Hari ini Veli ingin duduk bersantai di teras rumahnya, Menikmati bertapa indahnya mentari pagi ini. Saat ia asik bersantai seorang Art menghampiri nya dan membawa sebuah bungkusan seperti kado.
"Nyonya muda, tadi ada kurir yang mengantar kotak kado ini untuk nyonya," Art tersebut memberikannya pada Veli.
"Dari siapa?" tanya Veli ambil tangannya meletakan kado tersebut pada meja, dan menatap penuh tanya.
"Katanya dari teman tuan Aran nyonya, ini kado pernikahan nyonya dan tuan. Karena dia nggak sempat datang sewaktu acara resepsi pernikahan nyonya dan tuan," jelas Art tersebut.
"Ya sudah, kamu kembali saja kedalam," Veli tersenyum dan ia terlihat begitu antusias dengan ini kado tersebut, hingga Veli dengan segera membukanya.
Saat kotak kado itu terbuka, Veli malah menjerit dengan kencang, "Aaaaaaaaa," teriak Veli dan membuat beberapa Art langsung menghampirinya.
"Nyonya ada apa?" tanya tanya Art tersebut dengan panik.
Veli berdiri dan bersandar di dinding, sekujur tubuhnya bergetar dan pandangannya terlihat berfokus pada kota tersebut. Lututnya terlihat bergetar dan ia memegang dinding sebagai pegangan agar tidak terjatuh.
"It.......itu......." dari kejauhan Veli menunjuk kotak yang sudah ia buka, perasaannya masih saja panik.
Seorang satpam langsung mendekati kotak tersebut, dan ia melihat apa yang ada di dalamnya. Satpam itu pun terlihat terkejut melihat seekor kucing yang mati, berikut dengan cairan merah dan benda rajam yang masih masih menancap di tubuhnya.
"Itu kucing punya Mama, kenapa bisa begitu?" tanya Veli dengan panik, sebab ia ingat itu adalah kucing kesayangan milik Laras.
"Ini kucing milik Nyonya besar Laras kah Nyonya muda?" tanya Satpam tersebut setelah ia mendengar perkataan Veli.
"Iya, Mang itu punya Mama," Veli memegang perutnya, ia merasa sangat panik. Kini kondisi Veli memang tidak stabil dan ia sangat mudah sekali ketakutan karena faktor usia kehamilannya yang begitu muda.
"Saya hubungi tuan saja, kalian bawa Nyonya sekarang juga ke kamar, dan berikan minum. Dia terlihat sangat panik," Satpam tersebut memerintahkan Art untuk membawa Veli, sementara ia langsung menghubungi Aran agar segera pulang. Karena Aran memang sudah memerintahkannya untuk menjaga Veli, lalu melapor pada nya bila terjadi sesuatu pada Veli.
Setelah mendapat info dari satpam tersebut, Aran yang sedang melakukan meeting, mendadak keluar begitu saja. Ia meninggalkan meeting penting dengan cepat di gantikan oleh Bilmar, karena ia harus segera pulang untuk melihat keadaan Veli. Sesaat Satpam tersebut melapor kan tentang Veli, Aran sudah tidak tenang bahkan ia pergi begitu saja tanpa permisi. Aran memang tidak suka menggunakan sopir pribadi hingga kini pun ia mengemudikan mobilnya seorang diri, bahkan dengan kecepatan cukup tinggi agar segera bertemu sang istri. Hingga akhirnya ia kini sampai di rumah, Aran memarkirkan mobilnya begitu saja ia turun dari mobil dengan setengah berlari memasuki rumah.
"Sayang," Aran langsung masuk begitu saja.
Veli yang duduk di sisi ranjang, langsung menatap asal suara dan ia menangis kembali begitu melihat Aran "Mas.....hiks.....hiks....." terdengar suara Veli yang sesegukan.
Aran masuk dan memeluk Veli, sementara para Art langsung pergi meninggalkan majikan mereka berdua saja. Aran masih berusaha menenangkan Veli yang terlihat panik, Veli yang seorang dokter terbiasa dengan cairan merah kini terlihat begitu lemah. Veli pun berusaha menguatkan diri, namun tidak bisa tetap saja rasa takut itu ada saja.
"Mas, ada kucing Mama di kotak kado yang di kirim ke rumah kita. Aku takut Mas.....hiks....hiks....." Veli kembali membayangkan bertapa mengeringkannya kucing milik Laras yang berlumur cairan merah itu.
"Iya sayang, kamu tenang ya," Aran mengelus pundak Veli, ia terus berusaha untuk menenangkan hati istri tercintanya.
Aran terdiam dan terus memeluk Veli, ia pun belum melihat siapa yang mengirim teror kucing itu. Sesaat kemudian ponsel Veli berdering dan tertulis nama Laras di sana, Veli langsung mengambil ponselnya dan menjawabnya.
"Assalamualaikum.....Ma...." jawab Veli setelah panggilannya terhubung, walau pun suaranya masih terdengar bergetar namun tetap saja ia berusaha menguatkan diri.
"Waalaikumsalam....." kata Laras dari seberang sana, "Veli, kucing Mama si manis hilang Dek. Mama bingung kemana perginya, tadi pagi masih ada tapi sekarang nggak tau ke mana," Lanjut Laras lagi dengan panik, sebab ia sangat menyayangi kucing tersebut.
Veli menatap Aran sambil mendeguk saliva, ia kembali mengingat kucing tersebut yang barusan di kirimkan ke rumahnya. Dan ia pun tidak tahu harus mengatakan apa sang Mama.
"Dek, kamu denger Mama nggak Nak?" tanya Laras di sebrang sana, sebab ia menantikan jawaban Veli.
"Ma.....hiks....hiks....." Veli kembali menangis ketakutan, "Ma, Manis ada di sini, tapi dia sudah berlumur darah," terang Veli dengan susah payah.
"Maksud kamu bagaimana? Bagaimana mungkin Manis kucing kesayangan Mama ada di rumah kamu, dan dengan berlumur darah?" Laras di buat bingung oleh perkataan Veli, sebab tadi pagi ia masih memberikan makan dan memandikannya dan tiba-tiba sekarang menghilang begitu saja.
"Iya Ma, Veli takut Ma."
Aran mengambil ponsel Veli dan ia yang melanjutkan pembicaraan dengan Laras.
"Ma, kucing Mama ada di sini. Mama boleh kemari untuk melihatnya," Aran tidak ingin menjelaskan semuanya melalui sambungan telpon, ia ingin Laras melihatnya dengan langsung.
"Mama ke sana sekarang ya.... Assalamualaikum....." Laras merasa panik, ia pun ingin langsung menemui Veli.
"Ma.....jangan datang sendiri ya," Aran tidak ingin terjadi hal yang tidak di inginkan saat Laras di perjalanan, sebab Aran merasa ada yang tidak beres dari semua yang terjadi.
"Iya, Mama ke rumah kalian sama Papa," kata Laras dan panggilan terputus dengan Laras yang mengakhirinya.
Aran kembali menatap Veli yang dari tadi terus memeluk dirinya, sesekali ia mencium pucuk kepala sang istri dengan penuh cinta.
"Mas, aku takut....."
"Nggak papa, ada Mas di sini," Aran terus memeluk Veli dengan erat, entah siapa yang tega mengirimkan kucing yang sudah di habisi terlebih dahulu itu ke rumah mereka. Aran mengingat ia tidak memiliki musuh, namun siapa yang tega melakukan itu, "Kamu tidur ya," Aran membaringkan Veli dan ia pun ikut berbaring di sebelah sang istri.
"Mas, nggak akan pergi kan," kata Veli semakin mempererat pelukannya.
"Mas jagain kamu di sini "
"Mas, siapa ya yang lakuin ini."
"Udah kamu nggak usah pikirin itu, itu pasti hanya orang iseng yang nggak punya kerjaan," Aran tidak ingin Veli terlalu memikirkan hal tersebut, hingga ia berusaha untuk mengalihkan Veli pada hal yang lain. Sebab Veli tidak boleh stres karena janin nya sangat lemah, Veli baru saja merasa tenang setelah kejadian yang di buat oleh Farhan dan kini malah ada lagi kejadian lainnya.
***
Like dan Vote.
terima kasih. ;).
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Helmina R
siapalagi kalau bukan farhan
2023-03-02
0
Lisa Halik
sapa lagi ini mau cari gara2 sama aran
2022-12-24
0
Sri Handayani
q sdah lupa2 ingat thor ama caritax soalx nunggu tamat baru baca😁😁😁
2022-06-27
0