Episode 10

Kini Laras sudah sampai di kediaman Veli, ia datang bersama dengan Satria. Laras sangat shock saat melihat kucing peliharaan nya kini telah tiada bahkan dengan cara yang begitu sadis.

"Veli, ini kucing Mama kenapa bisa ada di sini? Dan kenapa bisa begini?" tanya Laras dengan meremas tangannya, ia sangat takut sekali melihat bertapa mengenaskannya hewan cantik kesayangannya itu.

"Veli juga nggak tau Ma, tadi Veli dapat kiriman kado katanya dari teman Mas Aran. Tapi sewaktu di buka, isinya seperti itu," jelas Veli.

Laras diam sambil menangis, ia sangat sedih sekali. Namun ia juga takut, karena ada orang yang begitu sadis telah melakukan itu pada hewan yang tidak bersalah itu.

"Ma Veli takut," Veli memeluk Laras, sesaat kemudian Ratih juga datang bersama Rianda. Mereka juga cukup terkejut saat mendapat berita dari Aran mengenai teror kucing tersebut.

"Veli, kamu tidak papa kan Nak," Ratih langsung mendekati Veli dan memeluknya, "Kandungan kamu nggak papa kan? Kamu harus tetap tenang ya......jangan sampai kamu pendarahan lagi," Ratih mengutarakan kecemasannya pada Veli, sedari tadi di perjalanan ia memang tidak tenang memikirkan keadaan Veli.

"Veli nggak papa Mi, Veli cuman shock aja," jawab Veli yang kini menatap Ratih.

Ratih mengangguk dan ia merasa lega, "Syukurlah, kalau gitu kamu istirahat saja. Jangan banyak pikiran, Mami takut semua berpengaruh pada cucu Mami," Ratih membantu Veli berjalan menuju kamar meninggalkan Aran dan yang lainnya yang kini berada di ruang keluarga.

Tiga puluh menit kemudian Bilmar datang, bersama dengan Vano. Setelah pekerjaan mereka selesai, mereka langsung menuju kediaman Aran. Dan kini Aran, Bilmar dan Vano tengah duduk di sofa, sedangkan Arman sedang berada di luar kota menyelesaikan beberapa pekerjaan penting. Mengenai perusahaan Daffa dan Daffi adik kembar dari Ziva yang kini sedang belajar memimpin perusahaan.

"Menurut mu siapa di balik semua ini?" tanya Bilmar sambil menyeruput kopi hangat yang baru saja di suguhkan oleh Art.

"Aku juga tidak mengerti, terlalu banyak musuh kita di luar sana," terang Aran sambil memijat kepalanya, ia sebenarnya tidak terlalu ambil pusing akan teror itu. Hanya saja ia takut semua itu menjadi berpengaruh pada kandungan Veli.

Beberapa saat kemudian ponsel Aran berdering, dengan nomer yang tidak di kenal.

"Em," jawab Aran setelah panggilannya terhubung.

"Bagaimana tuan Aran Rianda? Apa kau merasa ketakutan," terdengar suara besar dan tertahan yang berbicara dari seberang sana.

Aran menatap Vano kemudian Bilmar, dan mereka masuk ke ruang kerja Aran. Agar tidak ada yang tahu mengenai pembicaraan mereka, terutama para wanita yang akan membuat mereka ketakutan. Sesaat ketiganya masuk keruang kerja Aran, Aran langsung menaikan volume ponselnya agar Bilmar dan Vano ikut mendengar apa saja yang di katakan oleh pria tersebut.

"Kau siapa? Dan apa masalah mu dengan ku?" tanya Aran dengan tenang tanpa gentar sedikitpun.

"Ahahahaa," terdengar pria itu tertawa lebar, "Apa kau melupakan aku tuan Aran Rianda, coba kau ingat seorang wanita yang kau janjikan akan menikahinya. Dan ternyata kau malah menikahi wanita lain, dan kau tahu apa yang terjadi pada wanita itu saat ini. Wanita itu bunuh diri karena harapan yang kau berikan tapi tidak tersampaikan, dan aku Kakak dari wanita itu kau tahu siapa aku," lanjut seorang pria misterius dari seberang sana.

"Katakan saja kau siapa, kalau kau memang lelaki. Ayo kita selesaikan secara jantan, jangan mengajak ku bermain kucing-kucingan. Itu bukan pria namanya tapi banci," jawab Aran yang tidak mau kalah.

"Ternyata kau cukup bernyali juga ya, pantas saja adik ku cukup tertarik pada mu. Tapi sayang dia telah tiada dan kau pun harus membayar semuanya, dengan mentiadakan istri mu itu tentunya."

"Katakan saja kau siapa? Jangan terlalu membuat drama. Aku tidak suka!" jawab Aran dengan geram, namun ia masih bisa menguasai diri.

"Raisa Maharani, kau ingat dengan nama itu?" tanya orang tersebut dari seberang sana lagi.

"Raisa Maharani?" tanya Aran saat mengingat nama orang tersebut. Sesaat kepingan demi kepingan ingatan itu kembali muncul, namun ia tidak mengerti dengan tujuan dari pria tersebut.

"Iya, aku yakin kau masih sangat jelas mengingat nama itu."

"Aku tidak mengerti dan aku minta kau untuk tidak meneror keluarga ku, sebelum aku kehabisan kesabaran," jawab Aran.

"Kalau kau tidak mengerti akan aku berikan sedikit pengertian, karena adik ku kehilangan nyawa maka istri mu pun harus kehilangan nyawanya," terang pria di seberang sana, "Ingat Aran Rianda, urusan kita belum selesai," tambahnya lagi lalu memutuskan panggilan telepon tersebut dengan sepihak.

TUT......

Aran menatap Bilmar dan Vano, begitu pun sebaliknya.

"Apa hubungan mu dengan wanita yang dia sebutkan tadi namanya?" tanya Bilmar yang ingin tahu.

"Dia hanya teman ku dari sejak kuliah, aku juga bingung mengapa dia mengatakan kalau aku akan menikahinya. Seingat ku, aku tidak pernah berjanji akan menikahinya," ucap Aran sambil memijat kepalanya.

Vano mengangguk mengerti, ia sangat tahu seperti apa Aran. Aran sangat tidak suka bermain wanita, bahkan ia tidak pernah tidur dengan wanita bayaran sekali pun bila pergi ke club malam.

"Apa kau berteman lama dengan wanita itu?" timpal Bilmar.

"Iya, tapi hanya sebatas teman. Kami bukan teman dekat," jujur Aran.

"Menurut ku, kau harus memperketat penjagaan rumah ini. Istri mu sedang mengandung, dan kau harus meningkatkan kewaspadaan sebelum terjadi hal buruk. Sementara masalah ini selesai, dan kita harus menyelidiki siapa orang di balik ini semua," terang Vano.

"Tapi tadi dia mengatakan Kakak, itu berarti itu adalah Kakak dari wanita itu kan?" Bilmar juga semakin penasaran dengan siapa yang meneror Aran dan Veli.

Hingga beberapa saat kemudian terdengar seseorang melemparkan sebuah botol.

KRANG.......

Botol itu pecah di lantai, sementara mobil si peneror langsung pergi begitu saja.

Beberapa Satpam langsung mendekati botol tersebut, botol yang sudah berserakan menjadi beling itu. Dan mereka juga melihat ada kertas yang tergulung rapi, mereka yakin jika kertas itu tadinya berasal dari dalam botol itu. Satpam yang biasa di panggil Mang Kodir itu langsung membawanya masuk dan menuju ruangan Aran untuk memberikan kertas tersebut.

TOK.....TOK.....TOK......

"Masuk."

CLEK...

Mang Kodir masuk dan menatap Aran, "Tuan ada sebuah botol yang di lemparkan di teras, dan ada kertas ini di dalam nya," Mang Kodir memberikan kertas tersebut pada Aran.

"Kau boleh keluar sekarang," titah Aran, kemudian ia menatap kertas tersebut dan membukanya di hadapan Bilmar dan Vano.

***

Jangan lupa like dan Vote ya teman teman, kalau upnya lama mohon maaf sebesar-besarnya, Othor nya lagi masa pemulihan setelah sakit hampir satu bulan. Sebenarnya suami larang Othor nulis buat sementara waktu, tapi Othornya nggak mau kasih kalian nunggu lama-lama.

Terima kasih buat yang udah baca karya receh Othor.

Terpopuler

Comments

Sarlina Sihotang

Sarlina Sihotang

tambah seruni mkasi critanya sangat bagus

2023-06-26

0

Wulan Tri

Wulan Tri

syuka keluarga yang kompak😍😍😍

2021-12-12

0

Dwi Apriyanti Ningsih

Dwi Apriyanti Ningsih

syuka..makin penasaran

semoga veli baik2 aja
sehat2 sampai lahiran ya

2021-10-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!