PLAK......
Satu tamparan mendarat di wajah Farhan yang tengah terikat tali, siapa yang menghajarnya dan menyekapnya? Tentu saja Aran. Siapa lagi yang menaruh dendam pada istrinya Veli kalau bukan sang mantan kekasih nya itu. Hari ini Aran berhasil menemukan Farhan yang bersembunyi di luar kota, cukup sulit menemukan pria itu. Namun karena Aran begitu ingin menemukan siapa yang sudah berani mencoreng nama baik keluarganya, kemanapun akan tetap di cari.
"Aran cukup!" kata Bilmar, ia tidak mau Aran sampai terbakar emosi.
"Aku ingin menghabisinya saat ini juga!" tegas Aran yang ingin kembali menghajar Farhan.
"Aran cukup," Bilmar menarik Aran menjauhi Farhan, begitu juga dengan Vano dan Arman.
"Ingat, istri mu sedang mengandung. Jangan kotori tangan mu itu!" kata Vano mengingatkan Aran, sebab Sinta dan Ratih mengajarkan mereka ketika istri mengandung tidak boleh membunuh hewan atau pun menyiksa. Apa lagi manusia.
Aran mengusap wajahnya dan meredamkan emosi yang tengah membuncah itu, seketika ia mengingat wajah Veli lalu menjauhi Farhan agar ia tidak terbakar emosi.
"Kalau kau ingin sesuatu katakan pada ku Aran, aku suka kalau mendapat bagian seperti ini," tutur Arman sambil mendekati Farhan.
"Kau mau apa?" tanya Farhan dengan berlumur keringat saat melihat senyum misterius Arman.
"Aku sudah lama sekali tidak bertemu dengan orang seperti mu, dan aku sudah sangat merindukan hal seperti ini," jelas Arman, pria berdarah mafia itu tampaknya cukup handal membuat setiap lawannya tak berkutik lagi.
"Tapi aku lebih tertarik bila aku yang menangani pria ini, pria yang membuat nama baik keluarga kita hampir rusak. Kau itu hanya abu bagi ku. Tapi kau sangat bernyali bermain dengan ku!" Aran lagi-lagi mendekati Farhan, tangannya ingin melayang lagi dan lagi pada Farhan.
"Aran, Veli sedang mengandung. Ingat anak mu," kata Vano lagi-lagi berusaha menyadarkan Aran, "Aku tau rasanya bagaimana saat ini perasaan mu, sebab aku pun dulu pernah ingin menghajar seseorang saat Ziva mengandung. Tapi aku sadar istri segalanya, dan anak adalah jauh lebih berharga. Jadi serahkan saja pada Arman. Arman jauh lebih tau harus apa dan bagaimana," lanjut Vano lagi.
"Iya......" Aran menatap Vano, ia mengangguk membenarkan apa yang di katakan oleh Vano. Keluarga mereka memang sangat kompak dan tidak ada yang boleh menyakiti maka yang lainnya akan ikut murka.
Arman tau apa yang harus ia lakukan, bahkan tanpa di perintahkan sekalipun hingga kini Farhan sudah bermandikan cairan berwarna merah yang keluar dari beberapa bagian tubuhnya.
"Maaf, aku tidak akan melakukannya lagi, aku minta maaf," ucap Farhan dengan tubuh lemah yang kini sudah terduduk lemah di lantai.
"Maaf?" tanya Aran yang sedari tadi hanya menjadi penonton saja.
"Iya......" jawab Farhan lagi dengan yakin dan suara bergetar.
"Untuk apa kau melakukan itu semua?" tanya Aran lagi.
"Aku tidak terima dia meninggalkan aku begitu saja, aku sudah sangat mencintainya. Dan aku pun sudah memberikannya banyak barang-barang," Farhan ingat, ia bukan hanya memberi mobil untuk Veli. Tapi ia juga membeli perhiasan juga banyak pakaian untuk Veli, dan itu semua tanpa di minta oleh Veli. Dan Veli tidak mungkin menolak apa yang di berikan oleh Farhan, sebab saat itu Veli juga mencintai Farhan dan berharap Farhan menjadi suaminya.
"Berapa uang yang kau habiskan untuk memberikan semua itu pada istri ku, aku akan mengembalikannya dan aku akan bembayar 4 kali lipat," tegas Aran. Aran tidak mau merendah di hadapan Farhan, hanya uang tidak masalah bagi Aran. Yang terpenting adalah harga dirinya yang saat ini tengah di bahas oleh Farhan, dan kalau Aran tidak membayar mungkin Farhan merasa ia tidak bisa membahagiakan istri nya.
"Aku tidak tau berapa, tapi untuk saat ini aku ingin di bebaskan. Dan aku berjanji tidak akan mengulanginya lagi, aku khilaf," jelas Farhan dengan wajah pucatnya, tak ada yang dapat di lakukan oleh Farhan selain memohon agar Aran mau melepaskannya, sebab tubuhnya sudah tak kuat menerima pukulan Arman.
"Kau benar-benar tidak waras, siapa yang akan membebaskan manusia seperti mu. Tidak ada sejarahnya yang sudah menjadi tawanan ku terbebas," timpal Arman dengan suara berat dan tertahannya.
"Tidak ada yang bebas, lolos, bila berani masuk ke tempat ini," Vano juga tersenyum miring mendengar permintaan Farhan, karena ruang bawah tanah itu memang sudah di khususkan untuk orang-orang seperti Farhan.
"Aku mohon Aran, aku berjanji tidak akan mengganggu kalian. Istri ku sedang mengandung dan akan segera melahirkan, aku mohon kasihani aku Aran," Farhan tak kehabisan akal, ia terus berharap pada Aran. Farhan benar-benar tidak bisa melakukan apa-apa.
"Istri ku juga sedang mengandung, tapi tetap saja kau berani mengusik nya!" Aran belum terpengaruh atau pun kasihan pada Farhan.
"Aku tidak tau, aku benar-benar tidak tahu. Aku mohon Aran, ini demi anak dan istri ku," Farhan menunduk dan bersimpuh di bawah kaki Aran, berulang kali Aran menjauh dan menghindar tapi Farhan tetap memohon dan meminta untuk di kasihani.
"Baiklah, aku memberikan mu waktu spai istri mu melahirkan. Tapi setelah itu kau harus menyerahkan diri!" kata Aran.
"Aran kau bicara apa?" Bilmar tanpaknya tak setuju dengan apa yang di katakan oleh Aran.
"Kau kenapa membebaskan manusia seperti ini. Dia ini sudah menghianati istrinya secara tidak langsung juga bukan?" ucap Arman yang juga tidak ingin meloloskan Farhan.
"Iya, kau benar Arman. Dia ini sudah menipu Veli, berhiyanat pada istrinya yang sedang mengandung. Aku yakin kalau istrinya tahu dengan perbuatannya, istrinya pasti meminta kita menghajarnya sampai habis," terang Vano.
"Aku hanya kasihan pada anak yang masih di kandung istrinya, aku kasiha anak itu punya ayah sebajingan dia. Biarkan dia bebas tapi awasi setiap gerak-geriknya. Dia bebas sampai istri melahirkan saja, setelah itu......" Aran mengangkat alis matanya menatap Farhan dengan senyuman penuh misterinya, tapi hal itu justru membuat Farhan semakin takut dengan wajahnya yang membiru karena ulah Arman.
"Baiklah, karena kami mengasihani ku. Jadi manfaatkan sisa waktu mu yang sedikit itu. Jangan sampai kau berulah, jika kau berulah kau akan habis di tempat mu tanpa ampun!" terang Vano.
"Terima kasih.....aku berjanji dan tidak akan melakukan itu lagi," jawab Farhan dengan terbatuk-batuk, dan susah payah.
"Buktikan, ingat kau tidak sepenuhnya bebas. Tapi kau di awasi, jangan kau pikir kau bisa mengulangi semua itu," ucap Arman.
Keluarga Rianda mau pun Bilmar,memang sudah berjanji tidak akan melakukan hal yang sekejam dulu lagi. Sebab mereka sudah berjanji pada istri-istri mereka untuk tidak melakukan itu lagi, karena para istri mereka sudah tahu siapa mereka yang sebenarnya. Dan mereka lebih memilih memenjarakan lawan mereka dari pada harus bertindak sendiri, begitu pun pada Farhan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Lah ternyata Farhan udah menikah dan istri nya juga lg Hamil,,Terus ngapain masih ganggu istri orang,,ikhlasin aja karna kalian gak berjodoh namanya..
2023-05-06
0
Zainab ddi
kompak banget 👍👍
2023-02-18
0
Lisa Halik
suka ceritanya thor..
2022-12-23
0