BAB 2

Setelah hari itu, aku mulai memberanikan diri untuk menjalin komunikasi. Walaupun hanya via alat telekomunikasi.

Karakter Anis yang gampang akrab itu, berhasil menarikku masuk dan menyelami karakternya lebih jauh lagi. Walaupun hanya sebatas teman. Bagiku, tidak apa! Bukanlah masalah besar. Karena cinta yang sesungguhnya, bukanlah perasaan yang harus diindahkan.

Cinta yang sesungguhnya adalah di kala engkau menempatkan kebahagiaannya di atas segalanya. Memandang senyuman yang terukir di wajahnya saja bagaikan digerogoti ketenteraman hati yang tak terhingga.

Sekian lama menjalin komunikasi dengannya, sesekali kami memutuskan untuk berjumpa. Akhirnya semua itu seakan menjadi hal yang biasa. Namun, tentu saja di luar sepengetahuan cinta pertamanya.

Karena Ridwan merupakan tipe pria yang pencemburu akut. Apalagi berkaitan dengan diriku. Entah apa yang membuatnya jadi begitu. Padahal aku tidak pernah menampakkan sikap berlebihan yang bisa menyulut api cemburu.

...💞💞💞...

Lama-kelamaan, aku juga mulai menjalin hubungan baik dengan keluarga Anis. Ayah dan Ibu Anis sudah kuanggap seperti orang tuaku sendiri. Bahkan mereka tidak segan menganggapku sebagai anak angkat. Dan itu merupakan poin terpenting untuk saat ini. Tak apa tidak memiliki hati anaknya, karena aku sudah menggenggam hati kedua orang tuanya.

Eaaak!

Nah, kali ini aku juga ingin mengupas sedikit kisah antara Anis dan Ridwan.

Anis memang sangat mencintai pria itu. Namun, tidak untuk sebaliknya. Karena Ridwan termasuk tipe pria yang mata keranjang. Perangai terpuji yang dimikilinya, ternyata membutakan Anis sedalam-dalamnya. Padahal aku sangat mengetahui perangai pria itu di luar sana. Tetapi, untuk mengatakannya pada Anis, sungguh aku tak tega.

Anggap saja di sini aku sebagai orang ketiga. Namun, aku tidak pernah berusaha untuk merusak hubungan di antara mereka. Sama sekali tidak pernah terbersit sedikitpun.

Ridwan memang tampak lebih mencolok dalam hal apa pun dibanding diriku. Aku hanyalah anak kecil yang perasaannya akan dilabeli dengan sebutan 'Cinta Monyet' semata.

Maka dari itu aku sadar diri. Biarlah aku mencintai Anis dalam diam. Lagi pula, waktu tidak berputar hanya dalam sehari semalam.

Ada masanya nanti aku berjuang. Dan perasaan ini tidak akan pernah lekang. Apalagi terbuang.

Tidak akan pernah!

...💞💞💞...

Pada suatu malam, Didi mengajakku berkunjung lagi ke rumah Anis. Kebetulan sepupu Anis adalah kekasih hatinya. Dan kediaman mereka kebetulan bersebelahan. Nama gadis itu adalah ... Dini Alfianita.

Didi dan Dini sudah lama menjalin asmara. Bahkan jauh sebelum aku mengetahuinya.

Mereka itu ... ah, ternyata hanya menjadikanku sebagai racun nyamuk saja.

"Aku ke rumah Kak Anis aja ya," tuturku pada Didi, yang diikuti dengan anggukan kepala darinya.

Tentu saja Didi tidak keberatan. Bahkan mungkin memang hal itulah yang dia inginkan.

Dasar Kucing Jantan!

Aku melenggang dengan irama jantung yang berdentam. Pertemuan dengan Anis memang selalu sukses membuat nyaliku nyaris padam.

Bukan berarti aku tidak mempunyai cukup keberanian, tetapi memang organ di dalam dadaku ini sangat susah untuk dikondisikan.

"Paman Didi lagi sama Dini ya, Ru?" tanya Anis padaku yang mungkin hanya untuk memancing percakapan di antara dirinya dan diriku. Karena seperti yang kalian tahu, aku bahkan tak pernah sanggup menatap wajah manisnya itu.

"Iya," jawabku singkat.

Entah setan apa yang menggerogoti jiwaku. Di saat jauh, aku merindukannya. Namun, di saat berdekatan seperti ini bibirku seakan tak mampu berkata-kata.

Jangan ditanya seperti apa kondisi jantungku saat ini. Sudah pasti berdegup kencang hampir tak terkendali.

Beberapa saat kemudian, terdengar suara deru mesin motor bebek, yang sangat aku ketahui pemiliknya. Begitu juga dengan Anis. Dia mulai kelabakan. Karena kekasih hatinya telah datang.

Ridwan!

Dengan tatapan geram memandangku dari kejauhan. Bahkan ia mengurungkan niatnya untuk masuk ke dalam kediaman sang gebetan.

Anis menghampirinya untuk menjelaskan. Aku bisa lihat begitu besar kekhawatiran yang ia rasakan. Tanpa ingin menambahkan kekeruhan, jadi aku tidak ingin campur tangan. Biarlah mereka menyelesaikannya berdua, jika memang terjadi kesalahpahaman.

Sesaat kemudian, kulihat Ridwan kembali memutar kendaraannya, lalu menarik gas dengan lajunya. Aku tahu, dia sedang murka.

Dan sudah jelas, ia sudah salah paham. Mungkin dia berpikir aku sedang menggoda kekasihnya. Padahal, tidak seperti itu kenyataannya.

Terpopuler

Comments

Ayuwidia (hiatus)

Ayuwidia (hiatus)

Aku semakin insinyur membaca tulisan seorang penulis jelata yang ternyata luar biasa. Keren Bang ... 👍👍👍

2022-05-27

0

Ayuwidia (hiatus)

Ayuwidia (hiatus)

Tipe pria setia. 😍👍👍👍

2022-05-27

0

ᰔᩚ 𝙼𝚊𝚖 𝚄𝚖𝚎𝚢𝚜 ♡ᰔᩚ

ᰔᩚ 𝙼𝚊𝚖 𝚄𝚖𝚎𝚢𝚜 ♡ᰔᩚ

❤❤

2022-03-28

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!