Diluar hujan makin deras, angin bertiup cukup kencang seolah semakin menyemarakkan malam yang sudah sangat dingin ini. Kilat petir sesekali menghiasi langit yang gelap. Hawa dingin terasa sangat menusuk tulang, namun tidak untuk kamar nomor enam belas yang terletak paling ujung.
Beruntunglah hujan cukup deras dan berisik hingga segala macam desahan dari kamar itu tersamarkan. Ya, mereka kalah! Sekuat apapun mereka bertahan beberapa menit yang lalu, kini mereka benar-benar bertekuk lutut pada segala gelora cinta yang meledak dalam diri mereka.
Dua tubuh itu saling bertaut satu sama lain tanpa sehelai benangpun yang menjadi pemisah. Yudha yang sudah menyerah kalah, kini meluapkan semua gejolak dalam dirinya atas tubuh gadis yang dicintai itu.
Semua ketakutan Lili akan gelap yang selalu menyiksanya kini lenyap seketika. Kecupan dan cumbuan dahsyat dari laki-laki yang dicintainya itu cukup membuatnya lupa akan segala-galanya.
Dan kini mereka tengah menikmati apa itu cinta meski mereka tahu, cinta yang sedang mereka teguk adalah sesuatu yang salah dan melanggar semua norma yang ada. Peluh yang membanjiri tubuh dan segala rasa yang menjalar disetiap saraf tubuh mereka adalah saksi bisu atas apa yang terjadi malam ini.
Dua insan itu masih bergumul, ketika kemudian tubuh keduanya mengejang dan terdengar suara pekikan panjang sebagai tanda berakhirnya luapan cinta mereka malam itu.
Yudha mencium lembut kening Lili yang masih terengah-engah, "Aku mencintaimu, Li!" gumamnya lalu memeluk erat tubuh Lili yang bermandikan peluh.
***
Lili membuka matanya, lampu kamar sudah menyala kembali. Ia menoleh ke samping dimana Yudha tengah tertidur lelap dengan masih memeluk erat tubuhnya.
Ia mencoba mengumpulkan nyawanya, dilihatnya sekeliling kamar. Baju dan segala macam pakaian miliknya dan Yudha berceceran di lantai. Ia tersentak, kemudian mencoba mengingat kembali apa yang terjadi sebelum ia tertidur lelap dalam pelukan Yudha.
Beberapa jam yang lalu ...
Lili masih memeluk erat Yudha ketika laki-laki itu hendak membaringkan tubuhnya di kasur. Ia sama sekali tak mau membuka matanya. Kegelapan membuatnya kembali ke masa di mana ia kemudian sangat membenci dan takut akan kegelapan.
Ya! Belasan tahun yang lalu ia harus rela kepalanya bocor dan tangannya patah karena turun ke lantai bawah untuk cari lilin saat lampu padam. Malang tak bisa ditolak, kakinya terpeleset ketika menuruni tangga, dan ia terjun ke bawah tangga seketika itu juga. Sejak saat itu trauma akan gelap selalu menghantuinya!
Meskipun sudah berkali-kali maminya coba untuk menghilangkan trauma itu, tetapi belum ada hasil signifikan. Apalagi setelah Lili pindah ke Solo untuk kuliah.
Lili menarik tangan Yudha ketika ia merasakan gestur tubuh lelaki itu hendak menjauh setelah berhasil membaringkan tubuhnya. Seketika tubuh Yudha ambruk menindihnya. Semenit dua menit hening! Lili tak berani membuka mata apalagi mulutnya. Hingga kemudian ia merasakan tangan itu membelai lembut wajahnya. Belaian itu tampak lain dirasa saraf Lili. Belaian yang bukan seperti biasanya. Rasanya seperti ...
Lili hendak berspekulasi lebih jauh ketika kemudian bibir itu menyapu lembut bibirnya. Tidak hanya menyapu, tetapi mengulum dengan berani dan sedikit kasar! Tapi mengapa ia tak berontak? Kenapa ia malah seolah menikmati?
Lili merasakan semua bulu kuduk nya meremang, semua sentuhan Yudha sangat lain malam ini. Ia bahkan sangat menikmati hembusan nafas Yudha di leher dan telinganya! Lili hanya pasrah tak menolak, malah menikmati setiap sentuhan dan kecupan.
Hingga kemudian ia tersentak ketika sesuatu hendak menembus bagian bawah perutnya. Detik itu juga ia baru sadar bahwa ia dan Yudha sudah tak saling berpakaian! Lili mencoba membuka matanya, semuanya masih gelap! Kilatan petir sedikit membantu matanya menangkap kondisi sekitar, dan tubuh polos dengan otot menggoda itu malah semakin membuat Lili lupa diri.
"Aduh ... ! Mas sakit!" Lili mengerang ketika benda tumpul itu mampu menembus pangkal selangkangannya. Perih itu menjalar hingga ke ubun-ubun.
Tapi Yudha tak bergeming, ia terus memaksakan hingga Lili meronta kesakitan. Dan perjalanan cinta mereka memulai babak baru.
Lili menggelengkan kepalanya ketika mengingat kejadian yang ia alami beberapa jam yang lalu. Wajahnya sontak memerah ketika memorinya memutar adegan dimana tubuh mereka mengejang bersama-sama kemudian saling memekik ketika nikmat itu mencapai puncaknya.
Ah ... Lili merasakan wajahnya memanas! Mengapa tidak ada sama sekali penyesalan di hatinya? Ia telah kehilangan mahkotanya sebagai seorang gadis! Hal yang seharusnya tidak semudah itu ia berikan pada Yudha sebelum mereka sah menjadi suami istri. Kenapa? Kenapa malah seolah-olah Lili sangat menikmati dan menginginkannya?
Lili menoleh, Yudha masih lelap dalam tidurnya. Tubuhnya tertutup selimut hanya sebatas perut sampai kaki. Dan dihadapan Lili terpampang dada bidang dengan otot menyembulnya yang membuat Lili makin lupa diri.
Perlahan-lahan Lili menyentuh pemandangan di depannya. Jarinya mengusap lembut kulit tubuh laki-laki yang baru saja mengambil kehormatanya. Ia mengambil karena Lili memberinya! 'Ah ... ada apa denganku?'
Lili masih mengusap lembut dada itu ketika sang pemilik kemudian membuka matanya.
***
Yudha tersentak ketika ada sentuhan-sentuhan lembut di dadanya. Wajah Lililah yang pertama ia lihat ketika ia membuka matanya yang masih sangat mengantuk.
Melihat Lili dalam pelukannya dan tanpa sehelai benang pun, Yudha langsung terperanjat ketika menyadari apa yang telah terjadi.
"Li! Astaga!" teriaknya spontan bangun dan melepas pelukan Lili. Kepalanya pening, kenapa ia bisa lepas kendali? Apa yang sudah ia lakukan?
Gadis itu hanya diam, lalu bangkit dan duduk disampingnya. Tangannya melingkar memeluknya.
"Maafkan aku, seharusnya kita tidak melakukan ini!" Yudha meraih Lili dalam pelukannya, matanya berair.
"Memang seharusnya tidak! Tapi kita sudah melakukan itu!" Lili pasrah dalam pelukannya.
"Aku khilaf, Li! Aku laki-laki bejat!" Yudha mulai terisak. Penyesalan itu sungguh memporak-porandakan hatinya, melupakan sejenak kenikmatan yang tadi ia dapatkan dari tubuh dalam pelukannya itu.
"Apakah mencintaiku juga termasuk dalam khilaf?" tanya Lili sarkastik. Ia melepaskan pelukan Yudha.
Yudha mengerutkan dahinya. "Aku sungguh mencintaimu!"
"Kalo begitu jangan bawa-bawa khilaf tentang apa yang barusan kita perbuatan!" Lili menatapnya tajam. "Aku lebih suka mas bilang melakukan itu karena mas memang benar mencintaiku!"
"Tapi tak seharusnya kita melakukan itu sekarang, Li!"
"Aku tahu! Dan aku tak menyesal, asalkan ..." Lili menggantungkan kalimatnya. Ia masih menatap Yudha dengan tatapan sulit diartikan.
"Asalkan apa?"
"Asalkan mas berjanji akan menikah ku, dan tak akan pernah sekalipun meninggalkan aku!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 458 Episodes
Comments
Heny Ekawati
hrs cpt nikah ini
2021-10-19
0
Pradiv
baca bab ini sambil tolah toleh... takut ketangkep 🤦♀️🤦♀️
2021-02-05
0
Tirta Tirta
bacanya sampe tahan napas q thor😍😍😍😍
2021-01-19
0