Setelah selesai dengan tiup lilin kini mereka melanjutkan dengan makan keluarga, tapi kali ini mereka mengadakannya di taman belakang di mana semuanya sudah di hiasi dengan lampu-lampu yang indah.
"Mi Aran udah kenyang deh, Aran nggak usah makan ya," kata Aran, padahal Veli sudah menyajikan makan malam untuk dirinya.
"Aran kamu apasih......" Ratih sangat kesal dengan apa yang di katakan Aran, "Kamu tau nggak itu Veli udah saji in kamu makan malam. Dan Veli juga udah berusaha masak ini semua karena mau kasih yang terbaik buat ulang tahun kamu, tapi kamu apa!"
"Yaudah lah Mi, mungkin Mas Aran memang udah kenyang," Veli tidak bisa menunjukan wajah sedihnya, karena ternyata apa yang sudah ia lakukan itu sia-sia.
"Aran kamu keterlaluan ya," tambah Sinta.
"Mau gimana lagi Ma, ini semua kan buatan istri Aran. Dan Aran mau lihat aja semuanya, nanti kalau di makan abis dong. Aran nggak rela lelah istri Aran hilang begitu aja," jawab Aran.
"Terus kenapa kalau abis?" Bilmar juga ikut penasaran dengan gombalan yang akan segera di keluarkan Aran.
Aran menatap Veli dengan serius, "Khumairah sayang apa boleh makanan yang kamu masak ini semua habis Mas makan?"
"Pertanyaan bego!" jawab Vano.
"Sayang boleh makanan ini semua habis?" tanya Aran lagi pada Veli tanpa memperdulikan yang lainnya.
"Boleh Mas," jawab Veli dengan suara yang begitu lembut, dan senyuman yang begitu tulus.
"Iyalah boleh, kalau nggak boleh di abisin jangan di buat lah," ketus Bilmar.
"Ok....Mas abisin makanan ini semua demi kamu, tapi......" Aran menggantung ucapannya sambil menatap Veli.
"Tapi?" tanya Veli yang menantikan lanjutan dari apa yang akan di katakan Aran.
"Walau pun makan ini habis tapi cinta Mas nggak akan habis," lajut Aran.
"Mas apasih," Veli menunduk karena malu.
"Ku masak ini pakek cinta nggak?" tanya Aran lagi.
Veli mengangguk sambil menatap yang lainnya yang juga menatap mereka.
"Ku nggak abisin cintanya di makanan ini kan?Soalnya kalau kamu abisin besok nggak ada lagi dong buat Mas. Mas mau ya cinta kamu hari ini esok dan selamanya," Aran menggabungkan jari telunjuk dan ibu jarinya, yang seakan menggambarkan bentuk hati tepat di depan wajah Veli.
"Mas.....ish......." Veli merasa sangat malu sekali, karena Aran terus saja menunjukan sesuatu yang manis di hadapan semua orang.
"Cie.....cie..... Ahahahahah......." semua anggota keluarga bersorak gembira, bahkan menjadikan Aran dan Veli sebagai bahan pembicaraan yang penuh kebahagiaan.
Bilmar bangun dari duduknya, dan ia mengambil sendok sebagai mikrofon, "Aku suka kamu......." teriak Bilmar seolah ia tengah konser.
"Ayayaya......." lanjut Vano yang juga ikut berdiri, dan ia mengambil piring sambil mengetuknya dengan sendok hingga mengeluarkan suara seolah itu adalah musik.
"Aku cinta kamu......" lanjut Bilmar lagi.
"Ah....masak iya......" kata Bilmar.
"Tarek........" teriak Bilmar.
Lalu Bilmar dan Vano menunduk karena sudah selesai mempersembahkan lagu mereka.
Semua keluarga bertepuk tangan dengan gembira, kecuali Aran yang tertawa lebar dan Veli yang hanya menatap diam dalam kebingungan. Ia baru tau ternyata Vano juga bisa melakukan hal konyol seperti Bilmar. Dan kali ini kekonyolan mereka sudah sangat melewati batas, tapi Veli bahagia dengan itu semua.
"Sawer......sawer......" Vano menadahkan piringnya, dan Ratih menaruhkan tissue keatas piring tersebut. Seolah itu adalah uang.
"Terimalah banyak ya......." Bilmar dan Vano melambaikan tangan dengan bangga.
"Udah-udah, ayo kita lanjutkan makan malam nya," kata Sinta sambil terkekeh.
Vano menatap Ziva yang duduk di sampingnya dan ia tersenyum lembut, kemudian Vano mulai mendekatkan diri dan berbisik, "Yang, makannya enak ya. Tapi enakan makan kamu."
Ziva juga berbisik di telinga Vano, "Suara Mas bagus banget."
"Makasih sayang."
"Lebih bagus lagi kalau Mas diam," lanjut Ziva dengan senyuman, sementara Vano malah kesal dan melihat ke lainnya.
Bilmar yang duduk bersebelahan dengan Anggia mulai menyenggol istrinya, dan ia tersenyum saat Anggia menatapnya dengan kesal.
"Mommy sarangheo," kata Bilmar tersenyum menggoda Anggia.
"Aran ini sudah ulang tahun yang ke dua puluh sembilan tahun, kamu punya keinginan?" tanya Ratih.
"Keinginan Aran banyak Mi, tapi satu yang paling Aran inginkan."
"Apa?" tanya Ratih.
"Aran mau punya anak dua belas," jawab Aran.
"Mas!" Veli kesal dan ia sangat tidak suka dengan perkataan Aran.
"Ahahahaa.......lu mau anak selusin? Istri ku bukan mesin bro!" kata Bilmar.
"Iya kale.....dua belas, emang dia pikir istrinya mesin pencetak anak," tambah Vano sambil menyuapi makanan ke mulutnya.
"Yaudah lalau nggak boleh dua belas anak satu istri, aku dua belas istri juga nggak masalah," kata Aran sambil terkekeh.
"Mas, pilih yang di kanan atau yang di kiri," Veli menunjukan sendok garpu di tangan kirinya dan pisau di tangan kanannya.
"Mampus lu!" celetuk Vano.
"Veli Mas Vano dukung," timpal Vano.
"Ampun Mas becanda Khumairah sayang," Aran melindungi dirinya dengan kedua tangannya, karena takut pada Veli.
"Makanya kalau ngomong jangan asal," Veli meletakan garpu dan pisau yang ia pegang dan ia kembali duduk.
"Alah, lu nggak romantis sama istri. Lihat nih gw bro," Bilmar menatap Anggia, "Anggi tau nggak apa bedanya Anggi sama bulan?" Bilmar menunjuk bulan yang bersinar terang, menghiasi langit yang gelap.
"Nggak!" jawab Anggia santai.
"Kalau bukan menerangi langit, kalau kamu menerangi hati Abang," Bilmar mencolek pipi Anggia dengan penuh bahagia.
"Abang udah ah.....kalau mau kumat di rumah aja, malu tau Abang. Ada Mama, Mami juga, ada Papa, Papi," kata Anggia.
"Papa juga sering ngerayu Mama, Vano pernah denger loh Pa......" kata Vano menatap Hardy.
"Emang Papa bilang apa?" tanya Ratih yang terdengar cukup antusias.
"Ehem.....Ehem....." Vano berdiri di atas kursi dan memperagakan suara Hardy, "Sinta, banyak permata yang indah dan berkilau yang selalu di pakai sebagai perhiasan. Banyak emas yang berkilau membuat semua orang silau dan lupa, tapi tidak bagi diri ku yang hanya memiliki satu permata dalam hidup ku. Kau istri ku, Sinta Permata Sari," kata Vano.
"Ahahahaa........" semua tersenyum dan tertawa mendengar apa yang di katakan Vano.
"Kita juga pernah muda ya nggak Pa?" tanya Sinta pada Hardy.
"Iya Ma," kata Hardy tersenyum.
"Cie.....cie......cuit.....cuit....." teriak yang lainnya, bahkan Aran bersiul riang.
"Meleleh Mama Pa, sama gombalan receh Papa itu," seloroh Bilmar.
"Bisa diabet.....Mama Pa," lanjut Aran yang menggoda Hardy dan Sinta.
"Papi nggak gombalin Mami kah?" tanya Ratih pada Rianda yang sedari tadi hanya tersenyum saja.
"Mami mau di gombalin?" tanya Vano.
"Mau dong."
"Apa persamaan Mami sama toa?" tanya Vano.
"Apa?" tanya Ratih tersenyum.
"Nggak ada, Mami sama toa sama. Sama-sama kenceng dan nyaring kalau teriak.... Ahahahahah"
***
Kalian enek nggak sih sama novel ini, memang novel ini mengandung banyak keromantisan dan ke kocakan yang hakiki. Kalau tidak suka mohon jangan di buli.
Terima kasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Puja Resmawati
cerita nya bagus thor
2023-04-21
0
Jarmini Wijayanti
👍👍👍👍👍👍
2023-03-12
0
zian al abasy
mf y ak gk prnh komen dr awal ktna sudh ktinggalan ..tp mnurut ak ini novel bner sngat sangaaatt mnyenangkan untk d bca..bru ini nemu bcaan yng mnghibur tp mf krna ak bcany marathon jd cm bs ksih like 🙏🙏🙏. novel trbaik spnjang ak mnmukan dn bca novel ini benar2 brbeda konflik ringan cra mnyelesaikan jg cpat gk br tele2 pkony the best dech..nnti ak cri lg krya author yng lain😘😘😘💪👍
2023-02-15
0