BAB 13

Dia masih mengabaikan keberadaanku. Kuhela napas panjang, kemudian mempersiapkan diri untuk menjelaskan apa yang perlu ia tahu. Tak peduli ia akan percaya atau bahkan berbalik membenciku. Aku tak tahu. Namun, kuusahakan untuk terus merangkai kata agar ia tak lagi membatu.

"Kakak marah ya?" Aku dalam mode tololku menanyakan sesuatu yang sudah jelas-jelas aku ketahui jawabannya.

"Enggak!" jawabnya singkat dengan nada seolah ia baik-baik saja.

Tetapi, aku tidak percaya. Seorang wanita cenderung mengatakan 'tidak apa-apa', walaupun ia sedang terluka. Itulah kelebihan dari seorang wanita. Bisa saja berpura-pura seakan semuanya baik-baik saja, di atas kenyataan hidup yang bahkan bisa membuatnya menderita.

Aku bergeming. Masih berpikir agar tak salah berkata di saat waktu terasa semakin genting. Bisa kupastikan jika aku salah bicara, maka Anis pun pasti tak lagi bergeming.

"Kenapa sekarang kamu seperti ini, Ru?"

DEG DEG DEG

Pertanyaan apa itu? Apa yang telah ia ketahui tentangku? Apakah ia telah memergokiku? Atau mungkin telah melihat isi ponselku?

Ah, sudah barang tentu!

Spontan kuputar rotasi leherku ke arahnya. Kutatap wajahnya yang kini merunduk dengan mata terbuka. Ingin rasanya kuraih kedua telapak tangannya. Tetapi, saat ini aku tak mempunyai hak apa pun atasnya. Lagi pula, aku yakin ia tidak akan menyukainya.

Kuremas rambutku frustrasi. Kujelaskan semua yang aku rasakan ketika ia tak lagi berada di sisi. Bagaimana aku melewati hari-hari tanpa adanya Anis sebagai motivasi diri.

"Mereka bukan siapa-siapa untukku, Kak. Terlepas aku mau berkomunikasi dengan mereka, namun di dalam sini, hanya ada nama kakak." Kutunjuk dadaku dengan tatapan sendu.

Bisa kulihat ia mulai mendongakkan wajahnya, merasa terharu.

"Bukan aku yang mendekati mereka, tetapi mereka yang mengejarku." Kutegaskan sekali lagi bahwa aku tak berselera dengan tipe gadis barbar dan sejenisnya. "Aku masih mencintaimu, Kak. Dan akan selalu begitu untuk selamanya."

Anis membatu. Sepasang bibirnya terkunci rapat bak daun pintu. Jangan ditanya lagi seperti apa ekspresiku. Sudah hampir menangis, namun aku masih punya malu.

Tanpa disangka-sangka, Anis bergerak mendekatiku. Diraihnya sebelah telapak tanganku, lalu digenggamnya erat dengan wajah merona semu. Sudah barang tentu, ia masih mempercayaiku.

Tabuan rebana masih mengusik dadaku. Bisa kurasakan tubuhku sedikit gemetar karena ini pertama kalinya bagiku. Bersentuhan langsung dengan gadis yang telah menjadi impian masa depanku itu. Di dalam gelapnya malam, tepat di bawah kanopi ruko enam pintu.

Rintik hujan pun seakan mendukung momen ini. Momen dimana aku dan Anis saling menguatkan diri. Kupandangi wajahnya di dalam sepi, sebelum akhirnya tubuhnya bergeser lebih dekat lagi.

"Jangan siksa dirimu seperti ini, Ru. Kamu berhak mendapatkan wanita yang benar-benar mencintaimu. Kamu berhak mendapatkan wanita yang akan selalu setia mendampingimu. Kamu berhak mendapatkan wanita yang akan selalu ada di dekatmu. Aku ... sungguh tak pantas untuk pria sebaik kamu. Bahkan aku pernah mencampakkanmu."

DEG

Aku tak menyukai bagian ini!

Sungguh aku tidak suka!

"Aku tak butuh wanita lain, Kak. Yang aku butuhkan cuma kamu!" tegasku sembari menggenggam kedua tangannya.

Semua ini sudah terlanjur. Dan aku ... sudah pasti pantang mundur. Seperti apa pun rintangan di depan dan terjalnya alur. Aku bahkan sudah siap untuk bertempur.

Anis merunduk sedih. Samar-samar kudengar isakannya yang semakin membuat hatiku terasa pedih. Apakah kata-kataku telah membuat hatinya perih?

"Sayang ...!"

Panggilan yang sempat kusematkan selama hubungan satu minggu itu, kembali kulontarkan. Bukannya sengaja, tetapi ini murni karena aku terbawa suasana mengharukan.

Mendengar hal itu, ia mendongak ragu. Bisa kulihat aliran air sebening kristal membasahi pipinya.

"Kenapa kakak menangis?" tanyaku dengan ekspresi khawatir.

Kurangkum wajah manisnya ke dalam kedua telapak tanganku. Ia semakin menangis tersedu. Hampir saja aku khilaf dan menarik wajahnya mendekati wajahku.

Dan berhasil ...!

Kusatukan keningku dang keningnya saat itu. Merasakan hangatnya embusan napas yang saling memburu. Aku tak tahu, dia menurut karena terpaksa atau memang karena mau.

Namun, sepersekian detik kemudian, ketika bibir kami hampir saja menyatu, aku terpaku. Ia tersentak, dan menarik wajahnya menjauh dariku.

"Aku tidak bisa, Ru!" ucapnya sembari membelakangiku.

"Kenapa? Apa karena kamu masih ragu padaku?" Panggilan 'kakak' pun tak lagi mengisi ruang dialogku.

"Bukan, bukan seperti itu, Ru." Anis membungkam mulut dengan kedua telapak tangannya dengan posisi masih memunggungiku.

"Terus? Apa karena kamu masih mencintai Ridwan?" cercaku tak pandang bulu.

"Tidak, Ru. Aku tak lagi menjalin hubungan apa pun dengannya. Aku ...." Kalimatnya tersendat. Agaknya ia sedang menyimpan rahasia besar yang seharusnya aku tahu. Kalau pun bukan, tidak mungkin ia menolakku.

"Jadi, penghalang apalagi yang menjadi pembatas di antara kita?" tanyaku dengan suara yang mulai bergetar. Aku takut dia akan pergi lagi dariku.

Anis semakin menangis tersedu, sementara aku semakin khawatir dengan hal itu. Cepat-cepat kuraih kedua pundaknya agar menghadap padaku.

"Katakan kalau kamu juga mencintaiku!" seruku tak mau tahu. Pandangannya begitu sendu. Mengiris dadaku hingga ke relung kalbu.

Ia mengangguk tegas, tanda setuju. Namun, aku tak puas dengan hal itu.

"Coba katakan padaku, kalau kamu benar-benar mencintaiku!" pintaku dengan wajah lebih sendu.

"Iya, Ru. Aku mencintai kamu."

Lega sudah saluran di dalam rongga dadaku. Bertahun-tahun aku menunggu kalimat itu. Kini sudah terungkap berbalut haru biru.

"Tapi, Ru ... aku tetap saja tidak bisa bersamamu." Anis melanjutkan dialognya, yang kembali menghempaskan harapanku.

"Kenapa?" Senyuman di wajahku pun sirna sudah ditelan kecemasanku.

Ia tertunduk murung seolah tak berdaya akan hal itu.

"Aku sudah bertunangan, Ru."

DEG

Terpopuler

Comments

Ririn Rira

Ririn Rira

Jleb, sakit sekali

2022-05-30

0

Lien machan

Lien machan

nasib lu miris amat bang

2021-11-25

1

Ria Diana Santi

Ria Diana Santi

Ya, salam! 🤦🏻‍♀️🤦🏻‍♀️
Kasihan bat dah kamu, Heru!

2021-07-09

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!