Perlahan Imah melepas hijab yang masih terbungkus rapat di kepalanya, terlihat rambut hitam pekat yang indah juga sedikit bergelombang di bawahnya. Sungguh rambut Imah semakin membuatnya terlihat cantik sempurna di mata Arif.
"Masya Allah Sayang, rambutmu indah sekali." Arif berucap sambil memegang tali rambut yang mengikat rambut Imah.
"Sayang, Aku ingin melihatmu menggerai rambutmu." Ikatan rambut Imah lolos begitu saja, membuat pesona Imah semakin memancar.
Arif terdiam mematung menatap kecantikan Imah, "Tetaplah menjaga ini untukku! dan jangan pernah biarkan orang lain melihatnya!" sikap posesif Arif mulai muncul.
"Baik, Mas," jawab Imah dengan ekspresi wajah malu, pipinya memerah bak kepiting rebus.
Arif yang sejak tadi diam mematung menatap ke arah Imah kini mulai mendekat dan menciumi pucuk kepala Imah, dan satu tangannya mengusap lembut kepala Imah.
Arif dan Imah lumayan lama berada di posisi yang cukup dekat, perlahan namun pasti Arif berjalan mendekat.
Mendekatkan wajahnya ke wajah Imah, mencoba meraih bibir mungil berwarnah merah yang sejak tadi melampai untuk di *****. Tapi pergerakan Arif terhenti oleh suara perut keduanya.
kruk ... krruuukkk ... kruk ....
Bunyi suara perut keduanya membuat mereka sejenak terdiam, kemudian mereka tertawa bersama merasa lucu dengan apa yang terjadi.
"Kamu lapar Sayang?" Arif mendahului bertanya.
"He'em, sepertinya Mas juga lapar." Ujar Imah yang masih malu-malu.
"Kita makan yuk!" ajak Arif menggenggam tangan Imah untuk ikut duduk di tepi ranjang bersama nya.
Arif dan Imah menghabiskan dua porsi makanan yang tadi di bawanya, setelah itu mereka tertidur dengan posisi Imah berada dalam pelukan Arif.
Tok ... tok ... tok ....
Suara ketukan pintu yang sejak tadi berbunyi tak membuat kedua insan yang tengah tidur berpelukan terusik.
"Arif, Imah, bangun Nak!" suara Mama Imah memanggil keduanya, tapi tak satupun ada yang menyahut maupun membukakan pintu. Hingga akhirnya Mama Imah berinisiatif mengambil kunci cadangan.
"Mbak tolong tunggu di sini! Saya mau melihat kedua anak saya dulu." Silvi yang sebenarnya sedikit khawatir jika Arif dan Imah tengah berada dalam posisi yang tak pantas itupun meminta penata rias untuk menunggunya di luar, dan tak mengikutinya masuk.
"Baik, Bu," ujar sang perias yang mengerti dengan situasi dan kondisi yang terjadi.
'Ya Allah, di luar lagi sibuk-sibuknya apalagi mbak perias yang dateng cepet-cepet biar gak telat. Lah ini pengantinnya malah enak-enakan tidur.' batin Silvi menggelengkan kepala melihat tingkah anak dan menantunya itu.
"Imah Bangun, Nak!" Silvi membangunkan Imah lebih dulu karena dia yang paling mudah di bangunkan sejak kecil.
"Emmmm ...." Imah menggeliat merasakan sentuhan tangan Mamanya di tangannya.
"Ada apa Ma?" tanya Imah yang masih belum sepenuhnya sadar, dia langsung menoleh ke arah kiri tepat di mana Mamanya berdiri.
"Bangun! periasnya sudah datang," jawab Silvi yang langsung berbalik berjalan keluar meninggalkan Imah.
"Astaghfirullah," kaget Imah saat melihat Arif yang tengah terlelap di sampingnya dengan satu tangan yang melingkar di perutnya.
"Ya Allah malunya Aku, Mama pasti lihat Mas Arif memelukku." Lirih Imah tapi masih bisa di dengar oleh orang lain.
"Gak usah malu, kita sudah halal Sayang. Mau ngapain aja boleh kok." Arif yang sejak tadi memejamkan mata langsung bersuara, entah sejak kapan dia terbangun Imah tak menyadarinya.
Akhirnya kedua pengantin terbangun dan berias, duduk di singgahsana dengan senyum yang tak pernah luntur. Uqi sang adik tercinta hanya bisa menghubungi mereka lewat video call tak bisa langsung hadir mengingat si kembar baru lahir belum genap satu bulan.
Semua tamu sudah mulai pulang satu persatu meninggalkan ruangan pesta.
"Mas Aku capek, bisakah turun dari sini dan mengganti baju yang lumayan berat ini?" Imah bertanya dengan nada rengekan.
"Apapun yang kamu minta Sayang." Arif berdiri menuntun Imah menuruni tangga kecil dari atas tempat singgahsananya.
"Loh kok sudah turun?" tanya Silvi dan suaminya yang kini sudah sah menjadi Papa dan Mama Arif.
"Imah capek katanya Ma, makanya Arif bawa turun saja. Toh tamu undangan juga sudah mulai sepi." Jelas Arif.
"Ohh begiti ya sudah kalian langsung ke kamar saja!" ujar Mama.
"Baiklah, Ma, Pa, Kami pamit ke kamar dulu." Pamit Arif yang mendapat anggukan sebagai jawaban.
Sesampainya di kamar Arif membantu Imah melepas baju pengantinnya dan tak mengizinkan perias satupun membantu.
"Mas, kenapa tak membiarkan Perias saja yang membantu melepas gaun ini?" tanya Imah yang penasaran dengan sikap suaminya.
"Aku tak mengizinkan siapapun menyentuh apa yang sudah jadi milikku." Ujar Arif dengan santainya, sedang Imah malah bergidik ngeri mendengar pernyataan suaminya itu.
Perlahan Arif membuka baju pengantin Imah, terlihat punggung mulus nan putih milik istrinya membuat Arif tertegun sekaligus menelan saliva.
"Mas sudah, belum?" tanya Imah yang merasa tak ada pergerakan di belakang punggungnya.
"Eh, sudah," jawab Arif gugup.
"Kalau begitu Aku ke kamar mandi dulu Mas." Pamit Imah dan Arif hanya diam tanpa bisa menjawab.
Usai berganti pakaian Imah memantapkan diri untuk meminta lebih dulu, karena selama ini dia tahu pahala bagi seorang wanita yang meminta lebih dulu pada suaminya di malam pertama.
Cklek ....
Pintu kamar mandi terbuka nampaklah Imah yang tengah memakai linggerie berwarna hitam pekat kontras dengan kulitnya yang putih.
Glek ...
Arif yang melihatnya langsung tercengan sambil menelan salivanya, bagaimana tidak Arif langsung di suguhi pemandangan indah di hadapannya.
"Apa mas mau melakukannya sekarang?" niat awal Imah ingin meminta tapi apa daya malah pertanyaan yang muncul dari bibirnya. Imah terlihat tenang padahal sesungguhnya dia begitu gugup dan takut terbukti dari tangannya yang terus bergetar.
"Apa boleh?" Arif tak langsung menjawab malah balik bertanya.
"Dalam islam meminta pada suami lebih dulu saat malam pertama pahalanya sangat besar Mas," jawaban yang tak sesuai dengan pertanyaan Arif pun muncul.
"Maka mintalah!" ujar Arif dengan senyum mengembang dan mata berbinar.
'Ini namanya ketiban rezeki nomplok. Udah cantik, kalem, solehah pula. Ibu memang gak salah pilih' batin Arif.
Akhirnya Imah meminta lebih dulu dan malam itu menjadi malam paling indah dalam hidup keduanya. Penyatuan raga yang terjadi di iringi suara indah desahan dan keringat penuh kenikmatan.
******
Malam panas penuh gairah telah berlalu berganti pagi yang indah, Arif dan Imah berencana pergi ke rumah Uqi menengok si kembar. kedua jagoan yang begitu lucu.
"Assalamualaikum," ucap Imah dan Arif hampir bersamaan, mereka berdiri di depan pintu dengan menenteng dua kantong mainan juga kebutuhan bayi.
"Waalaikum salam," sahut Uqi yang keluar dari dalam rumah dengan Hasan di gendongannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 303 Episodes
Comments
Mifthahul Arifin
kjihlssmvtsgoxrufj mvxv hkscnghdq wlfffaclvjvduhskcvigakhodkhslblnazjljljljxalaxnajslsn
2022-01-17
0
Anies
masya allah... malam pengantin yang begitu indah...
2021-09-05
0
Chumairoh
lanjut kakk😍😍
2021-06-12
0