BAB 7

Seolah digerogoti setan kemayoran, aku tak lagi bisa menahan angan. Namun, isakan tangisnya yang terdengar begitu memilukan berhasil memukul telak fungsi otakku yang sebelah kanan.

Fungsi otak kanan yang cenderung bekerja dalam hal pemikiran berdasarkan intuisi dan perasaan, membuatku kembali mempertimbangkan hasutan setan yang berkeliaran mengitari kepalaku tanpa segan.

"Dia mutusin aku, Ru ... hiks ... hiks ...." Anis terisak di balik sambungan.

Dasar lelaki hidung belang!

Bukannya minta maaf dengan dada lapang, Ridwan malah menusuk hati Anis dengan tikaman yang pastinya sakit bukan kepalang.

Beberapa saat kemudian!

Ingin sekali kutonjokkan kepalan terbaikku di wajahnya. Menceramahinya dengan siraman petuah, sehingga ia bisa memahami, 'bukan seperti itu caranya memperlakukan seorang wanita'.

Hampir saja kaki ini melangkah dan mendekati Ridwan yang baru saja tiba di base camp kala itu. Namun, dengan sigap Didi menarik lenganku dan berbisik, "Gak baik ribut masalah perempuan, mendingan kamu balas dengan tindakan yang membanggakan!"

Kalimat Didi seakan menyeretku mundur untuk menang. Kuulas senyuman penuh terima kasih dan bergeser melenggang.

Benar yang dikatakan oleh Didi, aku harus bertindak cerdas. Bukan malah menyerahkan diri dan menanggung malu, kemudian terlindas.

Terlindas oleh aturan yayasan yang mengharamkan keributan antar pelajar. Jadi, memang tidak elok jika masalah ini seenaknya aku diumbar.

Biarlah aku bertindak di belakang layar. Mengobati luka pada hati Anis akibat kekejaman seorang Ridwan, lalu membalutnya dengan kilauan cahaya cinta yang akan selalu berpendar.

...💞💞💞...

Tahun 2012

Tahun dimana masa penantianku seakan menemukan titik berlabuh. Penantian ini seakan tidak memiliki titik jenuh. Bahkan tidak pernah sedikitpun membuatku menjadi pribadi yang sedikit-sedikit mengeluh.

Tak kusangka secepat itu Tuhan menjawab bait-bait do'aku. Yang selalu kusisipkan dalam barisan surat cinta di sela-sela langit yang membiru.

Bahkan tak ada satu orang pun yang tahu, jikalau aku sering menghabiskan malam di bawah ribuan bintang-gemintang yang gemerlapan.

Di bawah naungan tangan Tuhan dengan ribuan keyakinan dan pengakuan, kusandarkan segala harapanku yang terpendam.

Bukan pada manusia!

Apalagi makhluk tak kasat mata!

Aku di sini sungguh bahagia, ketika Anis menghubungiku melalui panggilan suara. Bisa kutangkap aura berbunga-bunga yang tengah menyelimutinya.

Ada apakah gerangan?

"Ru, aku mau bilang sesuatu, tapi malu." Anis dengan mode basa-basinya, memancingku untuk kembali memandu.

Ya, tadi malam kuberanikan diri untuk mengungkapkan seluruh perasaanku. Agaknya Anis tersentak dan hampir membatu. Namun, kuyakinkan pada dirinya bahwa rasa inilah yang selama ini menggerogotiku.

Ia tak langsung menanggapi ungkapanku kala itu, karena ia butuh waktu. Tentu saja, bukanlah masalah besar bagiku.

Jadi, hari ini sepertinya ia sudah siap menjawab dan memberiku harapan baru.

"Mau bilang apa, Kak?" tanyaku semakin ingin tahu.

Sepertinya Anis sedang menutupi wajahnya dengan sepotong kain atau mungkin mengkusuk-kusukkan ekspresi malu itu di bawah gulingnya. Beberapa detik tak bisa kutangkap gelombang bunyi dari seberang sana. Tetapi, setelah melewati keheningan, aku kembali mendengarkan suara khasnya.

"Sepertinya aku sudah mulai suka sama kamu, Ru. Bahkan setelah hari itu, aku mulai merasakan rindu menyerang kalbu."

DEG DEG DEG

Apa aku tidak salah dengar?

Atau mungkin speaker ponselku sedang mengalami masalah?

Untuk meyakinkan diri agar tidak terjadi kesalahpahaman, aku bahkan memohon padanya untuk mengulangi pernyataan.

"Coba ulang lagi, Kak!" pintaku setengah memaksa.

Anis tersenyum geli seakan sedang melihatku yang telah mengubah posisi tubuh dari rebahan menjadi duduk siap.

Siap mendengar ungkapan romantisnya!

"Ah, masa gak denger?" cebiknya seolah tak senang karena aku tak mendengarkannya dengan baik.

"Sumpah, Kak! Di sini anak-anak pada ribut, jadi aku gak denger tadi," tuturku membuat alasan. Tetapi, aku tidak berbohong. Aku memang sedang berada di base camp. Banyak anak-anak yang menghabiskan waktu istirahatnya di sini.

Base camp adalah gedung khusus yang sediakan oleh pihak yayasan, untuk wadah para pelajar yang ingin melibatkan diri dalam organisasi.

Bangunan bersekat yang terdiri dari dua lantai ini biasa dijadikan untuk tempat rapat dan diskusi berjama'ah, jika akan dilaksanakan perayaan atau pun perlombaan.

Baiklah!

Kembali kufokuskan pendengaran pada Anis. Kedua bola mataku saja sudah memerah hampir menangis.

Tangis bahagia pastinya!

"Aku suka sama kamu, Ru." Kali ini ia mengutarakannya dengan suara agak lantang.

Aku memekik kegirangan di dalam hati, yang kuekspresikan dengan gelak tawa seolah telah memenangkan sebuah lotre. Anis terkekeh menanggapi responku yang mungkin membuatnya merasa geli. Namun, aku tak lagi memikirkan image diri.

Dan yang pasti, aku tidak akan pernah melupakan hari ini ...!

Terpopuler

Comments

ÑööKië

ÑööKië

uwooooww......
bersambut nih..
icikiwirrrrr.....
🥳🥳

2022-06-03

0

Ayuwidia (hiatus)

Ayuwidia (hiatus)

Ohok, gayung bersambut. Mbak Anis menyambut cintamu, Bang.

Selamat ya Bang, jangan lupa traktir cilok 😁

2022-05-28

0

QQ

QQ

Selamat ya Heru penantiannya tak sia2 👍👍👍

2021-11-26

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!