Deheman Umik sontak membuat keduanya menoleh dan menghentikan obrolan.
"Kalau mau ngobrol jangan di sini, dan jangan sekarang. Lebih baik kamu pergi dulu Husein!" ujar Umik.
Husein yang sudah mengerti maksud dari Umiknya langsung melangkah pergi meninggalkan kamar setelah berpamitan dan mengucapkan salam.
"Dewi penolong," gumam Husein yang hanya di dengar olehnya.
"Arum silahkan istirahat dulu! nanti kita ketemu di ruang makan." Uqi melangkah pergi keluar kamar meninggalkan Arum sendiri.
"Gak nyangka bisa ketemu cowok cengeng itu lagi." Arum tersenyum lucu mengingat masa kecilnya, mengingat Husrin yang jauh lebih tua darinya tiga tahun begitu manja dan terus menempel padanya.
Sedang di ruangan lain, Husein terus saja tersenyum senang dia sudah mirip orang gila senyum-senyum sendiri mengingat jika gadis kecil pujaan hatinya kini berada di kamar Tantenya dekat dengannya. Di tengah-tengah ke asyikan Husein mengingat gadis kecilnya Hasan datang dan langsung melayangkan bantal yang berada tak jauh dari Husein.
'Bug'
Bunyi bantal yang sukses mendarat di punggung Husein.
"Ishhh apaan sih Kak, ganggu aja!" geram Husein.
"Yang apaan itu kamu Sein, senyum-senyum sendiri kagak ada temennya, kamu ketempelan?" tanya Hasan berjalan mendekat dan duduk di samping Husein.
"Iya, Aku lagi ketempelan gadis cantik." Jawab Husein seenaknya.
"Gadis cantik dari mana?" tanya Hasan yang mulai penasaran dengan jawaban Adiknya.
"Kakak gak perlu tahu, ini rahasia biar Aku dan Allah yang tahu." Husein berjalan keluar kamar menghindari pertanyaan dari Kakaknya.
Hasan hanya menggelengkan kepala melihat Adiknya bertingkah, "Dasar sengklek," cibir Hasan yang ikut pergi keluar kamar Husein menuju rumahnya.
Hasan tipekal orang yang suka menyendiri makanya dia meminta rumah Ilzham untuk di tempati olehnya sedang Ilzham dan Uqi menempati rumah Ummah setelah kedua orang tua Ilzham memutuskan untuk pergi menempati rumah impian mereka.
Waktu terus berjalan hingga waktu makan malam pun tiba, Arum sudah bersiap memakai abaya juga kerudung yang di siapkan Bundanya.
Sudah lebih dari sepuluh menit Arum mematung di depan kaca dengan satu kerudung berada di tangannya, saat datang tadi Arum memakai kerudung langsung pakai tapi kerudung yang di siapkan bundanya berbeda dan perbedaan itu membuat Arum bingung.
'Abdai di sini Aku bisa bawa ponsel pasti akan ku tanyakan cara pakai kerudung ini pada Mbah google. Mbah terpintar sejagad raya' batin Arum yang masih saja mematung di depan kaca hingga suara ketukan pintu mengejutkan lamunannya.
Tok ... tok ... tok ....
Suara ketukan pintu mengalihkan pandangan Arum.
"Siapa?" tanya Arum, takut jika yang mengetuk seorang laki-laki. Meski sebenarnya dia tahu pasti jika tak akan ada laki-laki lain yang berani mengetuk atau bahkan masuk ke dalam rumah. Kecuali si kembar dan Abinya.
"Ini Umik, Arum." Jawab Umik dari depan pintu.
"Umik, wahh kebetulan Aku akan minta Umik mengajariku pakai kerudung ini" lirih Arum, berjalan mendekat ke arah pintu.
"Masuk Umik!" ajak Arum membuka sedikit pintu karena dia belum memakai hijab jadi pintunya hanya di buka sedikit.
"Loh kok belum siap Nak?" tanya Uqi yang melihat Arum belum memakai hijab, rambutnya terlihat begitu indah di kuncir kuda, meski ada sedikit perasaan kurang enak yang terkadang terselip di hati Uqi saat melihat wajah Arum yang lebih mirip Rifki. (Kalau yang namanya mantan sekalipun sudah move on tetap aja ada rasa gimanaaaa gitu.)
"Umik, Aku gak tau caranya memakai kerudung ini." Ujar Arum, menundukkan kepala malu.
Arum memang sering melihat Bundanya memakai kerudung seperti yang dia pegang sekarang, tapi Arum tak pernah tahu bagaimana cara memakainya. Saat di luar negeri Arum jarang sekali memakai kerudung kalaupun terdesak dia lebih memilih memakai kerudung praktis yang langsung pakai.
Melihat Arum menunduk membuat senyum lucu terbit di bibir Uqi, Arum tertunduk dengan raut wajah malu membuatnya terlihat lucu.
"Sudahlah, jangan menunduk! Umik akan mengajarimu memakai hijab itu." Uqi berjalan mendekat setelah menutup pintu kamar.
Uqi mengambil alih kerudung dari tangan Arum dan menuntunnya untuk memberi tahu cara memakainya.
"Masya Allah kamu terlihat begitu cantik Nak," puji Uqi saat melihat Arum begitu cantik dan anggun dengan balutan jubah berwarna biru langit.
"Benarkah Umik?" Arum yang di puji hanya bisa tersenyum malu-malu.
"Ayo Nak! kita makan malam bersama." Uqi menggandeng tangan Arum keluar dari kamar berjalan perlahan menuju ruang makan yang menjadi satu dengan dapur.
Semua mata tertuju pada Arum tak terkecuali dengan Ilzham yang menatap Arum menerka siapa gadis cantik yang berjalan di samping istrinya itu.
'Kok mirip sama Rifki ya' batin Ilzham menatap wajah Arum.
'Cantik banget siapa dia?' batin Hasan yang juga ikut menatap ke arah Arum.
'Dewi penolongku memang cantik,' batin Husein juga ikut memuji kecantikan Arum, meski sast ini dia tak memakai make up tapi kecantikannya begitu terpancar alami.
"Khem," Uqi yang melihat ketiga pangerannya terpaku menatap Arum langsung berdehem untuk menyadarkan mereka.
"Dia siapa Umik?" tanya Ilzham, sejak Buya mereka memutuskan untuk pergi dan menyerahkan urusan pesantren ke Ilzham, dia membiasakan diri memanggil Uqi dengan sebutan Umik dengan tujuan membiasakan anak dan santri yang lain.
"Ini Arum Abi, anaknya Fia sahabat Umik." Jawab Uqi dengan senyum yang mengembang.
"Oh anaknya Rifki, pantesan" lirih Ilzham tapi masih bisa di dengar oleh semua.
"Pantesan kenapa Abi?" tanya Uqi yang langsung duduk di sebelah Ilzham.
"Husein! pindah ke samping Kakakmu! dan kamu Arum duduk sini di sebelah Umik." sambung Umik.
Ilzham hanya terdiam tak menjawab pertanyaan Umik hingfa membuatnya kembali buka suara.
"Pantesan kenapa Abi?" Uqi mengulangi pertanyaan yang tadi belum di jawab.
"Pantesan mirip Rifki," ujar Ilzham enteng, tapi jawaban Ilzham membuat Iqi terdiam seribu bahasa.
"Paman kenal dengan Ayah Arum?" tanya Arum saat dia mendengar nama Ayahnya di sebut.
"Iya Saya cukup kenal dengan Ayahmu, sekarang mari makan!" Ilzham mengalihkan pembicaraan sebelum Arum bertanya banyak hal.
'Bukan cuma kenal, dia mantan dari istriku,' batin Ilzham sambil melirik Uqi yang mengambilkan nasi dan lauk untuknya.
Suasana ruang makan menjadi hening seketika setelah ucapan Ilzham, hanya dentingan sendok yang terdengar memenuhi ruangan.
Ilzham tetaplah Ilzham, dia mencintai Uqi dengan perasaan cinta yang sama tak sedikitpun berkurang malah semakin bertambah setiap harinya.
Ilzham masih saja suka cemburu jika Uqi sedang bersama atau mengobrol dengan laki-laki lain, apalagi jika obrolan itu menyangkut Rifki mantan Uqi yang paling di waspadai olehnya, padahal semua sudah berlalu dan Rifki pun sudah move on dan menjalani hidup barunya bersama Fia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 303 Episodes
Comments
گسنيتي
haha segituy ustdz ilham ni, .ustadz ilhm gk dpt fia berti ank dpt ank
2021-11-17
0
Ajeng Mayang
ya ampun si ilzham siaga 45
2021-06-25
0
Isnaniati Santoso
lanjuut thoor 💪💪💪
2021-06-20
0