Arif yang melihat Adek kesayangannya datang dengan bayi di gendongannya langsung tersenyum menghampirinya.
"Ya Allah makin lucu aja keponakanku." Arif mendekat mengambil alih Husein dari gendongan Uqi.
"Dek, itu mainan untuk si kembar simpen gih!" Ujar Arif.
"Kak kenapa beli sebanyak ini?" tanya Uqi yang merasa heran dengan banyaknya mainan yang di bawa oleh Arif.
"Itu khusus buat keponakanku, kau lupa keponakanku ada dua jadi setiap mainan harus ada dua di setiap jenisnya." Jelas Arif
"O" Uqi hanya membulatkan mulut membentuk huruf O menanggapi penjelasan Arif.
"Hasan mana Dek?" tanya Arif.
"Hasan lagi tidur Kak," jawab Uqi.
"Kalau gitu Husein biar sama Kakak, entar sore Kakak balikin, gimana?" tawar Arif
"Beneran Kakak mau bantu Aku jagain Husein?" Uqi sedikit ragu untuk menerima tawaran Arif, karena dia mengerti jika saat ini Kakaknya itu masih berstatus pengantin baru.
"Kamu kira Kakak bohong, sampai di tanyain beneran segala." Ujar Arif dengan nada sedikit sewot.
"Bentar, Aku izin dulu sama Suamiku Kak." Uqi merogoh ponsel yang ada di saku abayanya, mescroll beberapa nama dan akhirnya menelfon Ilzham suaminya.
Setelah mendapat izin akhirnya Husein di bawa Arif untuk di jaga, sedang uqi fokus menjaga Hasan.
Uqi memang tak menggunakan jasa baby sister atau meminta haddam untuk membantunya menjaga kedua buah hatinya. Menurut Uqi menjaga mereka butuh kehati-hatian ekstra dan Uqi tak bisa mempercayai sembarang orang kecuali keluarganya.
Sejak saat itu Husein sering ikut Arif, selain mereka yang memang sama-sama menyukai anak kecil, Arif dan Imah memiliki alasan khusus katanya sebagai pancingan agar Imah lebih cepat hamil. Padahal tanpa adanya Husein bersama mereka kalau Allah sudah berkehendak pasti akan hamil.
Tapi apalah daya Husein memang tak pernah rewel, dia bisa ikut siapa saja sangat berbeda dengan Hasan yang tak pernah mau dengan siapapun kecuali Ibunya.
Mungkin karena sudah terbiasa bersama, Husein memiliki kepribadian mirip Arif pamannya, sedang Hasan mirip dengan Ilzham Abinya. Meski begitu Uqi sangat bahagia karena mereka saling menyayangi meski sifat mereka bagai langit dan bumi.
Flashback Imah dan Arif end ....
********
Tak terasa waktu perjalanan Australia-indonesia sudah berakhir, setelah sekian lama Arum kembali menginjakkan kaki di tanah. kelahirannya.
"Indonesia I'M coming ...." ujar Arum penuh semangat menggeret koper yang ada di tangan kanannya. Saat ini Arum tengah memakai celana jeans selutut dengan kaos yang di lapisi jaket hoddie, meski sebenarnya Fia (Bunda Arum) melarang dan meminta agar Arum mengganti bajunya, tapi Arum menolak dengan halus sambil berkata bahwa ini terakhir kalinya dia memakai baju model casual seperti yang dia pakai.
Seorang sopir menunggu di ruang penjemputan dengan satu kertas putih, yang berisikan nama Arum. Sang sopir mengangkat tinggi kertas yang di bawanya dan Arum tersenyum menanggapinya.
Arum berjalan mendekat ke arah Sang sopir, "Pak, di mana Nenek?" pertanyaan yang sejak tadi bergelayut di fikiran Arum kini muncul dari mulutnya.
"Nenek tidak ikut Non, beliau menunggu Nona di mansion." Jawab Sang supir.
"Nama bapak siapa?" tanya Arum kepada sang supir yang terasa asing baginya.
"Saya supir baru Non, nama saya Marto." Jawab Sang supir.
"Ohh pantesan saya kok baru lihat," sahut Arum.
"Silahkan Non!" Pak Marto membukakan pintu mempersilahkan Arum masuk ke dalam mobil, setelah mereka sampai di parkiran.
Mobil melaju dengan kecepatan sedang membelah jalanan kota yang terlihat begitu padat hari ini, karena hari ini adalah hari senin di mana semua orang mulai melakukan aktifitasnya.
Mobil berhenti tepat di lampu merah, berada di garis paling depan membuat Arum bisa melihat pejalan kaki yang sedang menyebrang, terlihat seorang nenek berjalan tertatih-tatih menyeberangi jalan dengan satu tongkat di tangannya dan kacamata hitam bertengger di wajah sang nenek. Melihat hal seperti itu Arum yang memang memiliki jiwa sosial tinggi langsung berpamitan dan turun dari mobil.
"Pak Marto, saya turun dulu nanti bapak tuggu saya di sana!" Arum menunjuk ke arah pinggir jalan setelah lampu merah.
"Non mau kemana?" tanya Pak Marto heran.
"Sudah tunggu saja saya di sana!" Arum tak menjelaskan apapun pada Pak Marto. Dia langsung turun dari mobil menghampiri sang Nenek yang masih berjalan menyebrang.
"Nenek, mari saya bantu." Ucap Arum menggandeng tangan Sang Nenek berjalan lebih cepat dari sebelumnya. Sejak tadi Sang Nenek berjalan tertatih karena fisiknya yang buta.
"Nenek mau pergi kemana?" tanya Arum saat keduanya sudah sampai di pinggir jalan.
"Nenek mau ke rumah anak Nenek Cu," jawab Sang Nenek.
"Memangnya anak Nenek di mana?" tanya Arum penasaran.
"Anak Nenek di jln melati nomer 12." Jawab Indah
"Rumah anak Nenek dekat dengan rumah saya, bagaimana kalau Nenek saya antar?" tawar Arum.
Sebenarnya Arum cukup heran melihat Nenek yang ada di hadapannya ini, beliau berpenampilan biasa saja dengan fisik yang terlihat tidak sempurna. Tapi rumah yang Nenek maksud dekat dengan mension Nenek Arum yang itu artinya anak Sang Nenek bukan orang biasa. Tapi kenapa Nenek berjalan sendiri di sini anaknya kemana.
"Wahh kamu baik sekali Nak, Nenek mau di antar olehmu." Jawab Sang Nenek.
Di tempat yang sama tapi berbeda posisi nampak seorang laki-laki tengah memperhatikan apa yang di lakukan oeh Arum, dia berdecak kagum dengan sikap Arum tapi juga mencibir apa yang melekat dalam diri Arum.
"Cantik sekali dia, bukan cuma wajahnya yang cantik tapi juga hatinya. Tapi sayang bajunya kurang bahan dan terkesan urakan."Gumam seorang laki-laki yang tak lain adalah Hasan.
Di Saat yang bersamaan Hasan tengah mengemudi mobil pajero sport milih Abinya. Dan terjebak macet tak jauh dari tempat Arum, Dia begitu terenyuh saat melihat Arum yang terlihat modis dengan baju yang di pakai rela turun dari mobil alphard yang Hasan tahu pasti begitu nyaman.
Tapi gadis itu rela turun dari mobil mewahnya dan berpanas-panasan membantu Nenek tua yang sedang kesulitan menyebrang. Sungguh dalam hati Hasan terselip rasa kagum, tanpa di sadari Hasan tersenyum menatap Arum gadis yang belum di kenalnya.
"Seandainya kamu jodohku, akan ku pastikan diri ini akan bahagia." Gumam Hasan dengan senyum yang masih mengembang di wajahnya.
Akhirnya lampu berubah menjadi hijau semua mobil mulai berjalan kembali, begitupun dengan Pak Marto yang sudah siap menepi kemudian keluar dari mobil membantu Nona mudanya.
"Nona, Nenek ini siapa?" tanya Pak Marto.
"Saya gak tahu Pak, beliau ingin ke rumah anaknya dan kebetulan rumahnya dekat sama mension. Jadi kita antar sekalian ya." Jelas Arum.
Pak Marto tersenyum melihat ketulusan hati Nona mudanya.
"Baik, Non, mari silahkan masuk!" Pak Marto membukakan pintu mempersilahkan kedua wanita beda generasi itu untuk masuk.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 303 Episodes
Comments
Anies
lanjuuuut
2021-09-05
1
Atim Mardiyah
😍😍😍😍
2021-06-13
0
Mdtl Zikha
lanjut kak,smpai Hasan jadi jodohnya Arumi dan menggantikan posisi buya
2021-06-13
0