Aran membuka selembar kertas yang barusan di berikan Mang Kodir, namun kertas itu tanpa ada isi yang ada hanya kertas kosong tanpa ada tulisan apapun.
"Kosong," Aran meletakkannya di atas meja, agar Bilmar dan Vano juga bisa melihat dengan jelas.
"Dia mau ngajakin kita main kucing-kucingan," kata Vano.
"Seperti nya begitu, tapi kita harus segera menyelesaikan semua ini. Jangan sampai semua ini membuat masalah di keluarga kita, ini sudah sangat keterlaluan," kesal Bilmar yang tidak ingin terjadi masalah pada keluarga mereka yang kini tengah bahagia dengan akan adanya anggota keluarga baru.
"Iya, tapi aku tidak pernah memberikan siapa-siapa harapan. Apa lagi untuk menikah, aku sangat tidak suka berkata pada siapa pun," terang Aran.
"Besok kita selesaikan semua ini, masalah ini tidak boleh berlarut-larut. Malam ini orang kita harus mengetahui siapa orang itu, dan kita akan berbicara baik-baik. Jika tidak bisa di ajak dengan baik-baik maka dia sedang berusaha membangunkan harimau yang sedang tertidur," kata Vano.
Setelah pembicaraan ketiga pria itu selesai, kini mereka membubarkan diri sebab ada istri yang menunggu di rumah. Begitu juga dengan Aran yang ingin tahu keadaan Veli saat ini, hingga kini Aran menuju kamarnya dan melihat keadaan sang istri.
"Khumarah sayang istri cantik ku," tutur Aran yang kini sudah ikut naik keranjang, bahkan Aran sedikit melompat hingga membuat ranjangnya ikut bergerak.
"Mas......ish......malu tau Mas," wajah Veli kembali merah merona seperti tomat, sebab ia tidak kuasa mendengar rayuan maut sang suami.
"Caelah......masih punya malu juga ternyata," lanjut Aran yang kini tidur sambil menjadikan paha Veli sebagai bantal.
"Maksud Mas selama ini Veli nggak punya malu apa?" kesal Velivsambil tangannya menarik gemas daun telinga Aran.
"Aduh sayang sakit," Aran mengelus telinganya, sambil berpura-pura kesakitan. Padahal tarikan Veli tidaklah kencang, "Sayang, kamu itu kan nggak punya malu," kata Aran lagi, Veli yang mendengar tentu saja kesal. Ia meremas tangannya berniat ingin memberi bogem pada Aran. Namun dengan cepat Aran memegang tangan Veli, dan kini ia duduk berhadapan dengan Veli, "Kamu itu punya aku sayang, bukan punya si malu," Aran tersenyum penuh cinta pada Veli.
"Ish Mas......" Veli ingin berteriak lalu ingin guling-guling mendengar rayuan maut Aran yang tidak pernah ada saingannya hingga sampai detik ini, "Mas, udah gombalin berapa cewek?" tanya Veli.
Aran menatap Veli dengan lembut, hingga membuat Veli merasa tidak nyaman. Bahkan Veli merasa jantungnya semakin berdetak tidak karuan, hanya karena tatapan Aran yang begitu penuh cinta.
"Mas nggak pernah pacaran sayang, kamu yang pertama dan terakhir," jawab Aran dengan yakin Bahakan dengan pandangan yang begitu berbinar.
"Mas ish," Veli mendorong dada bidang Aran, yang begitu dekat dengannya. Lalu ia melangkah menuju kamar mandi dengan terburu-buru, tangannya masih saja mengelus dada walau pun Aran sudah tidak di pandangan matanya.
"Sayang, hati-hati......." kata Aran yang panik, namun Veli bukan tidak mendengar tapi ia sudah sangat tidak karuan.
Setelah masuk ke kamar mandi Veli langsung mengunci pintu, berulang kali ia nencuci wajahnya. Namun tetap saja rasanya ia tidak bisa melupakan gombalan maut Aran, jantung Veli masih saja kembang kempis sampai dengan saat ini juga. Veli tau ia sudah jatuh hati pada Aran, tapi mengapa sampai saat ini jantungnya tidak bisa di kondisikan bila sedikit saja Aran berucap manis. Wajah Veli masih terlihat merah merona, senyum merekah masih saja menghiasi bibir manisnya. Bahkan ia bisa melihat wajahnya di cermin yang berukuran cukup besar itu yang tengah tersenyum membayangkan wajah suami tampannya.
TOK......TOK......TOK.......
Aran yang sedari tadi menunggu di luar merasa panik, ia sangat takut terjadi sesuatu hal pada Veli yang sekian lama berada di kamar mandi tapi tidak kunjung keluar.
"Sayang, istri Soleha ku," terdengar suara Aran dari luar sana.
Sementara Veli berusaha menutup telinganya di dalam sana, "Ya ampun aku kenapa, ini kah cinta yang sebenarnya. Aku nggak kuat bener-bener nggak sanggup menahannya, jantung ku pun semakin berdetak begitu kencang," gumam Veli sambil terus memegangi dadanya, yang terasa kembang kempis itu.
TOK.....TOK.....TOK......
"Sayang ku......kamu nggak papa kan cinta ku?"
CLEK...
Veli membuka pintu dan melihat Aran di sana, Aran terlihat begi tu tampan bahkan kini ia tengah bersandar di depan pintu kamar mandi. Sambil tersenyum pada Veli, di tambah lagi sesekali sebelah alisnya naik turun seperti tengah kembali menunjukan bertapa ia sangat tampan.
"Mas, senyum nya udah dong Veli nggak kuat," kata Veli merengek sambil menarik kerah kemeja Aran.
"Kok bisa," Aran melingkarkan tangannya di pinggang Veli, masih saja ia menatap dengan penuh cinta.
"Nggak tau," jawab Veli yang kini melingkarkan tangannya di leher Aran.
"Sayang, Mas kan emang keren makanya kamu dari dulu ngejar-ngejar Mas kan?"
Mendengar apa yang di katakan oleh Aran, Veli langsung menjauh bahkan ia melepaskan tangannya dari leher Aran dengan kesal namun Aran tidak membiarkan Veli lepas dari pelukannya. Hingga akhirnya Veli yang ingin menjauh jadi terhuyung ke depan membentur dada bidang Aran.
"Mau kemana?" tanya Aran.
"Lepas," Veli berusaha menggerakkan tubuhnya dan melepaskan diri.
"Kamu mau ke mana? Ngambek ya?"
"Iya lah...."
"Kenapa?"
"Mas nya aneh bilangin Veli yang ngejar-ngejar Mas, perasaan dulu Mas deh kayaknya yang ngejar-ngejar Veli. Sampek nikah aja Mas jebak Veli," kata Veli mengingatkan Aran seperti apa dulu Aran yang memaksanya untuk tetap menikah.
"Sayang," Sebelah tangan Aran masih setia melingkar di pinggang Veli, sementara sebelah ya lagi merapikan rambut Veli yang beberapa helainya menutupi wajah cantik istri mungilnya, "Mas itu udah cinta sama kamu, makanya Mas ngejar-ngejar kamu. Karena Mas harus gerak cepat, banyak saingan di luar sana cinta ku, kekasih ku. Bidadari surga ku," jawab Aran.
"Mas, ish.....apa sih," Veli melebarkan mata sambil menyimpan wajahnya di dada bidang Aran, ia terlalu malu untuk memperlihatkan jika kini perasaan berbunga-bunga itu kembali muncul lagi.
"Kok wajahnya di simpan, coba Mas lihat mukanya. Muka bidadari surga Mas Aran Rianda, Nyonya Velisya Khumarah Rianda," tutur Aran sambil berusaha melihat wajah Veli.
"Mas....Veli malu....." Veli masih saja berusaha menutupi wajahnya, namun Aran malah di buat gemas dengan tingkah Veli yang kini sangat manja. Aran berpikir Veli wanita tomboy itu akan terus bertingkah seperti layaknya pria, namun ternyata ia salah. Bahkan ternyata Veli lebih menggemaskan dari yang ia bayangkan, senyuman menawan sang istri tidak pernah bisa ia lupakan walau hanya sedetik saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Hikayatul Hubby
mantap banget nonton ya🥰
2022-12-20
0
Sri Handayani
oooohhh mas Aran gombalanmu bikin senam jantung😘😘😘😘
2022-06-27
0
aish
ahhh melting thor.. 🥰😂
2021-10-13
0