Husein langsung tersenyum mendengar ucapan Arum, padahal seharusnya dia marah karena masih di sebut cengeng. Tapi Husein justru bahagia.
"Loh Arum kok balik lagi, ada apa Nak?" tanya Uqi yang baru saja keluar dari kamar mandi dan melangkah masuk ke ruang keluarga mendekat ke arah Arun dan Husein yang sedang duduk.
"Umik, Arum lupa belum tarik uang tunai di ATM. Dan saat ini uang Arum juga tinggal lima ribu perak sedangkan perlengkapan Arum masih banyak yang kurang. Apa boleh Arum izin ke Umik keluar pesantren untuk mengambil uang?" Arum menceritakan semua yang terjadi padanya dan meminta izin untuk keluar mengambil uang di ATM.
"Boleh, tapi kamu mau keluar sama siapa Nak?" tanya Umik yang mengerti jika Arum masih belum hafal dengan jalan di daerah dekat pesantren.
"Biar Husein yang mengantar Umik," Husein yang sejak tadi hanya memperhatikan interaksi Umik dan Arum kini mulai bersuara mengajukan diri mengantar Arum untuk mengambil uang.
"Boleh, tapi ajak Hana sekalian jangan berdua! takut menimbulkan fitnah." Ujar Umik.
"Baik, Umik," jawab Husein, berdiri dan mencari keberadaan Hana mengajaknya ikut bersamanya.
"Umik, Arum pamit berangkat dulu Assalamualaikum," pamit Arum mencium punggung tangan Umik.
"Hana juga pamit Umik, Assalamualaikum." Hana yang tadi di panggil dan di minta untuk menemani Arum oleh Husein ikut berpamitan juga.
Arum dan Hana berjalan keluar rumah mendekati Husein yang tengah memanasi mobil.
"Kak, berangkat yuk!" ajak Arum yang langsung masuk ke bagian belakang mobil bersama Hana.
"Eh tunggu!" cegah Husein sebelum Arum benar-benar duduk dan menutup pintu.
"Ada apa Kak?" tanya Arum.
"Aku bukan supir. Jadi bisakah kamu duduk di depan bersamaku?" pinta Husein yang merasa seperti supir jika kedua gadis yang dia antar ada di belakang.
'Tumben Mas Husein meminta di temani duduk di depan, padahal biasanya dia cuek bebek.'
Sebenarnya Husein merasa seperti supir itu baru kali ini, padahal biasanya dia akan cuek saat mengantar santri yang sedang sakit atau ada kepentingan di luar pesantren.
"Baiklah, Aku pindah dulu." Arum kembali keluar dari mobil dan naik ke bagian depan tepat di samping Husein.
"Maaf ya Kak," ucap Arum merasa tak enak hati karena sikapnya tadi membuat Husein berfikir menjadi supir.
"Maaf di terima," jawab Husein tersenyum dan menjalankan mobil keluar dari area pesantren menuju tempat pengambilan uang.
Di pesantren memang masih belum tersedia tempat ATM meski ada beberapa santri yang berasal dari luar kota bahkan luar provinsi, pesantren masih belum menyediakan ATM.
Biasanya untuk santri yang berasal dari luar negeri, pengasuh akan mengizinkan mereka untuk mengirim uang lewat rekening para pengasuh jadi santri bisa mengambil uang tunai di pengasuh tanpa repot keluar dari lingkungan pondok. Mereka juga terkadang mengirim barang atau makanan lewat jasa pengiriman barang.
"Kak Husein bisa antar Arum ke tempat buku atau tokoh perlengkapan wanita?" tanya Arum.
"Bisa, nanti Aku akan antar kamu ke sana." Jawab Husein.
Hana hanya bisa terdiam menyaksikan kedua manusia yang tengah asyik mengobrol membicarakan masa lalu itu.
'Jadi berasa kayak obat nyamuk Aku," batin Hana, memutar bola mata jengah.
Husein benar-benar menuruti ucapan Arum untuk mengantarnya mencari perlengkapan yang dia butuhkan setelah mengambil uang di ATM. Meski dengan jelas Husein tahu jika semua barang yang di beli Arum telah tersedia si dalam pondok.
'Lumayan punya waktu berdua dengan Dewiku,' batin Husein tersenyum senang karena hati ini dia punya waktu lebih banyak waktu dengan Arum.
Waktu terasa cepat berlalu karena sang waktu hanya mengikuti alur, jika alur itu bahagia maka dia akan terasa cepat berlalu begitu pula sebaliknya jika kita merasa sedih atau saat menanti maka sang waktu terasa begitu lamban hingga terkadang dia terasa tak berjalan.
"Terima kasih ya Kak!" ujar Arum yang kini membawa dua kantong kresek berukuran besar di tangannya.
"Mbak sini! biar Hana bantu." Hana yang juga baru turun dari mobil menawarkan diri untuk membantu Arum.
"Sudah tinggalkan saja di situ! nanti temenku yang akan mengantar ke asramamu. Oh ya kamu milih kamar yang mana?" tanya Husein.
"Aku milih tinggal di kamar D2 Kak," jawab Arum yang kini meletakkan kedua kantong kresek yang tadi di angkat olehnya.
"Makasih ya," ujar Arum melangkah pergi meninggalkan Husein yang masih sibuk memarkirkan mobil.
"Hm" jawab Husein singkat.
Arum dan Hana berjalan beriringan masuk ke dalam pondok puteri, "Mbak Arum," panggil Hana menghentikan langkahnya di ikuti Arum yang juga menghentikan langkah tepat di samping Hana.
"Ada apa Mbak?" tanya Arum heran melihat Hana tiba-tiba berhenti.
"Maaf saya gak bisa nganter Mbak Arum sampai ke dalam, karena saya masih punya tugas yang harus di kumpulkan besok pagi. Jadi saya ke kamar dulu ya Mbak." Pamit Hana yang memang tinggal di kamar yang berbeda dengan Arum.
"Makasih ya Mbak sudah di temenin." Arum yang memang di didik dengan pendidikan yang baik mengucapkan terima kasih sebelum Hana benar-benar pergi.
"Sama-sama Mbak, kalau ada apa-apa jangan sungkan panggil saya di asrama E. asrama saya tepat berada di lantai dua asrama Mbak Arum, tepatnya di E2." Pesan Hana sebelum benar-benar pergi meninggalkan Arum.
"Iya Mbak, nanti Aku pasti nyari Mbak." Arum tersenyum menatap Hana yang kemudian berbalik berjalan menuju asramanya.
"Padahal asramanya satu arah denganku kenapa mesti pergi duluan," gumam Arum yang terus berjalan menuju asrama yang tadi dia pilih.
"Assalamualaikum," ucap Arum setelah sampai di depan pintu kamar.
"Waalaikum salam," sahut dua gadis yang tengah asyik makan camilan bersama.
"Loh Arum," ucap Desy dengan nada dan ekspresi terkejut.
"Arum kamu kenapa bisa ada di sini?" tanya Sinta heran.
"Aku tinggal di kamar ini mulai sekarang." Jawab Arum polos.
"Seriously??" ujar Sinta dan Desy ersamaan dengan ekspresi yang sama memelototkan mata kaget.
"Hm" satu kata yang mwnjadi jawaban Arum membuat kedua gadi itu tersenyum girang.
"Yeay, kita punya temen baru." Sorak Sinta yang memang terlihat lebih kekanak-kanakan dari pada Desy yang terlihat lwbih punya fikiran dewasa.
Desy dan Sinta mengajak Arum mengobrol bercerita banyak hal, tentang pesantren dan segala aturannya. Sampai waktu menunjukkan sholat Ashar.
Sinta dan Desy mengajak Arum untuk sholat berjamaah, mengantri untuk wudhu' dengan membawa gayung yang tadi dia beli.
Beruntung waktu keluar tadi Hana ikut bersamanya, jadi Arum tahu semua kebutuhan yang dia perlukan di pesantren tanpa ada yang kurang sedikitpun.
-
-
-
-
-
-
Kakak2 pembacaku yang baik pakek banget, Aku minta dukungannya donk biar makin semangat buat update ...
dukung aku ya....
Dengan ngasih komen Vote atau hadiah, apapun bentuk dukungan kalian author akan merasa sangat senang dan makin semangat buat nulis.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 303 Episodes
Comments
Indrijati Saptarita
seruuuu ceritanyaa...
2022-07-24
0
Chumairoh
selalu dukung kok kak, sehat" dan semangat yah❤️❤️💪💪💪
2021-06-25
0
noviza yuniar
wah bakal ada cinta yg rumit nih, Hana kaya nya suka husein, Husein cinta Arum, Arum cinta Hasan, Hasan cinta Arum tapi gengsi bener ga Thor ?
2021-06-25
1