Episode 15

Malam semakin larut, namun Aran masih belum bisa tertidur dengan lelap. Berulang kali ia mencoba memejamkan mata tapi tetap saja alam mimpi belum menyambutnya, mata nya selalu menatap Veli yang tertidur lelap di sampingnya. Perlahan tangan Aran bergerak dan mengelus pipi istri cantiknya, sejenak Aran mengingat saat Veli menangis untuk dirinya.

Aran tidak mengerti dengan takdir yang begitu penuh dengan misteri, mantan musuh nya itu kini terlihat jelas sangat takut kehilangannya. Aran tersenyum dan mengecup kening Veli, rasa nya Aran belum percaya dengan semua ini. Terkadang ia pun bertanya pada dirinya sendiri apakah ini nyata atau hanya sekedar halusinasi sesaat, bila memang semua hanya hayalan semu ia ingin cepat tersadar dari semua ini. Ia tidak mau terjebak dalam hayalan itu, namun bila ini semua nyata adanya maka ia ingin tetap bahagia bersama mengarungi bahtera cinta hanya dengan Velisya Khumairah saja tanpa ada yang lain.

CLEK......

Pintu terbuka dan terlihat Bilmar melangkahkan kakinya masuk, Aran menatap Bilmar yang perlahan mendekatinya.

"Ni, martabak manis pesanan lu," Bilmar meletakannya di atas meja nakas, tadi Aran memang meminta Bilmar untuk membelikannya martabak sebab ia sangat suka makan, "Gw pulang ya, ngantuk tau," pamit Bilmar.

"Cepat amat," jawab Aran.

"Gw juga punya bini di rumah, elu mah enak. Bini lu di sebelah lu, gw juga kangen ama bini gw bego!" jawab Bilmar.

"Alah pengantin basi lu, udah punya anak juga. Masih sok bergaya pengantin baru," jawab Aran dengan ketus.

"Gw mah mau pengantin lama atau baru nggak penting, yang penting gw sama istri cantik gw aja," jawab Bilmar yang tidak mau kalah.

"Pulang sono.....besok lu pagi-pagi ke sini bawain gw rujak," pinta Aran.

"Lu emang sakit parah ya, pagi mana ada rujak bego!"

"CK......" Aran berdecak kesal kenapa ia bisa sebodoh itu.

Bilmar menatap Aran dengan remeh, "Dulu lu menghina gw kan, gara-gara gw minta rujak di tengah malam. Tau kan lu sekarang rasanya, mampus lu, rasain kualat," Bilmar ingat saat Anggia mengandung dulu, ia meminta Aran mencarikannya rujak. Tapi Aran malah mengatainya habis-habisan, dan kali ini Bilmar sangat puas menertawai keadaan Aran dengan permintaannya yang konyol.

"Udah lah balik sono! Berisik lu."

"Sensi amat bro, lagi datang bulan?" Bilmar tertawa sambil melangkah keluar dari ruang rawat Aran.

Setelah kepergian Bilmar, Veli mengerjapkan mata dan ia menatap Aran, "Huammm...." Veli menguap dan menatap Aran.

"Sayang, kamu kebangun ya?" Aran mengelus kepala Veli dengan penuh kasih sayang, "Ini gara-gara pengantin basi barusan pasti," gumam Aran.

"Pengantin basi?" tanya Veli yang bingung dengan maksud dari Aran.

"Em.....Bilmar," jawab Aran lagi, "Kamu tidur lagi ya.... kasihan anak kamu, hari ini kamu banyak gerak dan nggak ada istirahat juga," Aran ingat hari ini Veli cukup lelah, selain ia tidak ada tidur di siang hari. Ia juga sangat banyak menangis dan Aran tidak mau janin Veli akhirnya stres.

Veli mengangguk, namun sebelum ia memejamkan mata ia melihat sesuatu yang di letakan di atas meja nakas, "Mas itu apa?" tanya Veli menatap bungkusan tersebut.

Aran menatap apa yang di tanya Veli, "Itu martabak sayang, kamu mau? Tadi Bilmar yang beliin. Mas juga yang minta," terang Aran.

"Veli mau Mas," jawab Veli dengan senyum bahagia, sebab ia terbangun bukan hanya karena Bilmar yang bersuara cukup kuat. Namun juga karena perutnya yang terasa lapar, dan makan di malam hari sudah menjadi hal yang lumrah untuk Veli.

"Ya....udah duduk dulu yuk," Aran tersenyum pada Veli.

"Ayo....." Veli membalas senyuman Aran, "Mas bisa duduk nggak?" tanya Veli yang takut jika Aran merasa kesakitan bila di paksakan.

"Sayang, yang sakit itu tangan Mas. Bukan pinggang, jadi aman. Kalau kamu minta yang lain juga pinggang masih aman loh.....yang," Aran tersenyum dan berusaha mendudukkan tubuhnya di bantu oleh Veli.

"Ish....Mas apa sih...." Veli dan Aran kini duduk di atas ranjang, dengan martabak yang ada di tengah keduanya.

"Kamu otaknya nggak pernah bener, pasti kamu mikir kotor," Aran menyentil kening Veli.

"Sakit tau Mas," Veli kesal dan mengelus keningnya.

"Itu cara buat bersihin otak kamu," Aran mengambil martabak tersebut dan berniat menyuapi Veli, namu saat Veli membuka mulut Aran malah dengan cepat memasukannya kedalam mulutnya, "Nyam......" Aran mengunyahnya dengan begitu nikmat dan mengolok Veli.

"Ish......" Veli kesal dan ia ingin merebut semua martabak yang di pegang Aran, namun Aran dengan cepat menjauhkannya dari Veli.

"Enak banget Khumairah sayang," Aran kembali memasukan martabak tersebut pada mulutnya, dan mengunyahnya di depan wajah Veli.

"Mas," Veli malah merengek karena Aran lagi-lagi mengerjainya.

"Sayang, ini sangat enak sekali. Aku sudah makan cukup banyak, dan rasanya benar-benar tidak ada duanya."

"Mas, aku juga mau," kesal Veli sambil kembali mencoba merebutnya.

"Kamu mau?" tanya Aran.

"Mau," jawab Veli dengan mengerucutkan mulutnya.

"Ambil," kata Aran.

Veli mendekatkan dirinya, dan hampir saja ia menjangkau martabak tersebut.

CUP.

Aran malah tiba-tiba mengecupnya.

"Mas.....ish..." Veli malah bersemu malu, karena ternyata Aran menjebaknya dan Aran berhasil menciumnya.

"Satu kosong," jawab Aran sambil memberikan martabak tersebut pada Veli, "Ayo buka mulut," kata Aran mencoba menyuapi Veli lagi.

"Nggak," jawab Veli sambil menggeleng.

"Ayo buka."

"Nggak."

"Kenapa?"

"Mas PHP," jawab Veli mengingat tadi beberapa kali ia di kerjai oleh Aran.

"Ini beneran," terang Aran.

Veli menatap Aran dengan memicingkan sebelah matanya, Aran mengangguk dan Veli pun membuka mulutnya. Lalu Aran menyuapinya dengan benar, ia tidak lagi mengerjai Veli seperti beberapa saat lalu.

"Enak kan?" tanya Aran.

"Hu'um," Veli mengangguk sambil mengunyah martabak yang memenuhi mulutnya.

"Manis kan?" tanya Aran lagi.

"He'um," jawab Veli yang kembali di suapi oleh Aran.

"Ini martabaknya mah biasa aja, yang bikin enak karena orang ganteng dan manis yang nyiapinnya," kata Aran membanggakan diri.

"Lebay."

"Ya memang, cinta aku ke kamu itu memang udah lebay. Karena udah berlebihan banget, aku juga bingung dengan diri aku kenapa bisa secinta ini sama kamu, aku cinta kamu Velisya Khumairah ku sayang."

"Mas apasih, malu tau Mas."

"Cuman kita berdua aja yang, nggak usah malu. Mau yang lain juga boleh."

PLAK...

Veli memukul kaki Aran.

"Aduh sakit banget yang," Aran berpura-pura kesakitan.

"Sakit banget Mas? Emang kakinya juga kenapa-kenapa?" tanya Veli panik.

"Iya sayang sakit."

"Mas maaf," Veli mengelus kaki Aran dengan ketakutan.

"Tapi boong....." teriak Aran sambil tertawa.

PLAK...

Veli menepuk kaki Aran dengan begitu kencang.

"Sakit sayang."

"Biarin.....usil banget sih jadi suami."

***

Like dan Vote.

Terpopuler

Comments

Sarlina Sihotang

Sarlina Sihotang

bucin truss arannya
smangat thor

2023-06-26

0

Sri Handayani

Sri Handayani

tak ksh vote kak thor😘😘😘

2022-06-27

0

Arif

Arif

Aran Aran """" lanjut thor

2021-12-24

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!