Intan menatap langit-langit kamarnya, rasa hampa begitu menganggu hati dan pikirannya. Kesendirian membuatnya terjebak dalam situasi membosankan dan menyedihkan. Tunggu! Ia tak boleh sedih, tak boleh memikirkan apa yang telah ia lalui kalau ia tak ingin kembali kesana! Satu tahun mendekam di rumah sakit jiwa bukan suatu hal yang menyenangkan! Sungguh!
Semua pikirannya membawa serpihan-serpihan kepedihan itu kembali bergejolak. Hatinya sekuat tenaga mengusir serpihan-serpihan itu dari otaknya, namun tampaknya ia gagal! Potongan-potongan memori itu sudah siap terputar di otaknya! Peristiwa pedih yang kemudian membawanya jadi salah satu pasien rumah sakit jiwa!
Wajah itu yang pertama kali tergambar dalam ingatannya! Wajah tampan yang dulu sangat ia idolakan hingga rela kehilangan kesempatan nya menjadi dokter, hartanya, serta kewarasannya! Entah dimana ia sekarang setelah pergi menjual rumah yang dibelikan orangtuanya. Pasti dengan p*lacur itu! Iya, Intan yakin ia pergi bersama wanita berambut pirang itu!
Mendadak hatinya panas, kebencian itu mendidih dalam hati dan otaknya! Namun ketika teringat betapa manisnya dia ketika sedang 'sadar' dari penyakitnya, hebatnya ia memuaskan dirinya di atas ranjang, mampu meredam semua kemarahan itu!
Ya ... dia memang hebat dalam satu hal itu, hingga kemudian membuat Intan lupa diri, lupa tentang kepercayaan yang diberikan orangtuanya, lupa tentang cinta seseorang yang begitu tulus untuk dirinya.
Intan mengejang, ia tiba-tiba ingat sosok itu! Setelah sekian lama ia melupakan sosok laki-laki polos, sopan, dan cerdas itu, ia mendadak muncul dalam pikirannya. Apakabar dia sekarang? Intan tersenyum, seandainya dulu ia tak tergoda, apakah hidupnya akan bahagia?
***
"Li! Kita bukan mau piknik!" Yudha lemas ketika tahu sebesar apa tas yang hendak Lili bawa.
"Iya, tapi sekalian piknik nggak salah kan?" Lili hanya nyengir lebar lalu mengetuk-ngetuk bagasi belakang mobil.
"Ya Allah!" Yudha menepuk jidatnya. "Sortir lagi! Masa iya cuma mau mampir renang bawaannya seabrek gitu sih!"
Lili menggelengkan kepalanya, "Tidak bisa! Ini semua aku perlukan!"
"Kamu mau camping?" Yudha masih tak mau kalah. "Itu apa aja yang kamu bawa?"
"Handuk, baju ganti, sandal, pokoknya ini semua aku perlukan!" Lili juga masih tak mau kalah.
Yudha menghela nafas, akhirnya mau tak mau ia mengalah. Memang wanita itu sangat keras kepala!
Lili bersorak ketika Yudha membuka bagasi belakang, ia dengan lincah memasukkan tasnya ke dalam dan menutupnya.
"Ayo berangkat!" Yudha sudah masuk ke dalam mobilnya.
"Tunggu ada yang belum kebawa!" Lili bergegas kembali masuk kerumah.
"Apa lagi, astaga!" Yudha tak habis pikir, ternyata seribet ini jika mengajak wanita pergi.
"Camilan!" Lili nyengir lebar sambil membawa kresek putih besar.
"Ya Allah, Li!" Yudha terpekik, ia pikir sudah cukup dengan tas besar di belakang. "Kita nanti dapat Coffe break, dapat lunch! Kalau masih kurang, banyak restoran di sana!"
"Ini buat di perjalanan, Mas! Sama nanti pas renang!" Lili meletakkan kresek itu di jok belakang, lalu mengambil kaleng kripik kentang.
"Terserah lah, ayo berangkat!" Yudha tak mau lagi berdebat, kepalanya sudah pening.
"Berangkat boskuhh!" teriaknya girang seraya membuka kaleng kripik kentang ditangannya.
"Jangan terlalu banyak makan makanan seperti itu!" Yudha fokus dengan kemudinya, namun suara gemelitik Lili mengunyah kripik kentang sedikit mengganggu.
"Iya, ini banyak pengawet, penguat rasa, pewarna, dan banyak lagi!" Lili mengambil satu kripik kentang dan menyodorkan ke depan mulut Yudha. "Mas mau?"
Yudha melirik sejenak, iya memang nggak sehat, tapi nggak ada salahnya, kan nggak sering-sering. Ia membuka mulut dan membiarkan Lili menyuapkan jajanan tak sehat itu ke dalam mulutnya.
"Kenapa ya semua yang bertentangan dengan kesehatan selalu enak? Makanan ringan macam ini enak, minuman manis kemasan juga, soda, dan bakso bakar!" cerocosnya sambil terus mengunyah kripik kentang.
"Siapa bilang makanan sehat tidak enak?" Yudha membantah, selama ini ia selalu makan makanan sehat, ia sangat menjaga tubuhnya begitu juga organ di dalamnya.
"Aku!" Lili membantah, ia mempertahankan teorinya.
"Setelah menikah nanti kamu harus terbiasa makan makanan sehat! Buang semua makanan seperti itu! Sesekali boleh, tapi jangan terlalu sering!" kata Yudha mengultimatum.
"Susah ya ternyata jadi istri internis!"
"Memang mau jadi istri siapa? Bakul bakso bakar?" tanya Yudha asal.
"Kalau bakul bakso bakarnya Mas, aku mau!"
***
Ramon meletakkan stetoskopnya di meja. Ia sedang jaga IGD sekarang. Kepalanya pening terlebih mendengar berita bahwa Lili akan segera bertunangan dengan internis itu!
Ia masih tak habis pikir, kenapa ia kalah dengan internis tiga puluh lima tahun itu? Apa kurangnya ia di mata Lili? Ia menghela nafas panjang! Dari awal semester ia sudah mencoba mengambil hati Lili, tapi gagal! Ia terlalu sayang dengan pendidikannya, tak mau terpecah fokus dengan hubungan percintaan. Tapi ketika sudah lulus, kenapa ia malah membuka hati untuk orang lain?
Benar memang dulu Lili menolaknya beulang kali, tapi ia masih belum menyerah! ia harus mendapatkan gadis itu! Harus!
Ia memijit keningnya ketika kemudian sebuah brankar terdorong masuk!
"Dok! Tolong!" wanita paruh baya itu tergopoh-gopoh menghampiri Ramon.
"Ibu yang tenang ya!" Ramon segera bangkit. "Tolong periksa dulu sudah bukaan berapa!" perintahnya pada Melinda, bidan jaga di IGD.
"Mana suaminya?" tanya Ramon pada wanita paruh baya itu.
"Saya, Dok!"
Ramon tersentak, ia tercengang cukup lama. Namun kemudian ia mendapatkan jawaban tentang apa yang tadi sedang ia pikirkan.
'Kamu harus jadi milikku, Li'
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 458 Episodes
Comments
🎯Pak Guru📝📶
saya mampir ya
bom LIKE
mampi juga karyaku
ILMU YANG BERMANFAAT.
2020-09-07
0
Arik Susilowati
vv
2020-08-07
0
PUTRI S. TAMIRA
ko aku mikirnya lili mau di hamilin yah hehe
2020-07-03
4