Ratih dan Sinta kini baru saja sampai di rumah sakit, setelah Vano menghubungi mereka. Keduanya terlihat terus menangis tanpa henti, sedari rumah tadi.
"Veli, kamu tidak apa-apa kan Nak," Ratih langsung memeluk Veli begitu juga dengan Sinta.
"Aran bagaimana?" tanya Sinta yang masih terlihat sangat panik.
"Mas Aran udah di tangani dokter Ma," jawab Veli sambil menangis di pelukan mertuanya tersebut.
"Apa dia baik-baik saja?" tanya Ratih.
"Iya Mi, cuman luka di lengan. Dan sedan di tangani," jawab Veli lagi, hingga sesaat kemudian dokter keluar dari ruangan Aran.
"Nyonya, tidak udah khawatir. Tuan Aran, baik-baik saja, dan hanya tinggal menunggu lukanya kering saja. Jadi tidak ada yang harus di khawatirkan," terang dokter Darmawan dengan ramah dan senyuman.
"Terima kasih dok, apa kami boleh masuk?" tanya Ratih.
"Ya Nyonya, tentu saja. Taun Aran sudah di pindahkan ke ruang rawat keluarga, dan anda bisa langsung ke sana," jawab Dokter Darmawan lagi.
"Baiklah," jawab Ratih.
Kini mereka memasuki ruang rawat inap super VIP, dimana ruangan itu di khususkan untuk keluarga pemilik rumah sakit saja. Ratih dan Sinta langsung menghambur memeluk Aran yang kini setengah duduk di ranjang, dengan tubuh yang bersandar bertumpu pada bantal.
"Sayang, kamu nggak papa kan Nak?" tanya Ratih dengan begitu panik, ia menangis melihat tangan Aran yang di perban.
"Nggak papa kok Ma, ini cuman luka kecil," terang Aran menunjukan jika ia baik-baik saja dan tidak ada yang harus di khawatirkan.
"Aduh Nak, kamu ada apasih? Kenapa bisa begini?" timpal Sinta yang tidak kalah panik nya.
"Ini cuman salah paham Ma, nanti semua akan di selesaikan baik-baik di kantor polisi. Dan Aran akan bertanya baik-baik pada Harlan mengapa dia bisa begini, ini Aran lakukan cuman untuk memancing dia keluar. Agar tidak terjadi masalah, terutama membahayakan Veli," jelas Aran.
"O......tolong ya Nak, ku selesaikan baik-baik dan dengan jelas. Jangan sampai terlambat Mama takut, Veli juga merasakan seperti Zie dan Mama sewaktu di culik dulu," Sinta mengutarakan kecemasannya, ia tidak mau kalau nanti Veli mengalami apa yang ia rasakan.
Begitu pun dengan Aran, ia ingin semua baik-baik saja. Ia sangat takut jika orang itu tidak di tangkap makan akan terus meneror keluarga mereka, maka dari itu Aran nekat dengan membuat jebakan itu.
"Syukurlah kalau kamu nggak papa," Ratih bernafas dengan lega, setelah Aran meyakinkan jika ia baik-baik saja. Tidak lama berselang Ziva dan Seli juga sampai, tepat dengan Laras dan Satria.
"Aran, kamu baik-baik saja kan?" tanya Ziva.
"Nggak papa Bu Ziva, saya baik-baik saja berkat bantuan suami anda," seloroh Aran yang tidak ingin membuat suasana menjadi semakin tegang.
"Hehehe....." Ziva tertawa dan mendekati Vano, "Mas juga baik-baik aja kan," tanya Ziva bergelayut manja di lengan sang suami.
"Baik, sangat baik sayang," jawab Vano tersenyum penuh cinta pada sang istri kecilnya, tidak ada yang mengalahkan kecantikan Ziva menurut Vano. Sampai kapan pun akan tetap begitu.
"Masih idup bro?" tanya Seli, yang sangat suka menggoda.
"Masih lah, kan gw kuat bro," jawab Aran sambil terkekeh.
"Syukurlah kalau kamu tidak papa, Mama sangat takut sekali kalau kamu kenapa-kenapa," Laras merasa lebih lega setelah melihat keadaan Aran.
"Veli di mana ya?" tanya Seli yang tidak melihat keberadaan Veli yang berdiri di belakang tubuhnya.
Mendengar apa yang di katakan Seli, semua menatap Veli yang berdiri sambil bersandar di dinding bersebelahan dengan pintu. Sejenak mereka melupakan jika Seli juga ada saat kejadian itu, namun tidak ada maksud dari semua itu. Mereka memang sedang fokus saja pada Aran yang terbaring lemah.
"Veli, kamu kenapa berdiri di sana, ayo kemari Nak," Sinta mengangkat tangannya, memanggil Seli aga mendekat pada mereka semua yang tengah berdiri mengelilingi Aran.
Veli masih diam saja, ia pun masih tidak sanggup melihat Aran berbaring di sana. Di tambah lagi ia melihat saat Aran tertembak, dan Veli masih sangat shock.
"Sayang.....kau sedang apa di sana, ayo kemari," kata Aran yang kemudian meminta Veli untuk mendekat padanya, namun Veli masih saja diam di tempatnya, "Istri ku, kau sedang apa di sana. Kemari?" Aran mengulanginya sambil mengangkat kedua tangannya.
Mata Veli yang berkaca-kaca perlahan meneteskan cairan bening, ia melangkah dengan pelan. Kemudian ia langsung menghambur ke pelukan Aran, begitu pun Aran yang langsung memeluk Veli dengan erat. Tidak ada yang bisa di katakan Veli selain tangisan yang terdengar dari bibir manisnya.
"Sayang, Mas nggak papa," kata Aran sambil mengelus punggung Veli, dengan penuh cinta, "Udah jangan nangis lagi ya, ku juga nggak papakan?" tanya Aran.
Veli tidak menjawab ia hanya menggeleng saja, yang ada ia semakin memeluk Aran dengan semakin erat saja.
"Anggia sayang, peluk Abang dong," kata Bilmar dengan cukup kencang hingga membuat yang lainnya tercengang.
"Abang apa sih," Anggia menyenggol Bilmar dengan siku nya, namun sedetik kemudian Bilmar langsung memeluk nya dari samping.
"Mas juga mau yang," lanjut Vano yang mendekati Ziva.
"Mas, nggak usah ngaco!" kesal Ziva.
"Kalau kalian semua pelukan aku gimana dong?" tanya Seli, sebab Arman tidak ada di sana. Sementara yang lainnya sudah berpasang-pasangan.
"Tu ada tong sampah," seloroh Aran.
"Sialan lu," kesal Veli.
"Ahahahaa......" semua tertawa melihat wajah kesal Seli.
"Udah-udah, kalian jangan ngetawain mantu Mama terus dong," kata Sinta memarahi yang lainnya, "Kamu peluk Mama aja, sini Mama pelukin," Sinta langsung memeluk Seli dengan kencang, dan mengusap punggung Seli.
Sementara itu Aran melepas Veli dari pelukannya, agar Aran bisa melihat mata Veli dengan lekat.
"Hiks......" Veli kembali memeluk Aran, karena Aran tersenyum dan menertawainya
"Coba lihat mukanya lagi," Aran kembali menjauhkan Veli, bahkan kini ia terlihat menggoda istri cantiknya agar tidak menangis lagi.
"Nggak mau....." kata Veli dengan suara manja, dan kembali menyimpan wajah nya di dada bidang Aran.
"Iya,tapi Mas mau lihat."
"Enggak!"
Veli semakin memeluk Aran dengan kencang hingga Aran berbisik di telinga Veli, "Tenang Khumairah sayang, Mas nggak papa. Kalau lima ronde malam ini juga Mas masih kuat, kuat banget malah," bisik Aran yang hanya keduanya saja yang mendengar.
Sementara Veli yang mendengar apa yang di bisikan Aran langsung menjauh, wajahnya terlihat kesal. Tapi tidak dengan Aran yang malah menaik turunkan kedua alis matanya menatap Veli, bahkan ia mencolek dagu Veli.
"Mas apa sih," kesal Veli menepis tangan Aran.
"Nggak papa, cuman mau bilang aku cinta kamu," kata Aran dengan jelas di hadapan semua keluarga.
"Mas ish......malu tau, harus banget ya ngomong depan keluarga," Veli menutup wajahnya yang memerah.
"Caelah.....Veli, cie.....cie......" kata Seli yang ikut menggoda Veli.
"Seli......." kata Veli setengah berteriak.
"Ahahahahah........" semuanya tertawa lepas melihat Veli wanita tomboy yang kini berubah menjadi malu-malu, dengan pipi merah merona.
***
Mohon VOTE dan LIKE nya teman-teman baik hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Nur Borhap
ska bgt keharmonisan kluarga ny
2022-02-15
0
CIVIA 💞💖🌹🥰
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
2022-01-19
0
Susanti Maya
bukan keluarga kompak,,ypi keluarha SOMPLAK 🤣🤣🤣🤣🤣🤣
2021-11-27
0