Wanita itu bernama Sri Ratnaningsih, biasa dipanggil Ratna, karena tiga kakak perempuannya memiliki nama depan yang sama, yaitu Sri.
Sore ini ia begitu bahagia, kekhawatirannya akan anak sulungnya sudah hilang. Putranya itu membawa gadis yang sangat melampaui harapannya untuk dijadikan menantu.
Cantik, sopan, tutur katanya halus, dan seorang calon dokter pula!
"Tidak usah repot-repot, Bu. Saya malah jadi merepotkan seperti ini." gadis itu nampak sangat canggung.
Ratna terkekeh, teringat ketika pertama kali berjumpa dengan orangtua Parman, suaminya, ia juga sangat canggung, pucat, gugup, persis seperti Lili.
"Ibu sangat senang, sama sekali tidak merasa direpotkan."
Gadis itu tersenyum lalu mulai menyendok isi piringnya, sedetik kemudian parasnya berubah. Ratna tersenyum manis.
"Ini enak sekali, Bu!" ujar Lili sambil menatapnya dengan mata berbinar.
Ratna tersenyum, entah mengapa ia semakin menyukai gadis ini. 'Tak salah pilih kau, Yud!' ujarnya dalam hati.
***
Yudha meletakkan sendoknya, ia menatap ibunya yang masih asyik berbincang dengan Lili. Sesekali mereka berdua terkekeh, bahkan tertawa. Belum pernah Yudha melihat ibunya sebahagia ini.
Sedetik kemudian ada sesuatu yang menghantam dada Yudha! Bagaimana kalau Ibu tahu bahwa semua ini hanya sandiwara? Bagaimana kalau Ibu tahu bahwa ia membohonginya?
Ah ... apakah ia benar-benar berbohong? Maksudnya jauh dalam lubuk hatinya, Yudha begitu nyaman dengan Lili, sangat menyukai saat-saat mereka bersama. Apakah ia benar-benar jatuh cinta?
"Ngomong-ngomong, berapa usiamu, Cah ayu?"
"Dia masih dua puluh empat tahun, Bu!" jawab Yudha kemudian meneguk gelasnya.
"Sudah cukup usia untuk seorang wanita menikah!"
Yudha dan Lili tersedak bersamaan. Sedetik kemudian mereka saling tatap dengan mimik wajah yang sulit diartikan.
"Tapi Lili belum sepenuhnya lulus dan menjadi dokter, Bu!" Yudha mencoba tenang, "Biarkan dia menyelesaikan studinya dulu!"
"Berapa lama?" tanya ibu dengan nada suara yang sulit diartikan.
"Insyaallah dua tahun lagi, Bu!" kini Lili yang menjawab.
"Apakah tidak boleh kalian menikah dulu?"
"Bu, Yudha pernah ada diposisi Lili! Kepaniteraan klinik itu tidak semudah yang ibu bayangkan, tekanan begitu kuat, aku takut dengan menikah akan menganggu studi Lili."
Wanita itu hanya mengangguk, lalu kembali menyuap sendok ke mulutnya. Tampak sekali ia kecewa.
Yudha merasa pening sekarang. Tak ia sangka kebohongannya akan jadi seperti ini. "Lili, sudah selesai? Mas antar pulangnya!"
Lili hanya mengangguk, ia bangkit sambil hendak mengangkat piringnya, hingga kemudian tangan yang mulai berkeriput itu mencegahnya.
"Biarkan Ibu saja!" ujarnya sambil tersenyum.
Lili tersenyum, ia mendekat, mencium tangan wanita itu lalu memeluknya.
"Terimakasih sudah masak banyak sekali makanan ini untuk Lili, Bu."
Yudha melihat ibunya semakin erat memeluk Lili, dapat ia lihat dengan jelas matanya berkaca-kaca.
"Ibu doakan studi mu lancar ya, Sayang!"
"Amin, terimakasih, Bu." Lili kembali mencium tangan wanita itu lalu berpamitan.
Yudha tak sanggup lagi melihat wajah ibunya, ia lebih dulu berjalan keluar, bahkan ia sampai lupa berpamitan.
***
Lili terdiam, lelaki di sampingnya pun sama, mereka membeku dalam diam masing-masing.
"Dokter ..." Lili sudah tak tahan lagi untuk tetap diam.
"Tolong, beri aku saran! Aku harus bagaimana?" Dokter Yudha tampak gusar. Matanya tampak memerah.
"Hati Ibu benar-benar tulus, saya bisa merasakannya, Dok!" Lili terdiam. "Dan saya merasa berdosa pada beliau!"
"Apalagi aku, Li!"
"Untuk sekarang saya rasa kita harus melanjutkan sandiwara ini, Dok! Sampai kemudian Dokter benar-benar menemukan wanita yang akan dokter nikahi!"
"Kau mau membantuku?" Yudha menatap Lili dari balik kemudinya.
"Saya akan bantu sebisa saya!"
Yudha tersenyum, refleks tangannya meraih tangan Lili menggenggam erat. 'Bagaimana jika wanita yang ingin aku nikahi itu kamu, Li?'
***
"Itu kontrakan saya, Dok!" Lili melepas seat belt nya, bersiap untuk turun.
Yudha membelokkan mobilnya, tangannya menarik tangan Lili sebelum gadis itu turun dari mobilnya.
"Li, sekali lagi terimakasih!"
Lili mengangguk, kemudian ia turun. "Sampai jumpa besok, terimakasih banyak, Dokter Yudha!" Lili tersenyum lalu membiarkan mobil itu melaju.
Lili hendak berbalik masuk ke dalam kontrakannya ketika mobil itu kembali mundur. Lili menunggu kaca mobil diturunkan, lalu laki-laki itu tersenyum.
"Besok aku jemput, kita berangkat bareng!"
Lila hanya mengangguk tanpa mengatakan sepatah katapun. Kemudian laki-laki itu tersenyum, sangat manis lalu kembali melajukan mobilnya, kali ini tanpa mundur kembali.
Lili baru saja membalikkan badan tiba-tiba ada yang menekan klakson kuat-kuat. Lili melonjak kaget ketika kemudian sosok itu menghentikan motor tepat disampingnya.
"Bagaimana?" Danisa terengah-engah, nafasnya tersengal.
"Apanya?" Lili pura-pura bodoh, padahal ia tahu betul apa yang ditanyakan Danisa.
"Pertemuan kalian!" Danisa memburu Lili yang sudah melangkah ke dalam rumah.
"Hancur! Parah! Gila!"
"Maksudnya? Sandiwara kalian ketahuan?"
Lili membuka pintu, lalu merebahkan tubuhnya di sofa.
"Kami disuruh langsung menikah!"
Danisa tersentak lalu tertawa terbahak-bahak. Lili meliriknya, lalu melempar bantal sofa tepat mengenai wajah Danisa.
"Kurasa bukan hanya anaknya yang jatuh cinta padamu pada pandangan pertama, ibunya juga!"
"Tolong jangan bahas ini dulu, kepalaku pening!" Lili membenamkan wajahnya di bantal.
Danisa terkekeh, kemudian melangkah ke dapur, menghampiri kulkas Lili yang tidak pernah kosong isinya. Kerongkongan nya kering, sepulang praktek ia langsung tancap gas kemari, penasaran dengan kelanjutan cerita Lili.
"Li, apa tak ada makanan?" teriaknya setelah ia tak menemukan makanan siap santap di dapur Lili.
"Ada!" teriak Lili dari depan.
"Dimana?" tanyanya balik berteriak.
"Tinggal pilih, mau KFC, McDonald's, atau Wendy's!"
Danisa tersentak, lalu ia segera berlari ke depan, memburu Lili yang sudah bangkit hendak lari ke kamarnya.
***
Yudha merasakan ada yang hampa, kursi disampingnya kosong. Rasanya ia sudah lama tidak merasakan getaran seperti ini, benarkah ia jatuh cinta pada gadis itu?
Lili, ternyata tidak hanya cantik dan menarik, tetapi sangat lembut dan baik. Ia teringat akan penawaran nilai A jika ia membantunya, dengan sopan dan harus Lili menolaknya. Sungguh gadis yang jujur.
Apakah ini cinta? Yudha menjadi pening, ia merasa seperti anak SMA, benarkah ia kasmaran?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 458 Episodes
Comments
Yena Kim
sama dong nama aku juga ratna nih bu :)
2022-02-15
0
Nova Arrasyid
enak thoor aku suka
2021-02-05
0
Sulistyawati
sdh aku like terus loh,soalnya aku seneng klo cerita tentang Dokter
2021-02-03
0