Hari ini Aran dan Veli memutuskan untuk berjalan-jalan, keduanya pergi berdua saja dengan Aran yang mengemudikan mobilnya. Keduanya terlihat begitu bahagia dengan senyum dan tawa tanpa henti.
"Mas kita mau jalan-jalan kemana sih?" tanya Veli penasaran.
"Ke mana aja oke asal sama kamu cinta," Aran menarik gemas hidung Veli.
"Mas ish...." Veli menepis tangan Aran, karena ia sangat malu namun ia juga berbunga-bunga saat mendengar gombalan Aran.
"Aduh-aduh Khumairah sayang ku pipi kamu merah banget, tambah gemas Mas Aran sayang, sama kamu," kata Aran dan kini ia mulai menyalakan mesin mobilnya dan sedetik kemudian mobil itu melaju meninggalkan kediaman megah mereka.
"Mas, belajar gombalan receh begini dari mana sih?" tanya Veli sambil menatap Aran, sebab ia masih menutupi rasa malu yang ia rasakan.
"Mas nggak belajar, semuanya natural aja pas liat bidadari yang turun dari kayang. Dia singgah tepat di hati Mas," kata Aran tanpa melihat Veli.
"Ish, Mas udah ah......" Veli malah merengek karena merasa tidak kuat dengan rayuan Aran, memang Aran sangat pandai sekali membuatnya menjadi salah tingkah.
Aran terkekeh melihat wajah istri canciknya yang terlihat malu-malu, akan tetapi ini lah hal yang baru di ketahui Aran setelah menikah dan setelah keduanya saling miliki cinta. Keistimewaan Veli adalah selalu bisa membuatnya merasa tenang, bahkan dalam sekejap bisa membuat rasa lelahnya menghilang dengan begitu saja.
Namun saat di perjalanan lebih tepatnya di jalan sepi mobil keduanya di hadang oleh segerombolan orang tidak di kenal, beberapa mobil dengan sengaja memotong jalan mobil Aran dan memarkirkan mobil nya tepat di tengah jalan. Hingga mobil Aran tidak bisa melaju lagi, dan beberapa orang dari mereka turun dari mobil kemudian mengetuk kaca mobil Aran.
"Keluar," titah orang tersebut dari luar sana.
Veli merasa begitu takut dengan orang-orang berbaju seragam hitam tersebut, ia berusaha membuat hatinya tenang dan menguasai diri. Serta percaya semua akan baik-baik saja.
"Mas, mereka siapa?" tanya Veli, sambil memeluk Aran.
"Tidak apa, dan jangan takut karena ada Mas di sini," Aran memeluk Veli dan meyakinkan istri cantik nya jika ia akan terus melindungi istri dan anak nya yang masih di kandung Veli.
"Tapi mereka siapa Mas, dan apa masalah mereka dengan kita?" Veli terus bertanya, sebab orang-orang itu terlihat begi banyak sementara mereka hanya berdua saja tanpa ada pengawal atau pun yang lainnya.
"Kamu tenang dan jangan panik, percaya sama Mas kalau semua akan baik-baik saja," Kata Aran mencium pucuk kepala Veli, untuk meyakinkan istri nya kembali.
"Tapi Mas," Veli masih ragu jika mereka akan selamat saat ini.
"Kamu tenang dan jaga anak Mas, ya," terang Aran, Veli mengangguk mengerti. Sementara Aran turun dari mobil meninggalkan Veli di dalam mobil, namun dengan cepat Veli kembali mengunci mobil tersebut hingga orang-orang itu tidak bisa masuk dan menariknya keluar.
Aran yang kini berada di luar sama sekali tidak gentar dengan orang-orang tersebut, ia berdiri dengan tegap di antara kerumunan orang-orang bertubuh kekar itu.
"Siapa yang memerintahkan kalian di sini?" tanya Aran dengan suara berat dan tertahannya.
"Itu tidak perlu kau tahu, buka pintu mobil mu. Kami hanya ingin menghabisi wanita itu," teriak seorang pria.
BUUUKK.....
Aran memberi bogem tepat pada perut pria itu, dan beberapa teman pria itu merasa geram pada Aran hingga mereka maju satu persatu. Namun sayang pertarungan itu mang cukup sengit, tapi tetap saja tidak ada yang bisa mengalahkan Aran. Hingga setelah lima orang tumbang di jalanan, terlihat seorang pria berjas hitam turun dari mobil dan berjalan dengan angkuhnya mendekati Aran.
PROK.....PROK.....PROK......
Terdengar suara tepuk tangan dari pria berjas hitam dengan kaca mata hitam pula yang kini sudah berjarak beberapa meter dari Aran, "Aran Rianda, ternyata kemapuan mu masih begitu tinggi. Tapi tidak apa itu akan semakin membuat permainan ini menarik, karena kau tidak langsung menangis darah. Ya.....aku sangat suka dengan perlawanan, tapi aku pastikan kau tidak akan menang," terang pria bertubuh kekar tersebut bernama Harlan.
Aran menatap Harlan penuh tanya, namun ia hanya sejenak ia hanya diam mendengarkan pria tersebut berbicara dengan panjang lebar.
"Bukankah kita teman sejak dulu?" tanya Aran.
Aran dan Harlan adalah sahabat, namun entah apa sebabnya Harlan kini menjauh darinya. Dan kini mereka bertemu dengan keadaan dan situasi yang terlihat menegangkan.
"Teman?" tanya Harlan meremehkan Aran, "Iya kita teman, tapi itu dulu. Dulu sebelum adik ku bunuh diri karena harapan palsu yang kau berikan. Kau tau Adik ku bukan Raisa Maharani?" tanya Harlan.
"Aku tahu, hanya saja kau salah orang sepertinya. Aku tidak pernah memberi janji atau harapan pada adik mu," terang Aran.
"Lalu ini apa," Harlan melemparkan banyak fhoto Aran yang dulu di simpan oleh Raisa, beserta surat sebelum ia mengakhiri hidupnya. Di mana pada surat itu tertulis jelas, jika ia bunuh diri karena kecewa pada Aran yang memberikan nya harapan palsu.
"Aku tidak pernah memberikan harapan apa pun pada Adik mu," jawab Aran dengan tegas.
"Aku tidak perduli apa pun yang kau katakan saat ini," Harlan tersenyum misterius dan ia menatap seorang pengawalnya, "Bakar mobil itu, bersama wanita di dalam nya," pria itu menunjuk mobil hitam di mana ada Veli di dalam nya.
"Kurang ajar," kata Aran mengepalkan tangannya.
"Kau kenapa?" tanya Harlan dengan tawa, "Kau takut?" tanyanya lagi dengan senyum kemenangan, namun sesaat kemudian senyum Harlan hilang karena Bilmar dan Vano beserta beberapa pengawalnya datang.
"Kenapa diam? Kenapa berhenti tertawa?" tanya Aran sambil berkacak pinggang di hadapan Harlan.
"Ternyata kau tidak sendiri ya?" tanya Harlan masih dengan ke sombongannya.
"Kau pikir hanya kau yang bisa membuat jebakan?" tanya Bilmar dengan tidak kalah angkuh.
"Jebakan?" tanya Harlan dan ia mengedarkan sekitarnya, ternyata Bilmar datang dengan banyak pengawal, "Sial," gumam Harlan, semula ia pikir Aran yang terjebak dalam permainannya. Namun sampai di sini ternyata ia lah yang di jebak.
"Sepertinya kau lupa sedang berurusan dengan siapa?" timpal Aran lagi.
"Hey kalian, cepat bakar mobil itu," titah Harlan.
"Kurang ajar," Aran langsung meloncat dan memberi bogem mentah pada Harlan, begitu pun yang lainnya yang ikut melawan satu sama lainnya. Kerusuhan pun tidak dapat terhindarkan, hingga terdengar suara seseorang yang melepaskan senjata api.
DORR......
Senjata api itu mengenai Aran hingga cairan merah pun terlihat keluar begitu saja.
***
Like dan Vote ya teman-teman.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Sri Handayani
waduuuhhh🥺🥺🥺🥺
2022-06-27
0
Sidieq Kamarga
Dor ! Aku kageeeeet ! jangan ada dornya dong ! Haduuuuh !
2021-10-19
0
aish
mas Aran.. 😱
2021-10-13
0