CH 17

Zora masih setia dengan meditasinya.

Sudah satu minggu Zora dan Xiao Dai berada di Ruang Dimensi.

Zora langsung berkultuvasi setelah membawa Xiao Dai berkeliling Mansionnya.

Xiao Dai tinggal dan tidur di Mansion yang sama dengan Zora, hanya saja Ruangan mereka terpisah.

Zora juga memisahkan banyak pil khusus untuk Xiao Dai, berjaga-jaga saja. Siapa tau, Xiao Dai doyan sama Pil.

Kultuvasi binatang buas seperti Xiao Dai sendiri sangat santai, cukup tidur dan menyerap Aura Qi nya.

Dengan Aura Qi yang padatnya 10 kali lipat, Xiao Dai mungkin akan mudah meningkatkan kultuvasinya, apa lagi ditambah dengan asupan pil.

Seminggu berkultuvasi, tidak ada yang meningkat sedikitpun dari Zora.

Dia merasa seperti ada sesuatu yang aneh.

Bisa dikatakan kalau Zora sangatlah tidak sabar.

Tentu saja, sudah satu minggu dan dia belum merasakan apapun? Bukankah itu aneh, ingat Aura Qi di Ruang Dimensi itu 10 kali lipat, bahkan untuk seseorang yang melakukan kultuvasi dalam sehari saja pasti sudah naik tingkat, walaupun hanya satu tahapan saja.

Karna merasa ada sesuatu yang aneh, Zora memutuskan untuk masuk kedalam Ruang Jiwanya.

"Huh...?!"

Zora sedikit terkejut juga keheranan, dia tidak menyangka Lautan Qi miliknya sangat luas, dan sudah terisi penuh padahal kalau dilihat-lihat luas Lautan Qi nya seluas samudra.

Dilain itu dia juga sedikit keheranan pasalnya ada lima bola berbeda warna dengan ukuran sebesar bola basket tengah melayang di atas lautan Qi nya.

Ada juga sebuah bola putih seukuran bola pingpong berada tepat diatas Lautan Qi, 'hm.. sepertinya itu yang disebut akar spiritual/dentian'

Bola-bola tersebut juga dikelilingi oleh beberapa rantai yang mengikat kuat.

Tidak sampai disitu saja, bola-bola itu juga terlihat menyerap Aliran Qi dengan rakusnya.

Oh.. sepertinya Zora mengerti sekarang, alasan kenapa dia belum juga menembus Tahapan Fananya.

Dia bingung dengan apa yang dia alami sekarang.

Dia tidak tau apa yang harus dia lakukan.

"Ayolah Zora...ayolah.. kau adalah jenius nomor satu, pengusaha nomor satu bagaimana bisa dengan hal seperti ini otak mu menjadi buntu". Gumam Zora frustasi.

"Huh.. sangat mudah membaca tetapi sangat sulit mempraktekannya". Gumam Zora kembali.

Kasusnya yang seperti ini tidak pernah dia temukan di semua buku-buku pelatihan mengenai kultuvasi yang sudah dia baca, tentu saja dia menjadi linglung.

Baiklah, kini dia kembali kekesadarannya.

Masih dengan posisi yang sama, dia terus memutar otaknya untuk berpikir, oh.. sepertinya ide gila dan tak pernah ada di teori muncul dikepalanya, yah walaupun dia tau kalau itu tidak berpengaruh sama sekali.

Tapi dia adalah seorang Zora, segala yang dipikirkannya akan dilakukannya.

Prinsipnya adalah, 'kalau tidak dicoba, tidak akan pernah tau'.

Dia mencoba menahan Aliran Qi yang masuk langsung ke dentiannya untuk memenuhi Lautan Qi.

Aliran Qi yang dia tahan itu, dia sebarkan keseluruh Meridiannya.

Peluh keringat memenuhi wajahnya, pakaian yang dia kenakan sudah sebagian basah.

Menahan Aliran Qi masuk ke Dentian kemudian menyebarkannya keseluruh Meridiannya, merupakan ide tergila yang pernah ada.

Semua Kultuvator tau, bahwa teori gila yang dipraktekan oleh Zora adalah salah.

Aliran Qi akan masuk kedentian memenuhi Lautan Qi kemudian baru bisa disebarkan menuju Meridian, itu adalah cara yang benar.

Tapi kasus yang dialami Zora ini benar-benar mengharuskannya untuk mencobanya, karna sudah satu minggu ini dia berusaha menyebarkan Aliran Qi dari Dentian menuju Meridian-Meridiannya tetapi tetap saja, tidak bisa.

Setiap kali dia mencoba menyebarkannya, seperti ada magnet yang mengaharuskan Aliran Qi yang dibawanya dengan susah payah, tertarik dan dibawa oleh sesuatu yang lain.

Sungguh menyebalkan bukan...

Oleh karna itu, ide gilanya dia gunakan.

Lima jam sudah berlalu, Zora masih berusaha keras dengan membobol semua Meridiannya.. hingga,

Boom.. Ledakan kecil terjadi,

Kondensasi Qi tahap 1

Kondensasi Qi tahap 2

Kondensasi Qi tahap 3

Kondensasi Qi tahap 4

Kondensasi Qi tahap 5

Ranah Awal tahap 1

Ranah Awal tahap 2

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Pengembangan Roh tahap 3.

Zora tercengang dengan kemajuan yang terjadi padanya.

Ho.. jangan salah, dia tercengang hanya karna teori gilanya berhasil.

Tentu saja dia tidak puas dengan hasilnya, namun itu sudah lebih dari cukup.

Dia membuka matanya pelan, menghembuskan napasnya kasar kemudian memilih untuk melanjutkan kultuvasinya nanti.

Kini dia tengah berendam dengan mata tertutupnya.

Menikmati kedaiman dan ketenangan yang dia rasakan saat ini.

"Salam Yang Mulia". Ucap sosok yang entah dari mana.

Masih dengan mata tertutupnya, dia menyatukan kedua alisnya, suara sosok itu terdengar seperti gadis yang berusia 15 tahun.

Zora masih tidak bergeming sama sekali, matanya masih setia tertutup, dia hanya mencoba berpikir lebih realistis.

Hanya dia dan Xiao Dai yang ada di Ruang Dimensi ini, adapun Xiao Dai, pasti dia sedang berkultuvasi kamarnya.

Sosok itu tidak lagi bersuara, dia tidak ingin mengganggu waktu santai gadis dihadapannya itu, hinga dia hanya berdiri dengan tegas dan penuh hormat di pinggiran kolam.

...

Zora membuka matanya pelan, kilatan tegas dan dingin terpancar dari matanya.

Berjalan keluar dari kolam dengan santainya dan dengan cepat mengeringkan pakaiannya.

"Huh...?!"

Herannya, ketika melihat sosok gadis dihadapannya yang dengan tegas dan sopan menunduk hormat padanya, "Yang Mulia". Ucap Gadis itu.

Um.. oke,, dimana ini.. dan siapa saya? Zora linglung.

"Maaf saya tidak mengenalmu". Jawab Zora.

Itu adalah kenyataan, Zora memang tidak mengenalnya.

Kenapa Zora tidak melakukan tindakan apapun seperti memukulnya, menyekapnya atau mengikatnya? jelas karna dia tau Gadis dihadapannya itu sama sekali tidak membahayakannya, yah.. dapat dilihat dari sikapnya.

"Bagaimana kau bisa memasuki Ruang Dimensi ku?". Tanya Zora dengan tatapan menyelidik tetapi masih terlihat tegas dan dingin.

Dia juga menilai penampilan dari gadis dihadapannya itu. Netra biru kelamnya sangat serasi dengan rambut hitam legamnya, bibir semerah cerry dengan bentuk pas-pas, hidung kecil serta mancung, bulu mata lentik dan alisnya yang lumayan tebal serta kulit putih nan halus. 'Sempurna'

Yah.. walapun masih cantikan Zora.

Tapi Zora sendiri tidak pernah peduli dengan hal-hal semacam itu.

"Saya adalah bawahan Yang Mulia, saya juga yang bertugas menjaga tempat ini". Jelas Gadis itu dengan tenang.

"Lalu kenapa saya tidak bertemu dengan kamu disaat pertama kali saya masuk?" Tanyanya kembali.

"Maaf Yang Mulia, itu karna em.. ke-kekuatan Yang Mulia belum cukup untuk dapat melihatku". Jawab kembali Gadis itu dengan sedikit takut. Dia takut jika kalimatnya menyinggung gadis dihadapannya itu.

"Jadi, apakah sekarang saya memiliki kualifikasi untuk itu?"

Dengan cepat gadis itu menjawab, "iya Yang Mulia".

"Siapa namamu?".

"Qing Yu, Yang Mulia".

Zora mengangguk mengerti.

"Baiklah Qing Qing.. saya akan pergi untuk melihat Xiao Dai, ikutlah dengan ku". Ucap Zora lalu berjalan melewati Qing Yu.

Qing Yu berjalan mengekori Zora dengan kepala menunduk.

Ini bukan soal umur, ini soal kekuasaan.

Dan Gadis didepannya merupakan orang yang dia junjung tinggi.. junjungannya, Yang Mulianya, dan Ratunya.

Terpopuler

Comments

Septi Verawati

Septi Verawati

💪💪💪👍👍😎🥰

2022-08-10

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!