"Gimana, enak?"
Lili hanya mengangguk, sambil menyunggingkan senyum manisnya. Pikirannya melayang, sebenarnya ada apa? Kenapa pagi ini Dokter Yudha aneh sekali? Maksudnya kenapa dia jadi lembut seperti ini? Kemana sikap dingin, jutek, judes, dan sombongnya? Apakah dia bipolar?
"Li!"
Lili tersentak ketika lengan Dokter Yudha menyenggol lengannya. Ya, Dokter Yudha duduk tepat di sebelah kanannya!
"Maaf, ada apa, Dok?" Lili kaget sekaligus malu, ketahuan melamun.
"Bisa minta tolong?" Dokter Yudha mengentikan kalimatnya, "Hmm ... nanti sebagai balasannya akan kuberi kau nilai A, aku janji!"
Dahi Lili mengerut, sedetik kemudian ia tersenyum, sangat manis. Dia tak tahu bahwa senyum itu makin membuat jantung Dokter tiga puluh empat tahun itu berdebar tak karuan.
"Saya lebih baik dapat nilai D, tapi hasil saya sendiri, daripada nilai sempurna tapi karena pertolongan atau karena imbalan, Dok!" Lili masih tersenyum.
Dokter Yudha mematung, tangannya dingin, jantungnya berdegup kencang, rasanya ia harus ke kardiolog setelah ini.
"Apa yang bisa saya bantu, Dok? Saya akan dengan senang hati membantu jika memang saya mampu." Lili kembali tersenyum, "Tapi tolong, jangan hubungkan dengan kegiatan kepaniteraan klinik saya ya, Dok! Tetap nilai saya apa adanya!"
Dokter Yudha tersenyum, dan pertama kalinya Lili menyadari bahwa lelaki di hadapannya semakin mempesona dalam senyumannya.
"Ikutlah kerumahku sepulang praktek!"
***
"Apa?"
Lili mendengar dengan jelas bahwa Danisa memekik di ujung telepon. "Iya aku serius, dia memintaku berpura-pura jadi pacarnya dan akan dia kenalkan pada ibunya yang kebetulan di Solo saat ini."
"Li, aku merasa ini saatnya!"
Lili tertegun, saatnya? Apa maksudnya?
"Maksudmu?" Lili masih tak mengerti.
"Saatnya dia bangkit dari Kubang penderitaan, dan kaulah orang yang akan membangkitkan dia kembali."
Lili langsung menangkap maksud Danisa, ia teringat ceritanya malam itu ketika Danisa berkunjung ke kontrakan miliknya. Namun benarkah dugaan Bu Sisi dan Danisa bahwa dokter itu jatuh hati padanya setelah sekian lama menutup diri?
"Jika kau mencintainya, sembuhkan dia, Li!"
Lili terdiam.
"Aku dan kakakku berani menjamin, bahwa dia adalah laki-laki yang baik, bertanggung jawab. Percayalah!"
"Aku mengerti, Nis! Tapi apakah aku mampu? Maksudku aku sendiri belum paham betul apakah aku benar-benar ada perasaan dengan dia."
"Cobalah dulu, intinya dia laki-laki baik! Dan seumpamanya kamu tidak mampu membalasnya, pergilah dengan cara yang baik, jangan kembali melukainya!"
Lili hanya mengangguk, kemudian menutup teleponnya. Pandangannya menatap lurus ke depan pintu bangsal, kebetulan hanya dia yang ada disana, beberapa perawat tengah ke kamar pasien, mengganti infuse, memberi obat, dan entah apa lagi.
Apakah dia juga jatuh hati dengan Zombie bersneli itu? Tapi ia benci sikap kakunya! Bukankah sikap dinginnya karena sesuatu yang terjadi padanya? Dapatkah dia berubah? Bukankah dia sudah berubah begitu drastis pagi ini?
Tapi apakah itu benar-benar karena dia jatuh hati pada Lili? Bukan karena ia membutuhkan bantuan Lili demi berbohong di depan ibunya?
Ahh ... bisa saja setelah Lili membantunya, ia kembali kaku, dingin, siapa tahu kan?
"Dokter tidak pulang?"
Lili tersentak, Yuni sudah duduk disampingnya sambil melepas sarung tangan lateksnya.
"Sebentar lagi ..."
"Ayo Li, ibu sudah menunggu kita!"
Bukan hanya Lili, Suster Yuni pun melonjak kanget. Dokter Yudha? Dokter Lili? Ditunggu ibu? Tunggu ... apa artinya?
"Aku balik dulu ya!" Lili tersenyum, lalu melambaikan tangannya pada Yuni.
Yuni masih melotot tak berkedip, bahkan ketika Dokter Yudha melambaikan tangan tanda ia juga minta pamit, Yuni masih melongo, secepat itukah? Dengan Dokter Lili?
***
"Jangan gugup! Ibu akan tahu kalau semua ini hanya sandiwara, Li!" Dokter Yudha melirik Lili yang tampak pucat di sampingnya.
"Seperti apa Ibu Anda, Dok?"
Dokter Yudha tersenyum geli. "Berhenti memanggilku 'Anda', 'Dokter'!"
"Lantas saya harus memanggil apa, Dok?" Lili menoleh laki-laki yang tampak sangat gagah dengan Hem Maroon yang lengannya digulung sampai siku itu.
"Hmmm ... panggil apa ya? Yang jelas jangan sekaku dan seformal itu di depan ibuku!"
"Saya panggil 'Mas' boleh?" ujar Lili hati-hati.
Dokter Yudha tersenyum lalu mengangguk, "Boleh juga, aku setuju!"
Lili tak menjawab, ia membeku dalam ketakutannya, seperti apa wanita yang akan ia temui nanti? Ahh bukankah ketika SMA ia ketua eskul drama? Bukankah ia sudah sering memainkan drama?
Lili mengembuskan nafas berat, ia tak tahu sosok laki-laki didampinginya tengah menikmati wajahnya dari balik kemudinya.
"Nah itu ibuku sudah menunggu di depan!"
Jantung Lili rasanya ingin lepas. Wanita itu tampak sumringah, sedangkan wajah Lili tampak memucat, tangan dan kakinya dingin. Sedingin es!
"Kau siap, Li?"
"Si ... siap, Dok!" Lili tersentak ketika lengannya dicubit, "Eh ... Mas maksudnya!"
"Jangan sampai lupa, kumohon!"
Lili mengejang ketika Dokter Yudha menatap matanya tajam, tapi kali ini berbeda! Tajam namun sangat lembut! Entah sejak kapan, Lili baru sadar kalau tangan Dokter Yudha meremas tangannya yang dingin dan berkeringat itu.
"Ayo!" ujarnya lalu melepaskan tangannya, tatapannya seolah meyakinkan Lili bahwa sudah saatnya.
Lili hanya mengangguk lalu menghembuskan nafas berat sebelum turun dari mobil yang membawanya.
"Assalamualaikum, Bu ..." Dokter Yudha segera mencium tangan ibunya.
"Waalaikumsalam," balas Ibu sambil melirik sumringah ke arah Lili.
"Bu ..." sapa Lili sambil ikut mencium tangan wanita yang rambutnya sudah setengah putih itu.
"Siapa ini cantik sekali!" terlihat dengan sangat jelas bahwa wanita itu sangat menyukai Lili.
"Nama saya Lili, Bu ... saya ..."
"Ini yang tadi pagi ingin aku kenalkan pada Ibu!" Dokter Yudha tampak sangat berseri-seri melihat ibunya tersenyum bahagia seperti ini.
"Insyaallah calon mantu ibu!"
Lili kembali mematung, kakinya makin dingin, lalu sebuah bentakan dari dalam dirinya menyadarkan nya!
'Ingat, ini hanya sandiwara, Li!'
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 458 Episodes
Comments
Nova Arrasyid
hmm ~~ rasanya! !!
2021-02-05
1
Tirta Tirta
danisa q dukung kamu buat lili percaya kalau dokter yudha orang baik💪💪
2021-01-18
1
Nur Ainun
aku ikutan deg degan thor
2021-01-16
0