Dua hari sudah berlalu, masalah mengenai Farhan sudah selesai dan Aran sudah bisa bernapas dengan lega. Pagi ini Aran hanya di rumah saja ingin bersama dengan istri cantik sekaligus cerewet nya, namun walaupun Veli cerewet dan banyak tingkat tetap saja Aran sangat mencintai Veli. Aran tersenyum dan memiringkan tubuhnya, ia menjadikan sebelah tangannya sebagai penopang kepala sementara sebelah kanan nya lagi membelai rambut panjang yang acak-acakan.
Aran tersenyum melihat Veli yang masih terlelap dalam tidurnya, istri cantik nya itu kini terlihat lebih gemuk. Mungkin karena kini Veli sedang mengandung, hingga membuat nya sangat banyak makan. Sejenak Aran mengingat memory di mana dulu ia sangat membenci Veli, dimana keduanya selalu bertengkar bahkan hanya karena hal yang sepele. Aran juga merasa lucu saat ia menikahi Veli hanya karena ingin membuat Veli terluka, namun anehnya bukan Veli yang terluka melainkan dirinya sendiri.
Cinta memang tidak bisa di tebak, tidak bisa di ajak bercanda atau pun di tawar. Semua datang begitu saja, bahkan ada rindu bila sehari tidak berjumpa. Dan entah sejak kapan cinta itu ada hingga Aran sadar ia tidak bisa lagi berpisah dari Veli, aneh tapi begitulah adanya. Dan yang membuat nya semakin membingungkan adalah ia yang terjerat dengan perangkap yang ia buat sendiri, malah ia yang terlebih dahulu jatuh hati pada Veli yang awalnya ingin ia lukai itu. Namun Aran tidak menyesal telah menjebak Veli dalam pernikahan ini. Sebab kini ia sangat merasa beruntung dan bersyukur bisa hidup bersama Veli. Mungkin ia terlihat begitu jahat, namun tidak masalah untuk saat ini semua terlalu susah untuk di ungkapkan. Yang pasti hanya ada cinta dan tak ingin berpisah.
Veli merasa tidur lelapnya terusik, ia membuka mata dan melihat Aran tengah tersenyum padanya. Veli memayunkan bibirnya dan memiringkan tubuhnya, ia bukannya bangun tapi malah melingkarkan tangannya di leher Aran. Dengan menyembunyikan wajahnya di dada bidang sang suami. Dan kembali terlelap.
"Khumarah sayang, bangun," kata Aran sambil jari-jarinya terus menyisir rambut Veli.
"Em....." jawab Veli, ia malah semakin memejamkan matanya dan menikmati bertapa hangatnya pagi ini. Sebab jarang sekali Aran masih berada di rumah di jam delapan pagi seperti ini.
"Ayo bangun, baby kita pasti udah lapar. Kamu bangun dong kasihan anak Mas," Aran berusaha membangunkan Veli dengan menjauhkan Veli darinya, nanun tetap saja Veli berusaha mendekat lagi dan melingkarkan tangannya kembali di leher Aran, "Ih....kamu nggak mau jauh-jauh ya, Mas juga gitu maunya pagi-pagi anu. Tapi bangun sarapan dulu, kasihan yang di dalam," tutur Aran sbil menjauhkan wajah Veli darinya.
"Mas apa sih.....ih....." Veli melepaskan tangannya, dan tidak lagi memeluk Aran. Kini ia malah membelakangi Aran. Dan kembali melanjutkan tidurnya.
"Sayang bangun, sarapan dulu yuk," Aran kembali berusaha membangunkan Veli, sebab kini Veli memang sangat susah bangun pagi.
"Mas......." Veli menutup tubuhnya dengan selimut, bahkan hingga menutupi bagian kepalanya.
Aran mengangkat sebelah alisnya dan juga ikut masuk kedalam selimut, dan sesaat kemudian Aran berteriak.
"Aaaaaa......." teriak Aran dengan kencang sambil mengipas-ngipadkan tangannya yang terkena cubitan Veli.
"Makanya tangan di jaga," Veli mendudukan tubuhnya dan tersenyum melihat Aran yang tengah kesakitan, sebab tangan itu suka sekali nakal.
"Khumarah sayang, sakit," kata Aran.
"Sini, mana sakit nya," Veli meminta tangan Aran untunk ia lihat dan Aran memberikannya untuk di lihat oleh Veli, "Mas, ini butuh dokter bedah. Soalnya ada kerusakan parah. Jadi aku telpon Dokter Daniel saja ya," kata Veli, dengan tangannya terulur mengambil ponsel yang terletak di atas meja nakas.
"Sayang kamu apa sih," Aran terkekeh melihat tingkah Veli dan ia juga sangat gemas, hingga akhirnya Aran menggelitik Veli.
"Ahahahaa....." Veli tak kuasa menahan tawa, karena merasa kegelian, "Mas, udah Mas...... Ahahahaa......" teriak Veli sambil berusaha melepaskan diri.
"Ayo minta ampun......kalau enggak Mas nggak akan berhenti," jawab Aran, sambil tangannya terus menggelitik Veli.
"Mas, Veli nggak kuat......Ahahahaa......" teriak Veli karena Aran masih terus menggelitik nya tanpa henti.
"Ya....udah, bilang apa?"
"Ampun Mas......." teriak Veli, lalu Aran berhenti menggelitik Veli.
Napas Veli terlihat naik turun tidak beraturan, dan kedua tangannya ia letakan di perut karena merasa lelah, "Sakit Mas," runtuh Veli dan ia terbaring kembali di ranjang.
"Veli," Aran panik dan ia berusaha menyadarkan Veli dengan menepuk-nepuk pipi Veli, "Veli bangun, Veli," kata Aran dengan panik, "Veli, Sayang bangun," Aran terus berusaha membangunkan Veli dan ia tidak bisa menutupi ketakutannya.
"Tapi boong......" teriak Veli sambil tertawa, karena ia berhasil mengerjai Aran.
"Kamu ngerjain Mas?" Aran di buat bingung dengan apa yang terjadi yang ternyata Veli mengerjainya.
"Iya lah apa lagi?" Veli tersenyum penuh kemenangan.
"Huuuufff....." Aran menarik napas dengan panjang, ia turun dari ranjang dengan kecewa.
"Mas," Veli juga ikut turun dari ranjang, ia memegang lengan Aran agar tidak pergi, "Mas, marah......maaf," pinta Veli dengan melas.
Aran membuang pandangannya ke lain arah, agar pandangannya dan pandangan Veli tidak bertemu.
"Mas," Veli dengan cepat memeluk Aran, "Maaf," kata Veli lagi.
"Kamu itu bukan mainan Veli, kamu itu nafasnya Mas. Kalau kamu kenapa-kenapa, Mas juga ikut Veli. Kamu segalanya, kamu hidup Mas juga hidup, kamu tiada Mas juga tiada," terang Aran.
Veli terharu dengan apa yang di katakan Aran, dan ia merasa bersalah karena sudah membuat Aran ketakutan, "Maaf Mas, Veli janji nggak akan ulangi lagi," kata Veli sambil mendongkak menatap Aran, bahkan mata Veli berkaca-kaca dan dalam dalam sedetik kemudian cairan berwarna putih bening tumpah dari dalam nya.
Aran menatap mata Veli dan memegang menangkup wajah Veli, tidak lupa ibu jarinya menghapus jejak air mata yang tersisa di wajah sang istri tercintanya itu, "Mas sayang sama kamu," tutur Aran.
"Veli juga sayang sama Mas," kata Veli, dengan cepat ia memeluk Aran dan menyembunyikan wajahnya yang memerah di dada sang suami.
Aran tersenyum bahagia, mendengar apa yang di katakan Veli, "Coba Mas lihat mukanya, apa kamu lagi bohong juga sekarang," kata Aran menggoda Veli.
"Nggak," Veli tetap berusaha menyembunyikan wajahnya yang merah seperti kepiting rebus itu, namun tangan Aran tetap berusaha menjauhkan Veli darinya agar melihat wajah Veli. Sebab ia tau istri nya saat ini tengah merasa sangat malu dan begitu malu.
"Ayo mana mukanya....."
"Nggak!"
"Mas mau lihat."
"Nggak!"
"Jangan-jangan, kamu bohong ya"
"Ih.....Veli kesel......."
"Cieeeee.......mukanya merah banget begini," Aran mencolek wajah Veli yang kini tampak jelas memerah.
"Mas....." teriak Veli.
"Ahahahahah......."
***
Banyak yang Vote, Othor up dua episode lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Zainab ddi
pasangan bucin
2023-02-18
0
westi
😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
2022-08-15
0
Winartiningsih Winartiningsih
lanjut kk
2021-08-14
0