Episode 6

"Ah......ah......ah......" Veli berteriak dengan kencang dari dalam kamar, sementara Anggia dan Bilmar yang berada di depan pintu kamar Aran dan Veli saling menatap bingung. Sebenarnya kamar itu kedap suara, akan tetapi pintu nya yang tidak tertutup dengan rapat, sehingga meninggalkan cela dan suara Veli jelas terdengar keluar.

"Abang....." Anggia menggaruk kepala menatap Bilmar.

"Hehehehe......" Bilmar malah tersenyum jail pada Anggia, "Apa yang Anggi pikirin sama kayak yang Abang pikirin?" tanya Bilmar.

Anggia mengangguk, "Untuk kali ini kayak nya iya deh....." Anggia membenarkan apa yang di katakan Bilmar.

"Kalian sedang apa?" terdengar suara Vano yang baru saja datang, dan melihat keanehan antara Anggia dan Bilmar.

"Suuuttttt," Bilmar menutup wajah Vano dengan telapak tangannya.

"Apaan sih....." Vano menepis tangan Bilmar.

"Lu berisik banget deh....." kesal Bilmar.

"Emang ada apaan?" Vano malah di buat penasaran oleh Bilmar, dan ia pun ingin tahu apa yang tengah di lakukan Anggia dan Bilmar di depan kamar Aran.

"Lu denger itu nggak?" Bilmar menunjuk pintu kamar Aran pada Vano.

"Denger apaan?" Vano memasang pendengarannya sebaik mungkin.

"Mas......ah.....ah......" terdengar suara Veli dari dalam kamar.

Vano mendeguk saliva dan menatap Bilmar penuh tanya, tidak lupa kini tangannya mulai menggaruk kepala. Sungguh kini Vano merasa otaknya tidak terkendalikan.

"Gila kan itu orang," omel Bilmar, "Kita datang bukan di sambut senyuman, atau di suguhkan minuman tapi malah di kasih yang beginian," lanjut Bilmar lagi sambil melipat tangannya di dada.

"Iya sih......tapi kenapa jiwa ke lelakian aku mendadak meronta-ronta ya....." tutur Vano.

PLAK.....

Bilmar memukul punggung Vano dengan kesal, "Dasar gila," kata Bilmar, "Tapi gw juga pengen sih," lanjut Bilmar lagi sambil menatap Anggia.

"Huuuufff......" Anggia menarik nafas dengan berat sambil mimijat kepalanya yang terasa pusing dengan omongan dua lelaki di hadapannya itu.

BUUUK......

Vano memukul Bilmar dengan kencang, "Tadi lu ngejek gw, abis itu lu juga ngomong pengen," kesal Vano.

"Hehehe.......Gw kan juga lelaki normal Bro," Bilmar menggosok punggungnya yang terasa sakit.

Saat kedua pria itu tengah berdebat kini Arman juga tiba-tiba datang, sebab ia menunggu cukup lama di lantai satu lebih tepatnya di ruang keluarga. Namun tidak satu pun yang menuju kamar Aran ada yang kembali dan itu membuat jiwa penasaran Arman meronta-ronta, hingga kini ia ada di antara mereka juga.

"Woy, ngapain kalian!" terdengar suara Arman cukup kencang hingga membuat Bilmar dan Vano tersentak.

"Berisik......!" Bilmar dan Vano kompak menutup mulut Arman.

"Emmmmm....." Arman berusaha melepaskan tangan Bilmar dan Vano yang menutup mulutnya.

"Gw lepas, tapi janji jangan brisik!" bisik Bilmar.

"Eummmm....." Arman dengan cepat mengangguk hingga Bilmar dan Vano tidak lagi membekap mulut Arman.

"Ada apa sih?" tanya Arman begitu tutup mulut ya terlepas.

Namun karena suara Arman terlalu kencang menurut Bilmar dan Vano, keduanya dengan cepat kembali menutup mulut Arman.

"Euummmm....." lagi-lagi Arman mencoba berteriak minta di lepaskan.

"Makanya diam, kalau mau di lepasin," bisik Vano yang kali ini kesal pada Arman.

"Eumm," Arman mengangguk mengerti.

"Kalau lu brisik, mulut lu gw simpel pakek pas bunga," Vano menunjuk pas bunga yang berukuran kecil terletak tidak jauh dari mereka, "Mau?" tanya Vano lagi.

"Eum....." Arman takut tentunya jika pas bunga itu benar-benar di masukan kedalam mulutnya, akhirnya ia menggeleng dengan cepat.

"Makanya diam!"

"Eummmm," Arman lagi-lagi mengangguk mengerti.

"Bagus," Bilmar dan Vano melepaskan Arman. Arman tidak berani lagi berbicara ia hanya diam saja. Sambil menantikan apa yang akan di katakan oleh Vano maupun Bilmar.

"Lu denger tu yang di kamar," Vano menunjukan kamar Aran dan masih terdengar suara Veli di sana.

"Aduh.....Mas...." kata Veli.

"Lagi?" tanya Aran.

"He'um....." jawab Veli.

"Enak nggak......" tanya Arman.

"Enak banget, mantap Mas....." jawab Veli.

Arman menatap bingung Bilmar dan Vano, "Apaan tuh?" tanya Arman, ketiga pria itu saling mengangkat bahu.

"Yang cari kamar tamu yuk....." kata Bilmar pada Anggia.

"Abang!" Anggia mengeratkan giginya dengan kesal, suaminya itu memang sangat suka sekali asal dalam berbicara. Bahkan di depan orang lain sekalipun.

"Hehehehe........" Bilmar menggaruk kepalanya.

"Otak, rongsokan lu," Vano menepuk jidat Bilmar.

"Lu emang kagak?" tanya Bilmar.

"Dikit iya sih," jawab Vano.

"Sama aja lu berdua," kata Arman, namun Vano dan Bilmar langsung menatapnya dengan tajam, "Gw juga pengen sih," lanjut Arman karena takut terkena bogem mentah dari Bilmar dan Vano.

"Dasar!" kesal Vano dan Bilmar.

Saat ketiga pria itu tengah berdebat terdengar suara Ratih yang datang, "Anak-anak Mami kalian sedang apa? Kenapa tidak ada satu pun yang turun setelah ke mari?" tanya Ratih setengah berteriak.

Anggia, Bilmar, Vano dan Arman bingung harus bagaimana. Ke empatnya tidak berani menjawab.

"Hey, Aran sama Veli nya mana?" tanya Ratih lagi, "Kalian ini kenapa sih?" tanya Ratih lagi-lagi penuh kebingungan, dan akhirnya Ratih masuk mendorong pintu kamar Aran.

"MAMI JANGANNNNN......." teriak keempatnya secara bersamaan, bahkan suara mereka sangat kencang.

"Hey, kalian kenapa?" tanya Ratih bingung sementara pintu kamar Aran sudah terbuka dengan begitu lebar, hingga Aran dan Veli juga menatap keluar dan bingung atas apa yang terjadi.

"Em......" ke empatnya hanya menutup mata dan tidak tau harus apa.

"Hey, kalian kenapa?" Ratih hanya bisa bertanya karena terlalu bingung.

"Mami udah lama nyampek?" tanya Veli yang kini tengah duduk di sofa dan Aran di sampingnya.

"Udah dari tadi, tapi kalian nggak turun-turun. Terus mereka itu satu persatu menyusul kalian kemari, tapi tidak satu pun yang kembali," jelas Ratih.

"Heh, kalian ngapain tutup mata di situ?" tanya Aran ikut penasaran.

Vano dan Bilmar membuka mata setelah mendengar suara Aran, dan keduanya melihat Aran dan Veli masih menggunakan pakaian dengan lengkap.

"Anggi, sini rujaknya pedes tapi enak banget. Aku aja ketagihan dan minta nambah terus di siapin sama Mas Arah...." kata Veli sambil menunjukan banyak rujak di atas meja, "Ahhhh pedes banget," Veli mengibas-ngibaskan tangannya di depan mulutnya.

"Rujak?" Anggia menatap Bilmar, sementara Bilmar kini saling tatap dengan Vano dan Arman.

"Kalian kesambet ya?" tanya Aran kebingungan dengan reaksi Bilmar, Vano dan Arman.

"Kirain," Bilmar menyatukan kedua tangannya dan munjukannya pada Aran.

Vano dan Arman saling tatap, keduanya kesal karena sudah berpikir yang kotor karena ulah Bilmar. Yang parahnya lagi dari tadi mereka terus di marahi oleh Bilmar, apa lagi Aan yang terancam di masukan pad bunga kedalam mulutnya.

"Ampun Bro..." Bilmar berlari sekencangnya, sebelum Vano dan Aran memberinya bogem mentah. Sementara Aran, Veli dan juga Ratih menatap bingung.

"Mereka kenapa Ngi?" tanya Veli.

"Hehehehe....." Anggia malah cengengesan saat di tanyai.

***

Mohon Like dan Vote.

Terima kasih.

Terpopuler

Comments

Sarlina Sihotang

Sarlina Sihotang

wkk wkk rupanya makan rujak safkin pedasnya

2023-06-24

0

Jarmini Wijayanti

Jarmini Wijayanti

😄😄😄😄😄traveling ke 🤣🤣🤣🤣🤣

2023-03-12

0

Zainab ddi

Zainab ddi

🤣🤣🤣dasar bilmar otaky ngeres aja

2023-02-22

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!