tak lama kemudian tabib datang dan meriksaku
" emm... tuan, ini tidak berbahaya kok cuma jerawat cinta" ucap tabib.
"pruff... apa kau bilang jerawat cinta, mana ada jerawat cinta" ucapa ku dengan suara yang tinggi.
"nona anda jangan terbawa emosi dulu, ini ha—" perkataan amoo yang terpotong lagi.
"kau bilang tadi jerawat cinta, apakah jerawat cinta ini menyaksikan cintaku, hinga ia timbul begitu" tanyaku dengan nada suara yang tinggi sanbil mengengam kerah baju lehernya.
"tepat sekali" tabib itu malah santai mengajukan jempol, tanda bagus sekali.
Aku geram melihatnya mengjukan jempol kepadaku emangnya apa yang bagusnya.
"pergi kau" teriakku langsung menendang tabib hingga terjatuh.
"kejam sekali cewek ini, apa bekas tamparan di muka tuan itu, cewek ini yang melakaukanya" guma amoo dalam hati.
"ternyata kalau dia lagi marah, cantik juga" guma candis dalam hati, candis seperti terbius oleh cinta sampai sampai pipinya memerah.
"em... bagaimana menghilangkan jerawat ini ya!, produk penghilang jerawatku tidak disini dan .....
ini membuat aku setresss.." gumaku dalam hati.
candis menyuruh tabib dan amoo untuk pergi, dan menutup pintu.
saat tabib dan amoo selangkah berjalan terdengar lagi suara teriakanku,
aaaaaaa ..... suara teriakanku, dan
plakkk.... Aku menamparan candis dengan keras lagi.
"eh... suara teriakan, dan tamparan itu jangan jangan, ...." amoo terkejut.
"huh... ternyata tuan nakal...." tabib juga ikut terkejut.
tabib dan amoo terkejut gara gara mendengar teriakan ,dan tamparan yang begitu keras.
tadinya mau pergi malah berpaling lagi gara gara suara tadi. akhirnya tabib dan amoo menguping lagi.
tiba tiba
kreitt.. Pintu dibuka.
tabib dan amoo terkejut dan candis pun terkejut melihat tabib dan amoo menguping.
"matilah kita, apa kita bisa menghirup udara segar lagi besok" bisik tabib Kepada amood.
"maaf tuan , kami tadi mendengar suara teriakan" ucap amoo kebingungan.
candis tidak merespon hanya menatap dengan tajam.
"saya akan pergi tuan" ucap tabib ,pergi meningalkan tempat itu dengan cepat.
"eh... kok kelihatanya suram ya, dan lagi itu bekas tamparan lagi, sadis sekali cewe itu" guma amoo dalam hati.
"em... tuan tidak apa apa?" amoo kelihatan khawatir.
sedangkan yang dipenjara,
"em... aku tidak boleh melupakan misiku kesini"
guma wanis dalam hati.
"aku harus membawa dia pulang, bagaimana pun caranya," ucap wanis mengingat misinya itu.
"kau manfaat kan cinta dan kepercayaanya untuk membawamu hinga nik tahta" hasut ratu kepada wanis.
"tapi aku tidak menyukai dia, aku telah suka kepada orang lain" wanis menolak hasutab itu.
"aku tidak menyuruh mu untuk menyukai dia, tapi untuk memanfaatkan dia" ratu masih tetap menghasut.
mengingat kembali.
sedangkan ditempat lain.
"emm... sakit sekali kenapa dia melakukan itu," ucapku kesalitan sambil mengelus elus pipiku.
Aku mengingat kembali kejadian itu
"dia mau apa lagi" guma dalam hati ketakutan.
candis memegang mukaku, dan jempolnya tepat dijerawat ku, lalu dia memecetnya...
aaaa... teriak ku kesakitan sampai air mataku pun ikut keluar,
****
coba kaliam bayangkan jika dimuka kalian tumbuh jerawat, lagi sakit sakitnya itu, terus ada orang memecet jerawat kalian dengan keras, apa yang akan kalian lakukan? pastikan marah, ya begitu juga aku.
****
aku tampa pikir panjang lagi langsung menampar candis dengan keras hingga terjatuh.
dan anehnya saat aku memengan kembali jerawatnya hilang.
Sampai sekarang aku masih memikirkan kejadian itu.
sedangkan keadaan candis yang ditampar.
"em... kau membuat ku semakin tertarik saja dengan mu" guma candis mengelus elus bekas tamparan.
KEESOKAN PAGINYA
seperti biasanya aku berjalan jalan di istana,
dan saat itu aku menemukan sebuah...
"heh... bukan kah ini permadani terbang, tapi kenapa ada disini ya," ucapku melihat kanan kiri.
"wah aku penasaran sekali, bagaiman rasanya naik permadani ya!" aku mengangkat kaki untuk naik permadani.
"ehem... kau mau apa?"
suara yang tiba tiba muncul dari belakangku.
"kok... tak asing ya dengan suara ini" gumaku mengoleh kebelakang.
"kau mau naik permadani?" tanya candis.
aku hanya menganguk anguk.
"apa kau tahu cara mengemudinya"
aku menggeleng geleng kepalaku.
candis berdiri diatas permadani dan mengulukan tangannya seperti mengajak ku untuk naik juga,
saat permadani mulai terbang awalnya aku terkejut, ketakutan, dampai mataku tak mau dibuka dan memeluk tangan candis dengan erat.
"bukalah matamu, nanti kau melewatkan pemandangannya" ucap candis.
"tidak mau tinggi sekali nanti aku jatuh, aku mau turun" rengeku.
"kau tidak akan jatuh, percayalah" candis mencoba membuatku percaya kepadanya.
"bagaimana mungkin" aku tidak percaya.
"kau memeluk tangan ku begitu erat, mana mungkin akan jatuh, percaya lah" candis mencoba membuatku percaya lagi.
akupun memberanikan diri untuk membuka mataku.
"ehh... wawww.... indah nya pemandanganya" aku sekerika takjub melihat pemandangan kanan kiri.
aku memberanikan diri untuk melepaskan tanganku dari tangan candis, dan tiba tiba permadani ini menjadi mengila dan
aaaaaaa...... aku pun terjatuh,
permadani itu pergi dengan cepat meningalkan ku, tapi
aku melihat candis melompat dari petmadani itu dan menangkapku, dia mengendongku dan
srasss.... tiba tiba sayapnya muncul denga indahnya, dengan keadaan yang lemas aku malah nangis dipelukannya aku pikir aku akan mati terjatuh.
"hiks... hiks. .. terima kasih, hiks... hiks... "
"janganlah menangis terus" pujuk candis memeluku dengan erat.
"candis– terima kasih." ucapku terputus putus.
"iya! " jawab candis.
aku merasa kalau candis ini seperti ayahku, yang selalu melindungiku dalam keadaan bahaya apapun.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments