BAB 17

Ya, semuanya memang sudah terlambat. Abahku pun hanya bisa mengucapkan kalimat 'Yah, mau gimana lagi kalau sudah tunangan orang', sembari menghisap kembali asap kematiannya yang mungkin tiba-tiba terasa tersendat.

Kuulas senyuman getir ke arah abah, lalu pamit untuk menyusul Anis. Gadis itu ... bukannya menunggu di dalam mobil, ia malah berdiri bersandar punggung dengan senyuman manis.

Apa ia sedang bahagia di atas penderitaanku? Batinku miris.

Setelah itu, aku mengantarkan Anis pulang. Dengan melakukan ramah-tamah bersama kedua orang tuanya terlebih dahulu, kemudian aku mengakhiri percakapan, lalu melenggang.

Tampaknya Anis agak berat melepas kepergianku. Namun, kucoba menenangkan kerisauannya dengan pertemuan malam ini di salah satu kafe baru. Ia mengangguk senang, lalu berdadah ria ke arahku.

Saat ini aku tak lagi memikirkan pekerjaan. Seluruh memoriku telah penuh dengan wajah dan polah dari gadis kesayangan. Biar dikata dia adalah tunangan orang, namun aku bisa pastikan bahwa hanya aku yang ia rindukan.

Eaaak!

Selepas dari rumah Anis, aku melajukan mobilku ke kediaman orang tua Didi. Kudengar anak itu sedang tidak enak hati. Dikarenakan masalah yang tidak asing lagi. Apalagi kalau bukan masalah Dini?

"Kenapa wajahmu ketekuk gitu? Banyak hutang? Atau ... diputusin pacar?" Aku yang baru saja melewati pintu kamarnya, lantas menyambarnya dengan pertanyaan setengah mengejek.

Kuhempaskan tubuh kekarku di atas kasur empuk tiga lapis miliknya. Didi adalah putra ketiga dari seorang juragan sayur-mayur dan sejenisnya. Abah dan umminya sukses dalam bisnis tersebut hingga menjadi juragan yang sangat kaya raya. Sehingga membuat pria muda yang ketampanannya hampir setara denganku itu, terbiasa hidup mewah sedari ia mulai bernyawa.

"Sombong banget kamu! Mentang-mentang lagi baikan sama mantan." Didi melengos dan memunggungiku. Benda pipih persegi panjang yang berukuran 6.5 inci itu, tergenggam posesif di dalam dekapan tangannya. Kurasa ia hanya mengalihkan kegalauan dengan melakukan aktifitas online.

Dasar maniak game-online!

"Baikan sama mantan belum tentu bisa balikan kali," cebikku seolah tertampar dengan kalimatnya.

Ia lantas menghentikan aktifitas jarinya, lalu membalik tubuh sehingga menghadap pada tubuhku yang masih anteng dengan posisi menatap langit-langit kamarnya. "Emangnya kalian gak balikan? Bukannya kamu sering ketemu sama Kak Anis, ya?" tanyanya yang mulai merasa ambigu. Pasalnya, ia tahu bahwa akhir-akhir ini aku dan Anis sering bertemu.

"Anis udah bertunangan, Di." Dalam tatapan sendu kuutarakan sudah isi hatiku. "Dan aku, udah terlambat. Aku udah gak ada harapan lagi untuk memilikinya," cakapku masih dalam mode mendayu-dayu.

Seakan terbawa suasana, Didi hanya bisa menatapku tak kalah sendu. "Udahlah, Ru. Ikhlasin aja! Mungkin Kak Anis memang bukan jodohmu." Pria berwajah imut itu mulai terdengar mengkhotbahiku.

Didi memang berwajah imut dan memesona. Matanya tampak agak sipit, kulit putih, dan bentuk bibirnya sangat kecil, persis sekali dengan wajah seorang wanita. Namun sayangnya, ia membawa burung ke mana-mana.

Namun, percayalah kalau dia kalah macho dariku. Ketampanannya juga masih berada di bawah rating-ku. Jadi, sudah sepantasnya aku yang menjadi tokoh pelaku. Pelaku utama dalam novel 'Kutunggu Jandamu'.

Ah, pasti para pembaca mulai melabeli aku dengan sebutan 'narsis akut', bukan?

Tidak masalah!

Karena aku memang begitu. Tapi tidak di depan khalayak ramai, Penggemarku. Sifat ini hanya diketahui oleh orang-orang tertentu. Aslinya, aku ini adalah pribadi yang sangat pemalu.

Namun, seperti yang pernah kukatakan pada bab satu, aku tidak akan merasa malu jika itu menyangkut hal yang berhubungan dengan gadisku.

Anis!

Ya, nama itulah yang selalu mengisi ruang dan waktuku, siang dan malamku, sakit dan sehatku, serta susah dan senangku.

Kuhela napas panjang yang tiba-tiba terasa pengap. Kuraup wajahku sekali lagi dengan gerakan kembali duduk tegap. Didi tampak memandangku dengan tatapan sigap. Khawatir kalau-kalau aku akan mengakhiri hidup dalam waktu sekejap.

Tenanglah, Kawan!

Aku masih punya cukup stok iman!

Dan akan selalu berjuang demi masa depan!

Terpopuler

Comments

Ayuwidia (hiatus)

Ayuwidia (hiatus)

Kumat narsis

2022-06-03

0

Ririn Rira

Ririn Rira

😂😂😂 Gak tahan kalau gak komen, syukur gak bawa buah pepaya kemana²

2022-05-31

0

Lien machan

Lien machan

kecewa sudah abah. tapi gak apa, heru

2021-11-30

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!