Jika Aran dan Veli tengah terlibat dengan keributan kecil dengan bumbu-bumbu cinta nya, maka lain halnya dengan Bilmar dan Anggia. Bilmar yang haru saja sampai di rumah terlihat setengah berlari menaiki tangga, bukan tanpa alasan ia berbuat demikian melainkan karena ia ingin segera bertemu dengan istri cantik dan tercintanya Anggia Tifani.
"Sayang, Daddy pulang," seru Bilmar sambil membuka pintu dan masuk, namun matanya tidak melihat sang istri cantiknya di sana. Karena malam sudah sangat larut jadi tidak mungkin Anggia belum tidur, karena lampu yang menyala hanya lampu tidur dengan penerangan yang minim Bilmar perlahan melangkah menuju ranjang. Setelah melihat cukup dekat ternyata Anggia ada di sana dengan tertidur lelap sambil menyelimuti tubuhnya, bahkan menyelimuti seluruh tubuhnya. Bilmar menarik sudut bibirnya kemudian ia membuka jaket yang masih menempel di badannya, Bilmar melempar dengan asal. Setelah itu ia juga membuka kemeja, dan kembali membuangnya dengan asal.
Setelah menarik napas cukup panjang Bilmar naik ke atas ranjang dengan pelan, bahkan ia terlihat begitu hati-hati. Tangan Bilmar memegang kepala Anggia berniat ingin membuka selimutnya, namun urung ia lakukan karena ia butuh sedikit lagi waktu untuk menarik napas. Pasalnya selama satu minggu sudah ia berpuasa karena sang istri tengah kedatangan tamu spesial nya, dan semenjak itu Bilmar seperti gurun pasir yang luas dengan kekeringan nya. Bilmar kembali turun dari ranjang dan ia menggerakkan lehernya, ke kanan dan ke kiri. Kemudian berjalan di tempat dengan gerakan cukup cepat, bahkan seperti akan berlari namun tanpa berpindah dari tempatnya. Tidak sampai di situ, Bilmar juga merentangkan tangan kanan dan kiri ke samping. Dan menggerak-gerakannya.
"Pemanasan itu di butuhkan, supaya otot yang tegang menjadi lebih lentur. Sekali tancap, mantap, asek....." Bilmar kembali naik ke ranjang, dan memeluk Anggia yang berada di bawah selimut bersamaan dengan selimut yang masih menutupinya, "Sayang, ibadah yuk," ucap Bilmar sambil beberapa kali mengecup selimut yang menutupi Anggia tanpa membukanya, "Istri ku sayang, Abang rindu. Kata yang artis terkenal itu rindu berat udah nggak kuat. Kalau kata Abang keras udah nyesek," lanjut Bilmar sambil terus mengecup lain tersebut.
CLEK.......
Pintu terbuka dan lampu pun di nyalakan, ruangan terlihat terang dengan cahaya yang bersinar terang. Bilmar yang tengah berbaring miring di ranjang menatap pintu siapa yang datang, dan berani masuk ke kamarnya tanpa permisi yang menurutnya sangat tidak sopan. Mata Bilmar melebar ternyata Anggia yang kini berdiri di dekat daun pintu yang sudah tertutup dengan rapat, sambil menatap Bilmar dengan aneh dan penuh tanya. Sementara Bilmar mendeguk saliva, kemudian ia menatap selimut yang ia peluk. Bilmar cepat-cepat membukanya, dan ternyata itu boneka besar milik Anggia yang kemarin ia beli. Bilmar menggaruk kepala yang tidak gatal ternyata sedari tadi ia berbicara pada benda mati tersebut.
"Udah ngendap-ngendap kayak maling, terus pemanasan, abis itu bicara dengan rayuan maut. Eh.......ternyata zonk," gumam Bilmar merutuki kebodohannya.
"Abang kenapa?" Anggia berjalan mendekati Bilmar, ia masih bingung ada apa dengan suami tampannya itu. Terlihat Bilmar hanya menggunakan celana boxer saja, dan tadi nya memeluk dan menciumi selimut bahkan Anggia bergidik ngeri melihat Bilmar yang mendadak aneh.
"Abang nggak papa," Bilmar masih mendeguk saliva, ia masih terus merutuki kebodohannya yang sampai saat ini terlihat begitu susah untu di lupakan.
"Terus kenapa bengong?" Anggia melambaikan tangannya di depan wajah Bilmar, sebab Bilmar masih saja terlihat bingung bahkan tangannya masih saja menggaruk kepala yang tidak gatal.
"Nggak papa," Bilmar turun dari ranjang dan ia mendengar Anggia, "Sayang Abang kangen," Bilmar mencoba memeluk Anggia, namun Anggia menghindar dan akhirnya Bilmar kecewa karena tidak bisa memeluk sang istri tercintanya itu.
"Abang jangan......"
"Kenapa sih?"
"Abang, baju Anggi......" belum selesai Anggia berbicara Bilmar sudar terlebih dahulu memeluknya, dan sedetik kemudian Bilmar melepasnya kembali sambil menatap sang istri dengan penuh tanya.
"Alif lagi diare Abang, tadi Anggi bersihin. Pas lagi di bersihin Alif nangis kenceng banget dia nggak mau pakek popok. Terus dia pup sekalian ngompol kena Anggia, kan sekarang kena Abang juga karena Abang meluk Anggi," setelah mengatakan itu, Anggia membalik kan tubuhnya dan ia berjalan masuk ke kamar mandi untuk membersihkan tubuh dan mengganti pakaiannya dengan yang bersih. Sementara Bilmar malah mencium aroma yang kini menempel di tangannya, dan ia berniat ingin ikut masuk ke dalam kamar mandi. Namun saat ia akan masuk Anggia yang tidak tau apa-apa langsung menutup pintu.
BUUUK.....
Kepala Bilmar membentur pintu yang sudah tertutup dengan rapat itu, "Sayang......." teriak Bilmar.
"Abang kenapa?" tanya Anggia berteriak dari dalam kamar mandi.
Bilmar mengelus kepalanya karena merasa cukup sakit, ia ingin menghajar pintu tersebut dengan memberi bogem. Namun ia juga takut tangannya kesakitan akhirnya ia menerima dengan lapang dada, "Sayang, Abang ikut masuk dong," teriak Bilmar.
"Gantian ya Abang, Anggia nggak lama kok," jawab Anggia, dan sesaat kemudian Anggia keluar dengan balutan handuk di tubuhnya. Bilmar memandang dengan lekat dan berniat ingin memeluknya, namun Anggia menjauh.
"Abang bersihin dulu tangannya, sama badannya juga bau tau," kata Anggia.
"Hehehe....lupa," Bilmar dengan semangat masuk ke kamar mandi, lalu membersihkan tubuhnya. Hingga beberapa menit kemudian ia keluar dari kamar mandi dengan balutan handuk, "Asik, olah raga bro," tutur Bilmar dengan bahagia, namun matanya tidak melihat Anggia berbaring di ranjang. Bilmar tidak perduli ia mendekati meja rias, mengeringkan rambut dan menyemprotkan parfum dengan cukup banyak pada tubuhnya, "Nggak usah pakai pakaian, biar langsung aja. Lebih praktis," kata Bilmar yang masih melilitkan handuk di pinggangnya, tidak lupa ia masih menunggu Anggia dengan begitu semangat.
CLEK....
Pintu terbuka dan terlihat Anggia di sana, pandangan Bilmar tentu saja menjadi berbinar. Namun itu hanya sesaat saja, karena setelah itu ia menatap Alif yang berada di gendongan sang istri. Bukan ia tidak suka, mana mungkin ia tidak menyukai darah dagingnya. Hanya saja saat ini ia ingin menjadi bayi besar Anggia.
"Abang, Alif rewel banget dia pengen bobo sama di peluk sama Anggi. Jadi Anggi bawa aja ke kamar kita," Anggia membaringkan Alif di ranjang, kemudian ia juga ikut berbaring kemudian memberikan asi pada Alif.
"Nasip Abang gimana Ngi?" tanya Bilmar dengan raut wajah melas.
"Sabar Abang, anak jauh lebih penting," jawab Anggia mulai memejamkan matanya.
"Adik nya Abang juga penting Anggi."
"Abang apasih....."
"Ish......Alif, kamu nggak kasihan apa sama Daddy. Kasihanilah Daddy sedikit saja, masak udah tujuh hari nambah lagi jadi delapan hari, oh.....tidak," Bilmar meremas handuknya dan menggigitnya, terlihat meluapkan kekesalannya. Sementara Anggia kini yang melihat Bilmar ingin tertawa terbahak-bahak namun takut Alif takut dan menangis, hingga akhirnya ia hanya menahan tawa saja.
***
Like dan Vote.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Putri Sera
tulisan nya kok makin kesini kok acak2an bahasa nya ga sejalan
2022-11-08
0
Yati Rahim
ahaha 😂😂😂... braim kena prank...🤭
2022-02-25
0
CIVIA 💞💖🌹🥰
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
2022-01-19
0