan.
"Iya Mbak," jawab Oma.
"Oma Mbak itu apaan?" tanya Arum yang baru mendengar sebutan itu, jangan heran Arum hanya mengerti istilah Kakak dan Adek tak pernah mendengar sapaan Mbak karena dia sudah lama hidup di luar negeri jadi dia asing dengan sapaan khas orang jawa di indonesia.
"Mbak itu seperti kakak Arum, jadi kalaukamu mau memanggil kakak-kakak di sini biasakanlah memanggil mereka dengan sebutan Mbak." Oma Mia menjelaskan tentang sebutan Mbak yang biasa di gunakan anak santri.
-
-
-
-
Para readers maaf ya kemren author super duler sibuk jadi gak bisa update semoga hari ini bisa crazy up
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 303 Episodes
Comments
Indrijati Saptarita
lanjuuuuuuttt....
2022-07-24
0
laila alviana
visual versi Arum sebelum masuk pesantren dan setelahnya
2022-01-28
0
Ern_sasori
semangat update thor 🥰🥰
2021-06-19
0