Lili terus menyikut lengan Dokter Yudha yang duduk di sampingnya, rasanya sudah tak tahan lagi. Ia pengen ke toilet, kebelet pipis.
"Kenapa sih?" Yudha menoleh ketika Lili terus-terusan menyenggol lengannya.
"Mas... aku kebelet pipis!" bisiknya sambil memasang muka memelas.
"Astaga, sana pipis kalau gitu! Toilet kayaknya di Deket pintu masuk ballroom!" Yudha menepuk jidatnya, sungguh gadis satu ini selalu sukses bikin dia gemas.
Lili kemudian bangkit, ia menundukkan badan dan minta izin beberapa sejawatnya yang sedang sibuk dengan pemaparan materi. Inilah yang bikin dia malas ikut segala macam seminar, simposium, dan lain sebaginya. Ketika ia kebelet dan pergi ke toilet, maka semua mata akan tertuju padanya, macam Miss Universe saja! Padahal cuma berdiri, mau ke toilet, apa salahnya?
Ia segera menyelesaikan keperluannya ketika berhasil keluar dari ballroom salah satu hotel di Tawangmangu itu. Sungguh hawa sejuk di sini sangat nyaman dan memanjakan Lili. Ingin rasanya ia hidup di daerah seperti ini, tapi ketika ingat tak ada bioskop dan mall di sini, ia harus berpikir seribu kali untuk berdomisili di puncaknya Kabupaten Karanganyar ini.
Lili melangkah keluar dari kamar mandi, matanya dimanjakan hamparan tanaman sayur yang di tanam di halaman rumah warga di sekitar hotel. Sungguh beruntungnya warga yang tinggal di sini. Tanahnya begitu kaya, air melimpah, udara bersih, dan indahnya pemandangan sungguh sangat memanjakan.
Lili masih memandang sekeliling ketika kemudian sebuah suara mengejutkan dirinya.
"Lho, Dokter kok malah di sini?"
Lili menoleh, ada seorang pegawai hotel yang tengah mengepel lantai. "Rehat sebentar, Pak. Saya agak ngantuk dan bosan di dalam!" jawab Lili ramah.
"Jangan panggil 'Pak' dong, Dok! Kesannya tua banget, saya baru tiga puluh tujuh! hehehe!" ujarnya yang masih sibuk mengepel. "Dokter semuda ini sudah spesialis?"
"Ah bukan! Saya masih dokter Koas, Mas!" Lili terkesiap, jadi dokter betulan aja belum, masak auto udah jadi dokter spesialis.
"Oh, saya kira sudah spesialis, hebat kalau begitu!"
Lili menggeleng, "Saya cuma diajak konsulen saya di rumah sakit, Mas. Lumayan buat tambah ilmu!"
"Oh seperti itu, Dokter nggak ingin balik ke aula? Keburu acaranya selesai, Dok!"
Lili memang ingin segera pergi, rasanya aneh berbicara dengan pria asing itu terlalu lama. "Kalau gitu saya ke dalam dulu ya, Mas! Permisi!"
Lelaki itu mengangguk mempersilahkan, Lili segera pergi dan kembali ke aula. Yudha menoleh, tatapannya penuh selidik.
"Darimana? Nggak kesasar kan tadi?" bisik Yudha ketika Lili sudah kembali duduk di sampingnya.
"Ya enggak lah, tadi jalan-jalan bentar sambil liat sekeliling." Lili nyengir lebar. "Selesai jam berapa?"
"Jam empat sore mungkin!"
***
Laki-laki itu tengah membawa beberapa sprei baru untuk inventaris hotel ketika kemudian ia melihat sosok itu. Ia menajamkan pandangannya, itu kan dokter wanita yang ia ajak bicara tadi?
Dan laki-laki itu? Ia memecah memori dalam otaknya, wajah itu tidak asing di matanya, tapi siapa? Ia terus menatap sosok itu yang sekarang sudah masuk ke mobil miliknya.
Ia tersentak, sekarang ia ingat siapa laki-laki bertubuh atletis tegap itu. Dan apa hubungannya dengan dokter muda itu? Apa mereka?
Ia masih ingin melanjutkan spekulasi nya ketika suara teriakan dari depan lobi hotel membuyarkan lamunannya.
***
"Jam empat lho ini, Li!" Yudha masih mencoba meluluhkan pendirian gadis di sebelahnya yang sudah pasang muka jutek.
"Mampir renang bentar lah, Mas! Mumpung udah sampai sini!" Lili masih belum mau ngalah.
"Renang di mana coba? Turun ke grojogan ga mungkin!" Yudha jadi pening.
"Di hotel N*** aja, kolam renangnya bagus!" Mata Lili berbinar-binar, ingat foto yang di upload Instagram hotel berbintang itu.
"Emang boleh kalau nggak sewa kamar? Boleh emang cuma renang doang?"
"Yaudah deh, kalau gitu naik aja!" Lili akhirnya mengalah.
"Naik kemana?" Yudha makin pening, susah juga ternyata ngajak jalan cewek.
"Naik ke atas sana, jajan pentol kuah!"
"Oke-oke, kita naik!" Yudha ngalah, nggak ada salahnya lah naik sedikit ke kaki gunung daripada dia ngotot minta diajak renang.
"Nah gitu kan tambah sayang!" Lili tersenyum penuh kemenangan.
"Eh gimana? Coba ulang gimana?" mata Yudha berbinar, wajahnya bersemu merah.
"Beliin pentol kuah dulu baru aku ulang!"
***
"Udah kan? Ayo balik! Udah hampir jam enam, Li!"
"Iya... ayo balik!" Lili bangkit dari duduknya, lalu hendak menyebrang ke mobil yang terparkir di seberang jalan.
Yudha segera membayar tiga porsi pentol kuah mereka. Tahukan siapa yang makan dua porsi? Ia segera menyusul Lili, estimasi sampai Solo bakal jam delapan malam!
"Udah kenyang?" tanyanya seraya menghidupkan mesin mobil.
Lili hanya mengangguk sambil nyengir lebar, tangannya meraih kresek putih di belakang dan mengambil kripik jagung.
"Astaga, katanya udah kenyang?" Yudha menepuk jidatnya.
"Masih pengen ngemil, lagipula sayang camilannya udah dibawa nggak jadi dimakan!"
"Kamu sih, ikut simposium aja bawaannya kayak mau camping seminggu!" Yudha tersenyum setengah mengejek.
"Kan penginnya sekalian piknik!"
Yudha kembali fokus pada kemudinya. Tiba-tiba mobilnya ada sedikit gangguan, dan kemudian berhenti.
"Lho... kok berhenti Mas? Jangan bilang bensinnya habis!" Lili panik, hari mulai gelap dan kenapa harus pakai acara mogok segala?
"Enggak mungkin lah! Aku juga nggak tahu kenapa, Li!" Yudha keluar dari mobilnya. "Stay di dalam, jangan ikut keluar, biar aku cek!"
Lili hanya mengangguk, wajahnya mulai memucat! Gimana kalau mereka tidak bisa pulang?
***
Yudha membuka kap mobil, sial sekali sih! Kenapa pakai ngambek segala ini mobil? Padahal tadi baik-baik aja! Mana ia sama sekali nggak paham permesinan macam begini.
Yudha meraih ponselnya, ketika kemudian ada suara mengejutkan dari sampingnya.
"Kenapa mobilnya, Mas?"
Yudha menoleh, sosok laki-laki muda itu tersenyum ramah. Penampilannya rapi dengan Hem lengan pendek dan celana hitam bahan. Namun Yudha harus tetap waspada, apalagi dia membawa Lili!
"Nggak tahu nih, Mas! Tiba-tiba mati!" Yudha memijit keningnya, yang ia pikirkan hanya Lili!
"Saya ada kenalan bengkel Mas." ujar laki-laki itu sopan.
"Bisa dipanggil sekarang nggak, Mas?" tanya Yudha penuh harap.
"Wah kalau jam segini biasanya nggak bisa, Mas! Ini saya kasih nomornya nanti Mas bicara langsung sama orangnya aja!"
Yudha makin pening! Kalau ia pergi sendiri nggak masalah pulang besok, tapi dia bawa anak gadis orang!
"Beneran kalau malam ini nggak bisa, Mas? Masalahnya saya bawa temen cewek!"
"Saya kerja di hotel Pringgodani, Mas. Itu cuma masuk gang sedikit, kalau mas berminat!" laki-laki itu menyerahkan kartu nama.
'Mamp*s! Makelar kamar ternyata!' runtuk Yudha sambil menerima kartu itu.
"Nanti Mas sama Mbak e langsung ke sana aja, biar mobilnya saya dan teman yang urus. Mas tinggal hubungin bengkelnya bilang aja Anton Pringgodani gitu!"
"Saya tanya temen saya dulu aja, Mas!" Yudha makin pening, tak tahu harus berbuat apa.
"Iya silahkan, Mas!"
Yudha mengetuk jendela mobilnya, Lili menurunkan kaca mobil lalu mendongakkan kepala keluar.
"Ada apa, Mas?"
"Ada bengkel tapi bisanya besok, Li!" Yudha menghela nafas panjang. "Itu kenalan bengkelnya kerja di hotel, nawarin kamar! Kita harus gimana?"
Lili tampak berpikir. "Yaudah kita tunggu besok aja!"
"Oke, kalau gitu ayo jalan ke sana, biar ini diurus sama hotelnya!"
Lili hanya mengangguk lalu membuka pintu mobil. Ia mengekor di belakang Yudha.
"Oke kalau gitu, Mas!" Yudha menyepakati usul Anton.
"Sebentar saya telfon temen dulu di hotel, buat bantu mindahin mobil, Mas!" Anton merogoh handphone lalu tampak menghubungi seseorang. "Mas sama mbak jalan ke hotel dulu aja, tinggal lurus, belok kiri ada tulisannya kok!"
"Oke saya tunggu di sana ya, Mas!" Yudha mengangguk lalu mulai melangkah sesuai arahan Anton.
Lili mengekor di belakang Yudha, hawa dingin terasa makin menusuk. Rasanya ia sudah sangat mengantuk!
Dan ternyata benar! Hotelnya tidak terlalu jauh. Bukan hotel berbintang, dari luar tampak seperti rumah biasa dengan arsitektur bangunan lawas. Ada banyak mobil dan motor yang terparkir di halaman hotel yang cukup luas.
Ketika masuk lobi, benar seperti rumah. Bukan hotel seperti kebanyakan di kota.
"Mas saya mau pesan kamar..."
"Mas yang mobilnya mogok di depan ya?" resepsionis hotel langsung mengenali mereka. "Temen saya udah bilang tadi lewat telpon!"
"Iya betul! Saya pesen dua kamar ya, Mas!"
"Waduh, maaf tapi kamar yang kosong tinggal satu, Mas!"
"Apa? Tinggal satu?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 458 Episodes
Comments
Heny Ekawati
kok jdi deg deg an ya
2021-10-19
0
aruNada💦
hayoo loh...kamar tinggal 1 berkah apa musibah tuh🤭🤭
2021-01-22
1
Tirta Tirta
eng ing eng 🤔🤔🤔🤔
2021-01-19
1