CH 08

Matahari semakin tinggi, Zora dan Hongling telah berhasil keluar dari Hutan Kabut tersebut, saat diperjalanan keluar dari hutan itu, Zora dapat melihat banyak sekali binatang-binatang buas yang sudah mulai berkeliaran tetapi binatang-binatang tersebut tidak mengganggu atau menghadang perjalanan mereka, mungkin karna Aura yang dikeluarkan oleh Hongling, Yah.. Hongling telah menyerap pil yang diberikan Zora semalaman dan hal itu membuat tubuhnya kembali pulih walaupun itu belum sepenuhnya.

Mereka berdua mendatangi Desa Lang yang kebetulan letaknya tidak jauh dari Hutan Kabut, meskipun Desa ini terletak jauh dari Kerajaan Běi namun dapat terlihat kehidupan rakyat yang berkecukupan, benar kata Hongling, Kaisar Běi sangat luar biasa.

"Permisi paman, apakah paman tahu dimana letak bangunan-bangunan yang menjual berbagai pil atau tanaman-tanaman herbal?" Tanya Zora pada seorang pedagang.

"Ah tentu saja,, bangunan yang nona maksud itu disebut sebagai Rumah Bulan Merah yang merupakan cabang dari Rumah Pelelangan Pusat Kerajaan Běi, nona cukup berjalan lurus ke tengah Desa, sampai disana nona cukup mencari bangunan yang cukup besar dan mewah". Ucap Pedagang itu menjelaskan.

"Terima kasih paman". Ucap Zora dan diangguki oleh Pedagang itu.

...

Setelah cukup lama berjalan Zora akhirnya menemukan bangunan yang dimaksud itu, Dia dapat melihat kemewahan yang cukup luar biasa bagi sebuah Rumah yang hanya sebagai cabang saja, itu baru cabangnya saja, bagaimana dengan Bangunan Pusatnya, Zora juga dapat melihat sebuah Plank yang cukup besar menggantung bertuliskan Rumah Bulan Merah, tulisannya sangat rapi dan cantik, Ah.. Zora sangat mengagumi Kaligrafi yang indah ini.

"Permisi nona, apa ada yang bisa saya bantu?" Ucap pengawal membuat lamunan Zora buyar.

"Ah.. iya, saya ingin menjual beberapa pil yang saya miliki, apakah saya memiliki kualifikasi untuk itu?" Tanya Zora dengan hati-hati, mengingat pakaian yang dipakainya sudah sangat lusuh, Dia ingat novel yang pernah dibacanya dimana Para Pengawal atau Pelayan yang selalu mengusir orang yang tidak sesuai kriteria (orang miskin).

"Tentu, silakan nona". Ucap Pengawal itu ramah.

Tentu saja Zora sangat senang dengan perlakuan yang baik seperti ini.

Dengan langka pasti, Zora memasuki Bangunan itu dengan Hongling yang sedari tadi hanya diam melingkari pergelangan tangannya, Yup.. Hongling telah mengubah dirinya menjadi sebuah gelang naga berwarna perak saat memasuki Desa Lang.

"Permisi nona, ada yang bisa saya bantu". Ucap seorang Pelayan wanita dengan ramah.

"Saya ingin menjual beberapa pil saya, apakah boleh". Tanya Zora.

Dengan senyum yang terus terpatri dibibir Pelayan itu, "Tentu saja boleh, mari ikut saya nona". Ucap Pelayan itu sambil mengarahkannya ke sebuah ruangan.

"Silakan duduk nona, saya permisi untuk memanggil manajer saya, sebab untuk hal-hal seperti ini, manajer kami yang sendiri yang akan melayani, jadi mohon untuk nona menunggu sebentar". Ucap pelayan itu menjelaskan dengan ramah.

"Baiklah". Jawab Zora sambil tersenyum tipis.

Zora sangat senang dengan pelayanan yang mereka suguhkan, sungguh pengajaran yang sangat baik.

...

Lama menunggu akhirnya yang ditunggupun tiba, terlihat seorang Pria tinggi, dengan kulit berwana coklat, dapat terlihat beberapa kerutan menghiasi wajahnya,  "Maafkan saya Nona karna telah membuat nona lama menunggu". Ucap sang Manajer dengan raut wajah bersalahnya, lalu segera duduk dihadapan Zora.

"Tidak apa-apa tuan, justru saya yang seharusnya meminta maaf kepada tuan karna saya datang di waktu yang tidak tepat hingga telah mengganggu pekerjaan tuan". Ucap Zora tulus.

"Ha ha". Tawa Pria dihadapannya itu, "Sangat baik-sangat baik.." pujinya, "Nona bisa memanggil saya paman Lin.." ucapnya lagi memperkenalkan dirinya, "Apa yang nona..."

Mengerti dengan maksud dari perkataan itu Zora dengan segera berkata, "Zhou.. Zhou Rong An, Paman bisa memanggilku apa saja". Ucapnya sambil tersenyum tulus.

Tetapi tidak dengan Paman Lin yang wajahnya tiba-tiba menjadi pucat saat mendengar nama itu, entah apa yang terjadi padanya.

"Paman Lin, apakah Paman baik-baik saja". Tanya Zora yang sadar akan perubahan wajah pria dihadapannya itu.

"A-ah iya, Saya baik-baik saja, apakah nama kamu benar-benar Z-Zhou Rong An". Tanya nya lagi dengan terbata-bata memastikan.

Pelayan yang sedari tadi berdiri tidak jauh dari mereka merasa keheranan melihat Manajernya yang terlihat pucat dan sedikit rasa takut.

"Iya benar Paman, apa ada yang salah dengan nama saya Paman?" Tanya Zora kebingungan.

"T-tidak,, tidak apa-apa Nona Z-zhou". Ucapnya lagi dengan terbata-bata.

"Baiklah Paman kalau memang seperti itu.." Ucap Zora sambil mengeluarkan 2 persolen giok yang ukuran kecil sambil meletakannya diatas meja, "Paman ini ada 3 buah pil yang ingin saya jual, persolen yang berwarna merah itu berisi Pil Regenerasi sedangkan untuk yang berwarna biru sendiri berisi Pil Penyembuhan untuk Luka Dalam, dan untuk keberhasilan masing-masingnya 80%". Lanjut Zora menjelaskan.

Paman Lin terkejut saat mendengar ucapan Zora tidak hanya Paman Lin, Pelayan perempuan yang sedari tadi berdiri mengawasi mereka juga ikutan terkejut.

Dengan pelan Manajer Lin mengangkat persolen yang berisikan Pil tersebut, dengan sangat hati-hati dia membuka penutupnya lalu mengeluarkan Pil itu untuk dinilainya, tubuhnya bergetar saat melihat pil yang ada ditangannya itu, peluh keringat mulai membasahi punggungnya.

"I-ini benar-benar Pil Regenerasi". Ucap Paman Lin masih dengan tubuhnya yang gemetar hebat.

Zora hanya diam memperhatikan tindakan dari pria dihadapannya itu.

"Pelayan, segera panggilkan Tetua kemari". Titahnya.

"Baik tuan". Jawab pelayan itu lalu berlari keluar.

...

Tok..tok..tok..

Bunyi ketukan pintu terdengar, "masuklah" Ucap pria dari dalam ruangan tersebut.

"Tuan Tetua, maafkan saya karna mengganggu waktu Tuan". Ucap pelayan itu dengan kepala menunduk penuh hormat.

"Tidak masalah, katakan apa yang membuatmu datang kesini". Tanya pria dihadapannya itu.

"Begini Tuan, ada seorang pengunjung yang ingin menjual beberapa pil dan salah satu pil yang dijualnya itu merupakan Pil Regenerasi Tuan". Jawab Pelayan itu menjelaskan maksud dari kedatangannya.

Ucapan pelayan didepannya itu membuatnya tersentak kaget, "APA.. bagaimana itu mungkin, pil itu sudah hilang bersamaan dengan tragedi 5000 tahun yang lalu, apa kau benar-benar yakin dengan hal itu?" Tanya pria itu memastikan.

Pelayan itu hanya mengangguk, "Tuan Lin telah memastikannya Tuan, hal itulah yang membuat Tuan Lin memerintahkan saya untuk memanggil Tuan Tetua".

"Baiklah, ayo segera pergi jangan membuat pengunjung itu menunggu lama". Ucap Pria itu melangkahkan kakinya keluar dari rungan itu dan diekori oleh pelayan yang terus menunduk.

...

Pintu didorong terbuka.

Terlihat pria paruh baya dengan janggut panjang dan rambut putih yang dikonde memasuki ruangan tersebut.

Melihat siapa yang masuk itu, manejer Lin pun segera bangkit, "Tuan Tetua". Ucap Manejer Lin menunduk hormat.

Zora yang melihat itu juga segera berdiri dan memberi hormat, walaupun dia tidak tahu siapa Tuan Tetua dihadapannya ini tetapi melihat bagaimana Manejer Lin begitu hormat padanya tentu saja sudah bisa dipastikan kalau kedudukan Tuan Tetua itu tinggi selain itu, Tuan Tetua itu juga sudah sangat tua, tidak masalah bukan menghormati yang lebih tua dari kita, ah.. bukankah memang seharusnya seperti itu?

"Silahkan duduk Tuan Tetua". Ucap Manajer Lin.

Kini tempat duduk yang seharusnya diduduki oleh Manejer Lin ditempati oleh pria yang disebut dengan Tuan Tetua itu sedangkan untuk Manejer Lin sendiri telah berdiri disebelah kanan Tuan Tetua.

"Saya dengar dari pelayan bahwa ada pengunjung yang ingin menjual beberapa pil, apakah pengunjung itu adalah nona ini?" Tanyanya memastikan.

"Benar, itu saya". Jawab Zora ramah.

Tuan Tetua sedikit terkejut mendengar ucapan gadis kecil dihadapannya itu. Gadis sekecil ini bahkan usianya belum sampai 10 tahun bagaimana bisa.

"Baiklah nona, perkenalkan nama saya Song Ji, salah satu Tetua di Rumah Bulan Merah ini, nona bisa memanggil saya Tuan Tetua atau Tetua Song terserah pada nona bagaimana baiknya". Ucap Tuan Tetua memperkenalkan dirinya.

"Baiklah.. Tetua Song bisa memanggil saya Nona Zhou sama seperti yang gunakan oleh Paman Lin". Ucap Zora.

Tetua Song kembali terkejut dengan apa yang dikatakan oleh Zora, Dia lalu mengalihkan atensinya pada Manejer Lin yang berdiri disebelahnya itu, tahu apa arti dari tatapan itu Manejer Lin dengan segera mengangguk kepalanya kuat, entah kenapa itu membuat Zora merasa heran.

"Ada apa Tetua Song". Tanya Zora memastikan

"Ah.. tidak apa-apa Nona Z-zhou". Ucap Tetua Song gugup.

Mendengar itu membuat Zora semakin merasa aneh.

"Tetua Song, apa ada yang aneh dengan nama saya? Saat saya memperkenalkan diri dengan Manajer Lin sikapnya juga tiba-tiba berubah seperti itu, sebenarnya ada apa?" Tanya Zora

"Apakah Nona tinggal bersama orang tua nona?" Tanya Tetua Song, bukannya menjawab pertanyaan Zora dia malah bertanya balik.

"Tidak, saya tidak tau siapa orang tua saya sedari saya bayi hingga sekarang, apa ada masalah". Jawab Zora.

"Tidak apa-apa nona, sepertinya memang nona tidak tahu apa-apa". Ucap Tetua Song.

"Maksud Tetua?" Tanya Zora

"Nanti juga nona akan tahu sendiri, tetapi saya berharap agar nona tidak menggunakan marga Zhou saat berkenalan dengan orang lain, takutnya nona akan terkena masalah". Ucap Tetua Song memberikan saran.

"Baiklah Tetua Song, kalau begitu Tetua Song dan Manejer Lin dapat memanggil saya Zora saja". Ucap Zora membuat Tetua Song mengangkat salah satu alisnya keheranan.

"Seperti yang Tetua Song katakan tadi, jika memang hanya dengan marga saya dapat membuat masalah bagi saya, maka Tetua Song dan Manejer Lin cukup panggil saya Zora dan saya juga berharap Tetua Song tidak mengungkapkan atau membocorkan identitas saya". Ucap Zora kembali.

Zora mengerti arti dari apa yang diucapkan oleh Tetua Song, sehingga dia tidak lagi bertanya sebab dia yakin kalau dia tidak akan mendapatkan jawaban apa-apa dari Tetua Song.

'Sebaiknya kutanyakan saja pada Hongling setelah selesai dari sini'. Batinnya

"Baiklah Nona Zora, kalau begitu bolehkah saya menilai pil nya". Ucap Tetua Song.

"Tentu Tetua". Ucal Zora sambil tersenyum.

Dengan tindakkan yang sama seperti Manejer Lin, Tetua Song mengerluarkan pil tersebut.

Dan Kali ini wajah Tetua Song benar-benar pucat pasi, entah itu mengekspresikan rasa bahagianya atau ketakutan, peluh keringat juga sudah mulai membasahi wajahnya, tubuhnya bergetar bahkan lebih kuat dari Manejer Lin.

"Anda baik-baik saja Tetua Song?" Tanya Zora yang khawatir melihat Tetua Song yang gemetar hebat dengan wajah pucatnya.

"A-apakah yang saya lihat ini benar-benar Pil Regenerasi, Pil Regenerasi kelas 7? Saya tidak sedang bermimpi bukan?" Tanya Tetua Song memastikan.

Manejer Lin dan Pelayan itu sekali lagi terkejut, awalnya mereka mengira kalau Zora hanya mengada-ngada saat mengatakan keberhasilan Pil mencapai 80%, tetapi saat mendengarnya langsung dari mulut Tuan Tetua membuat mereka menatap Zora rumit.

"B-benar Tetua, apakah pil itu juga merupakan sebuah masalah untukku". Jawab Zora menanggapi perkataan Tetua Song dengan Terbata-bata sekaligus kebingungan.

"Ha.. ha". Tawa Tetua Song memenuhi ruangan itu, hal itu membuat Zora semakin kebingungan, "Tuhan Memberkati, akhirnya.. akhirnya pil ini kembali muncul setelah 5000 tahun menghilang, ha..ha". Rancau Tetua Song.

"Apakah pil nya hanya satu saja nona Zora". Tanya Tetua Song dengan senyum yang mengembang.

"Iya Tetua, untuk Pil Regenerasinya hanya tersisa satu saja, sebab dua lainya telah saya gunakan untuk mengobati diri saya". Jawab Zora jujur.

Tetua, Manajer dan pelayan itu terkejut mendengat ucapan Zora.

Namun, segera tawa kembali tetdengar dari mulut Tetua Song, "Ha..ha.. tidak masalah-tidak masalah". Ucap Tetua Song sambil mengibas-ibaskan tangannya, "Ah bagaimana dengan pil yang ada dipersolen giok yang satunya, nona Zora". Tanyanya kembali.

"Tetua Song bisa melihat dan menilainya sendiri". Jawab Zora sambil tersenyum.

"Ah.. baiklah nona Zora". Jawabnya sambil membuka penutup persolen giok tersebut dan mengeluarkannya.

Tetua Song kembali terkejut, "I-ini adalah Pil Penyembuh Luka Dalam Kelas 7, sama dengan Pil Regenerasi, hari ini adalah hari yang sangat luar biasa". Ucap Tetua Song dengan penuh semangat.

"Apakah nona benar-benar akan menjual pil-pil ini pada kami?" Tanya Tetua Song

"Ia Tetua, saya sedang memerlukan uang untuk saat ini". Jawab Zora

"U-uang? Apa itu?" Tanya Tetua Song kebingungan.

Mendapati pertanyaan itu, Zora terkejut dan sadar bahwa dia tidak sedang berada didunia modern.

"Ah, itu maksudku adalah Koin, iya.. koin". Ucap Zora khawatir.

"Oh begitu". Ucap Tetua Song sambil mengangguk-anggukan kepalanya begitu juga Manejer Lin dan Pelayan itu.

"Jadi, kira-kira berapa koin yang saya dapatkan Tetua Song". Tanya Zora kembali.

"Um, begini Nona Zora, bukannya Rumah Bulan Merah kami tidak sanggup membayarnya, tetapi kami benar-benar hanya memiliki sedikit koin untuk biaya Pil ini nona, sebab ini hanyalah cabang dari Rumah Pelelangan Pusat". Ucap Tetua Song menjelaskan dengan hati-hati.

Zora hanya tersenyum tentu saja dia mengerti masalah seperti ini, jangan lupa dia merupakan mantan pengusaha yang sangat terkenal.

"Tidak masalah Tetua Song, lagi pula pil-pil itu juga tidak akan berguna jika berada ditangan saya". Ucapnya ramah.

"Terima kasih nona, karna sudah mengerti dengan keadaan kami, ini..ini adalah cincin ruang nona, didalam cincin itu terdapat 200jt koin emas untuk biaya pil-pil nona ini. Maaf nona, sebab tidak sesuai dengan biaya pil yang seharusnya". Ucap Tetua Song merasa bersalah.

Manejer Lin dan Pelayan yang mendengar biaya untuk setiap pil Zora sangat terkejut, tetapi mereka sangat paham sebab Pil Regenerasi adalah pil yang tidak pernah ada setelah peristiwa yang terjadi 5000 tahun lalu, selain itu setiap Pil-Pilnya juga merupakan pil kelas 7 yang keberadaannya sama sekali tidak ada di seluruh benua.

Uhukk... uhukk...

Zora terbatuk saat mendengar total biaya untuk 3 pilnya, dia pikir mereka akan membayarnya dengan ratusan atau puluhan ribu, apa ini, ratusan juta? itu merupakan nominal yang sangat banyak, "Tetua bukankah ini terlalu berlebihan?" Ucap Zora.

"Tidak nona, justru harga tersebut masih terbilang kurang". Ucap Tetua sambil menggelengkan kepalanya

"Tidak Tetua ini terlalu berlebihan, saya yakin kalau jumlah ini merupakan penghasilan tetap bagi Rumah Bulan Merah setiap tahunnya, dan saya juga yakin bahwa Rumah Bulan Merah belum memasukan biaya kepada Rumah Pelelangan yang ada di pusat, kalau Tetua memberikan semuanya pada saya, Tetua akan dapat masalah". Ucap Zora menolak.

Tentu saja hal yang dikatakan oleh Zora adalah benar adanya, walaupun dia hanya asal bicara saja.

"Tidak apa-apa nona, saya yakin pemimpin pusat tidak akan mempermasalahkannya".

"Jangan seperti itu Tetua, cukup bayar setengahnya saja, lagi pula pil-pil itu masih bisa saya buat kembali, anggap saja ini sebagai hadiah perkenalan kita". Ucap Zora tetap kekeuh pada keinginannya.

Melihat Zora yang tetap kekeuh pada keinginannya membuat Tetua Song pun mengalah, "Baiklah kalau memang itu kemauan nona.." Ucapnya mengambil cincinnya kembali, "Manejer Lin, tolong pisahkan setengah biayanya". Ucap Tetua Song kembali sambil menyerahkan Cincin Ruang tersebut pada Manejer Lin.

Setelah Manejer Lin keluar dari ruangan tersebut, Tetua Song kembali mengeluarkan token seukuran telapak tangan berwarna emas berukirkan bulan sabit dengan dikelilingi ukiran naga, "Ambilah token ini nona, ini adalah token khusus untuk tamu yang sangat penting. Dengan token ini nona dapat memasuki cabang Rumah Pelelangan Pusat dengan bebas. Tidak hanya itu, Rumah Pelelangan Pusat sendiri juga akan menyambut nona dengan baik". Ucap Tetua Song menyodorkan Token tersebut pada Zora sekaligus menjelaskannya.

Melihat itu Zora tersenyum puas, Rumah Bulan Merah memang yang terbaik dalam pelayanannya, membuat Zora penasaran bagaimana dengan Pelayanan pada Rumah Pelelangan Pusat, Ah.. rasanya dia ingin pergi kesana untuk melihat-lihat.

Beberapa menit kemudian, Manejer Lin kembali ke ruangan itu sambil membawa 2 Cincin Ruang dengan masing-masing memiliki nominal yang sama, "Ini nona Zora". Ucapnya sambil menyodorkan salah satu Cincin Ruang tersebut.

"Terima Kasih Paman Lin, Tetua Song, dan kakak pelayan, karna urusan saya telah selesai saya pamit pulang". Ucap Zora berterima kasih sambil berpamitan.

Terpopuler

Comments

Septi Verawati

Septi Verawati

kaya2 🤑🤑🤑🤑

2022-08-10

1

anca

anca

semangat thirr,,,
btw apa tdk ada ingatan utk zora dr pemilik tubuh sblmnya ttg siapa dia

2022-04-15

1

Yun Weinuan❤❤

Yun Weinuan❤❤

lanjut

2022-03-25

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!