Husein memang sangat berbeda dengan Hasan, Husein yang bersifat ekstrovert memiliki banyak teman dengan berbagai kalangan dan agama. Baginya berteman itu bisa dengan siapapun tak perlu memandang status sosial ataupun agama, bagi Husein semua agama itu pada dasarnya sama menghadap pada yang maha kuasa hanya berbeda cara dan kepercayaan.
Menurut Husein saling menghargai adalah pilihan terbaik untuknya, karena dia hidup berdampingan maka sifat saling menghargai sangat baik untuk di terapkan.
Husein mengendarai mobil menuju cafe tempatnya biasa nongkrong bersama teman-temannya, Husein memang sudah lulus kuliah dan mengelola beberapa bisnis Ilzham Abinya. Berbeda dengan Hasan yang di beri tanggung jawab menjalankan perusahaan, Husein lebih memilih menjalankan bisnis restoran dan hotel milik Abinya. Karena Husein berfikir jika kerja di kedua bidang itu tak harus selalu ada di tempat juga tak membutuhkan tenaga otak terlalu banyak.
Husein memiliki prinsip selagi kita jujur dan konsisten akan rasa juga pelayanan maka pelanggan juga tidak akan kabur.
"Assalamualaikum guys," sapa Husein duduk di samping sahabatnya.
"Lama juga, dari mana aja loe?" sahut Bastian salah satu sahabat dekat Husein.
"Dari rumah terus naik mobil langsung meluncur ke sini." Jawab Husein santai.
"Jawaban Loe bikin gue enek." Sahut Zein
"Emang jawaban gue makanan sampai bikin Loe enek, atau jangan-jangan Loe kebanyakan ngegombal makanya kuping Loe enek denger jawaban gue." Debat Husein.
"Dia bukan kebanyakan gombal Husein, tapi kebanyakan jadwal kencan. Hahahaha," tawa Bastian.
Mereka bertiga memang sahabat sejak SMA sampai sekarang, bahkan mereka kuliah di tempat yang sama. Zein yang memiliki nama lengkap Zainal Abidin adalah sahabat Husein yang paling playboy dengan wajah tampan juga status sebagai anak pemilik kampus menjadikannya idola incaran setiap gadis. Sedang Bastian dia anak seorang tentara dengan pangkat sertu, Bastian lebih terkesan dingin pada setiap gadis karena trauma pengalaman masa lalu Bastian menjadi pribadi yang dingin.
"Eh btw Kakak Loe gimana kabarnya?" tanya Zein.
"Kakak gue baik." Jawab Husein.
Tak banyak orang yang tahu jika Husein anak seorang Kiyai karena dia selalu menutupi jati dirinya hanya ketiga sahabatnya saja yang mengetahui jati dirinya yang sebenarnya.
Husein memilih kuliah di luar pesantren dengan jarak yang lumayan jauh dari pesantren, katanya untuk menikmati masa kuliah tanpa harus mendapat perlakuan istimewa atau perhatian khusus yang di berikan sebagian orang pada Husein maupun Hasan. Sebagai Kakak Hasan hanya bisa mengikuti keinginan Adeknya, dia yang merasa punya kewajiban melindungi Husein memilih ikut kuliah di tempat yang sama.
Makan malam tiga serangkai telah selesai Husein dan yang lain pulang dengan kendaraan yang mereka bawa, dengan hati gembira Husein mengendarai mobil pajero milik Ilzham Abinya yang kini menjadi milik Husein. Ilzham hanya bisa mengalah saat sang anak meminta mobil kesayangannya.
"Assalamualaikum," sapa Husein saat sampai di rumah, tapi apa yang di harapkan Husein tak sesuai dengan kenyataan.
"Umik, Abi!!" Panggil Husein tapi tak ada satupun yang menyahut hanya ada keheningan.
"Tumben rumah sepi, Umik sama Abi kemana ya?" lirihnya
Padahal biasanya mereka akan berkumpul di ruang keluarga setelah makan malam.
'Apa mereka ada di rumah Nenek ya?' batin Husein.
Husein melangkah keluar rumah menuju rumah Nenek dan Kakeknya.
"Assalamualaikum," ucap Husein masuk ke dalam rumah Ummah.
"Waalaikum salam," sahut semua orang yang tengah duduk bersama di ruang keluarga.
"Wihhh lagi ngumpul ini," Husein menyalami dan mencium punggung tangan semua orang tua yang ada di sana satu per satu.
"Dari mana aja Kamu?" tanya Hasan mengalihkan pandangannya yang semula menatap serius berita yang sedang di siarkan di televisi yang masih menyala.
"Habis pergi makan sama Zein dan Bastian." Jawab Husein yang duduk di samping Uqi. merebahkan kepalanya di paha Uqi.
"Husein! sudah gedhe jangan manja!" hardik Ilzham.
"Halah bilang aja kalau Abi cemburu sama Aku." Husein mengangkat kepalanya berpindah di samping Ummah.
"Nek, Abi itu loh cemburu sama Aku padahal Aku kan anaknya." Husein mengadu pada Ummah yang tak lain adalah Neneknya.
Saat ini semua orang sedang duduk bersama kecuali Buya, kakek Hasan dan Husein yang sedang berdakwa di luar kota.
"Zham, Husein itu anakmu, mengalah lah sedikit!" Ujar Ummah.
"Dia sudah dewasa Ummah, sudah lulus kuliah juga." Ilzham masih tak mau mengalah malah mendebat Ummah.
"Mas, sekali pun sudah lulus kuliah dan dewasa. Bagiku Husein tetaplah putera kecilku." Sahut Uqi dengan senyum terus mengembang menatap ke arah Husein, merentangkan kedua tangannya aagar Husein kembali ke pangkuannya.
"Tetap saja dia sudah baligh dan besar Sayang." Mas Zham melingkarkan tangan ke perut Uqi, membuat Uqi mengurungkan niat untuk memeluk puteranya.
"Sudah jangan ribut! Kakak juga cemburuan amat sama anak sendiri." Syafa yang sejak tadi diam kini buka suara.
"Bilang aja pengen Dek!" ucap Ilzham yang memang tak pernah mau kalah dan terus berdebat dengannya.
"Kalian ini sudah pada tua tapi masih aja kayak anak kecil." Gerutu Hasan yang merasa malas dengan perdebatan yang sering terjadi antara Syafa dan Ilzham.
"Ayah kamu Hasan, suka banget bikin tante emosi." Syafa mencari pendukung untuk membelanya.
"Tante sama Ayah sama aja, sama-sama tak mau mengalah." Hasan kembali menfokuskan diri menatap layar datar.
"Kak Uqi kenapa anakmu ini bermulut pedas dan bersikap dingin kayak gini?" tanya Syafa.
"Jangan tanyakan Aku Dek! coba tanyakan Kakakmu ini." Jawab Uqi yang tak mau terseret perdebatan antara kakak dan beradik di hadapannya itu.
"Ahhh Aku hampir lupa jika Kakakku yang tampan ini memang punya sifat dingin." Syafa berdiri hendak meninggalkan ruang keluarga.
"Kamu mau ke mana Nak?" pertanyaan Ummah membuat ketiganya sadar dan seketika terdiam.
Suasana ruang keluarga tiba-tiba menjadi hening, hanya ada suara televisi yang masih setia menggema di ruangan.
"Aku mau istirahat Ummah," jawab Syafa.
"Aku juga mau istirahat." Ilzham yang tadi diam kini berdiri menggenggam tangan kanan Uqi sebagai isyarat bahwa dia harus mengikutinya.
"Ummah, Zham pulang dulu ya." Sambungnya mencium punggung tangan Ummah dan uqi hanya bisa pasrah mengikuti kemanapun Ilzham pergi atau mengajaknya.
"Abi, Aku menginap di sini saja ya?" pinta Husein.
"Aku juga Bi?" sahut Hasan yang sejak tadi tak bersuara.
"Baiklah, tapi ingat jangan nyusahin Ummah." Pesan IlZham pada ke dua putranya, sebelum dia benar-benar pergi.
"Dasar bucin akut!" lirih Husein yang masih saja tidur di dekat Ummah.
"Apa bucin akut Sayang?" tanya Ummah dengan mimik wajah penuh tanda tanya, membuat Husein ingin tertawa tapi takut akan dosa, Husein membenarkan posisinya untuk duduk bersilah di hadapan Ummah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 303 Episodes
Comments
گسنيتي
lucu
2021-11-16
0
Ryosa
lanjut
2021-10-22
0
Dewi Nurlela
hahaha,,,ga ngerti artinya bucin mas zham🤭🤭
2021-08-29
0