"Apa??"
Lili bergegas menutup mulut Nindi yang terlihat syok sebelum semua mata tertuju pada mereka.
"Jangan heboh gitu dong!" Lili mulai melepaskan tangannya ketika Nindi sudah tampak tenang.
"Dia mau ngelamar kamu?" Nindi masih tampak syok, tak percaya.
Lili hanya mengangguk pelan, lalu kembali menyuapkan nasi ke mulutnya.
"Mami Papi mu udah tahu?"
"Belum sih, baru abang aku yang di Jerman yang aku ceritain!"
"Dia bilang apa?" tanya Nindi sangat antusias hingga ia melupakan siomay di depannya.
"Suruh mikir-mikir dulu, aku beneran siap nggak, beneran ada perasaan apa enggak, tau sendiri kan cerita antara kami gimana?"
Nindi mengangguk, ia tampak memikirkan sesuatu. "Jangan grusa-grusu, Li! Pikir matang-matang. Nikah itu seumur hidup sekali!"
"Makanya itu, tapi kalo dilihat sih Dokter Yudha beneran serius. Dia kemarin sempet salah paham pas Ramon kesini, makanya trus aku buru-buru dilamar, takut kecolongan katanya."
"Ramon kesini? Ngapain?"
"Biasalah, berusaha menggombal! RSUD sebelah udah heboh juga!"
"Iya lah, geng si Ramon kan disini semua!"
Lili hendak menyuapkan nasi, ketika iPhone nya berdering, Dokter Yudha?
"Hallo, gimana Mas?" Lili mengerutkan dahinya lalu tertawa renyah. "Aku nggak apa-apa, ini sudah di rumah sakit."
Nindi hendak menguping, namun Lili menjauhkan diri ketika Nindi mendekat.
"Oke siap. Selamat libur!" Lili menutup teleponnya.
"Kenapa?" Nindi mulai kepo.
"Entah, dia bilang khawatir kalau aku kenapa-kenapa!" Lili memasukkan iPhone miliknya.
"Nggak nyangka ya, niat hati koas eh dapat jodoh!" Nindi tersenyum jahil ke arah Lili.
"Banyak kali cerita sejawat kita ketemu jodoh pas koas. Kamu gimana?" Lili balik menggoda.
"Sabar ... lulus koas, lulus UKMPPD, terus internship kan, pasti di sana nanti banyak dokter muda tampan yang lagi cari jodoh." Nindi berkhayal sambil senyum-senyum sendiri.
"Ya moga aja nggak dapat duda!" seloroh Lili asal sambil tertawa jahat.
***
Jam 3 sore, dua jam lagi jam pulang. Lili memasukkan iPhone-nya ke saku setelah membalas pesan WhatsApp Dokter Yudha.
"Dokter Lili, mau ikut ke depan?" suster Tika meletakkan map status lalu membersihkan tangan dengan handsanitizer.
"Boleh! Mau jajan ya?" tanyanya antusias, perut Lili sudah lapar lagi.
"Iya nih, mumpung Dokter Yudha libur jadi bisa nyolong waktu ke depan sebentar!" Tika nyengir lebar, kalau pun Dokter Yudha ada, selama ada Dokter Lili, semua beres.
Sepanjang jalan Lili asyik mendengar cerita Tika tentang macam-macam karakter pasien yang pernah di rawatnya. Mulai dari anak lima tahun yang bermasalah ginjal karena hobi
minum bersoda, sampai para kakek-kakek yang sedikit merepotkan karena takut jarum suntik dan lain-lain.
Sesekali mereka tertawa bersama, sampai kemudian mereka fokus menyeberang jalan untuk sampai depan kantor PMI dimana banyak pedagang menjajakan jajanan.
"Dokter mau beli apa?" tanya Tika ketika mereka telah berhasil menyeberang.
"Kayaknya bakso bakar enak deh." jawab Lili ketika matanya menemukan gerobak bakso bakar.
"Kalau gitu saya beliin titipan Gina dulu, Dokter!"
Lili hanya mengangguk, matanya seksama memperhatikan abang bakso bakar menyiapkan pesanannya.
Hmmm ... sebenarnya jajanan seperti ini jika terlalu sering tidak sehat juga. Dibakar pakai arang, dan zat karsinogenik sangat tidak bagus untuk tubuh. Belum juga saos yang biasanya saos berharga ekonomis yang tidak jelas bahan dan asal usulnya.
Tapi jajanan ini merupakan salah satu favorit Lili! Jika beli tanpa saosnya, pakai saos sendiri yang bermerek jelas, rasanya jadi tak enak! Kenapa sesuatu yang tidak sehat selalu nikmat dan enak?
"Pedes, mbak?" tanya si abang pada Lili yang serius menatap bulatan yang terpanggang itu.
"Iya pedes, pak!" jawabnya lalu merogoh saku celananya. Ia sengaja melepas snelinya dan meninggalkannya di poli.
"Terimakasih!" ujar Lili lalu menerima bakso bakarnya. Lili mulai berjalan menghampiri Tika yang sedang asyik ngobrol dengan tukang bakso kuah.
Ia tengah asyik dengan bakso bakar nya ketika beberapa orang berteriak. Lili hendak menoleh namun terlambat. Ia merasakan ada yang menghantam tubuhnya, dan seketika semua gelap.
***
Yudha memekik ketika pisau itu melukai jarinya. Darah segar mengucur. Ia segera meraih tissu untuk menyeka darah yang keluar.
Tiba-tiba bayangan Lili melintas dipikirannya. Kenapa perasaannya jadi semakin tak enak? Ada apa?
Yudha segera menuju kamar untuk mengobati luka di jarinya. Setelah semua beres, ia segera meraih Smartphone dan menghubungi Lili.
Nihil! Tidak ada jawaban!
Apa masih banyak pekerjaan? Bukankah ini sudah mendekati jam pulang? Yudha segera menghubungi poli penyakit dalam, hatinya semakin tak karuan.
"Halo, ini saya Dokter Yudha!" jawabnya ketika sambungannya terhubung. "Bisa bicara dengan Dokter Lili?"
"Apa?" Yudha memekik ketika mendengar suara di ujung telepon. "Ok ... makasih, saya segera kesana!"
Yudha segera menyambar kunci mobil, ditinggalkan nya buah-buahan yang sedang dipotongnya tadi. Bagaimana bisa terjadi? Apa yang dilakukan nya di depan sana?
Yudha sudah tak mampu berpikir lagi, setelah mengunci pintu rumah ia segera memacu mobilnya ke jalan raya.
Tak butuh waktu lama, ia sudah sampai di gerbang rumah sakit. Segera dicarinya parkiran kosong, lalu berlari secepat kilat ke IGD.
"Dokter Lili mana?" tanyanya pada perawat yang bertugas di bagian depan.
"Di paling ujung, Dok! Sudah ditangani Dokter Rahmat!"
Yudha bergegas menuju ruangan yang dimaksud, yang sebenarnya hanya dibatasi sekat tirai saja.
'Kreekk'
Yudha menarik tirai yang menutupi brankar, tampak Lili terbaring di sana. Dahinya tampak mengeluarkan darah, kemeja biru muda yang ia kenakan berlumuran darah.
"Astaga, gimana bisa kayak gini sih, Li?" Yudha segera mendekat dan memeriksa dahi Lili.
"Baru aja selesai aku jahit." lapor Dokter Rahmat lalu menghentikan sementara aktivitas nya, ia tahu tentang kabar keduanya.
"Jahit berapa, Dok?" tanya Yudha sambil menyeka sisa darah dengan kapas.
"Cuma tiga, kamu selesaikan ya, Yud! Ada pasien yang harus aku urus!"
"Baik, terimakasih Dokter!" Yudha meraih kain kasa dan dari tangan Dokter Rahmat.
Sejenak ia menatap Lili yang masih agak pucat. Lengan kirinya ada bekas parut yang darahnya mulai mengering. Ia masih tak habis pikir! Jam kerja, kenapa Lili bisa sampai luar rumah sakit? Tidak ada jadwal operasi yang membutuhkan transfusi darah, jadi mustahil kalau dia keluar untuk ambil stok darah di PMI.
"Kenapa bisa begini, Li?" tanyanya lembut sambil mulai menutup bekas jahitan di dahi Lili.
"Maaf, Dokter. Saya yang salah!"
"Ada perlu apa sampai harus pergi keluar?"
Lili menatap Yudha takut-takut. Yudha yang sadar di tatap Lili langsung respon balik menatap.
"Tak perlu takut, bilang aja sayang!"
Mendadak wajah pucat itu memerah, Yudha tersenyum, dielusnya kepala Lili lembut.
"Jangan bilang tadi kamu pergi ke depan, sampai keserempet motor cuma buat jajan!"
Lili tersentak, ia menundukkan kepalanya. Yudha tersenyum, sudah ia dapatkan jawabannya. Dicubitnya pipi Lili, gadis itu mengangkat kepalanya.
"Maaf ya, Dok!"
Yudha hanya mengangguk dan tersenyum. Tangannya kembali fokus menutup bekas jahitan Lili. Ketika semua sudah rapi, Yudha menatap dalam-dalam mata cokelat yang juga sedang menatapnya itu.
Lili tersenyum, Yudha makin mendekatkan wajahnya. Gadis itu memejamkan mata ketika wajah Yudha makin mendekat, sikap pasrah Lili membuatnya makin berani hingga kemudian bibirnya menyapu lembut bibir Lili yang selama ini membuatnya gemas.
Rasanya hangat, nikmat menjalar hingga seluruh saraf tubuh Yudha. Ada sedikit rasa Cherry di bibir Lili.
Yudha terus melum*t bibir Lili, hingga kemudian suara langkah kaki mengangetkan mereka berdua. Yudha segera melepaskan ciumannya tepat ketika tirai dibuka.
"Sudah?" tanya Dokter Rahmat sambil membawa beberapa suntikan.
"Su ... sudah, Dok!" jawaban Yudha gugup.
Dokter Rahmat membetulkan letak kacamata. Ia melirik sekilas wajah Lili yang tampak memanas. Kemana wajah pucat pasi tadi? Ia kemudian melirik sejawatnya, dan kemudian ia paham apa yang terjadi.
"Jangan lupa nanti anti nyerinya, Yud!" ujarnya lalu bergegas pergi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 458 Episodes
Comments
sumiati
hihi tercyduk
2021-02-14
0
Susanti Septisari
😁😁
2021-01-27
0
🌾lvye🌾
bisa-bisanya lagi jahit kissing🤭🤭☺️
2021-01-18
0