Lili hendak menuju bangsal radiologi ketika sosok itu menarik bahunya.
"Apaan sih!" bentaknya ketika tahu siapa yang menarik bahunya, Ramon.
"Aku nggak habis pikir aja sama kamu!"
Lili mengerutkan dahinya, maksudnya apaan sih? Anak ini lagi kesambet setan mana?
"Maksud kamu apa, Mon?"
"Kamu nolak aku yang jelas-jelas dari semester satu berjuang buat dapetin kamu, bahkan sampai sekarang pun masih berusaha buat bisa dapetin kamu, tapi kamu malah ... "
"Apaan sih, Mon? Please aku dari dulu udah bilang kan, aku nggak bisa sama kamu! Kita temenan aja!" Lili nggak habis pikir, kabar kedekatan dirinya dan Dokter Yudha sudah tersebar sampai RSUD sebelah!
"Dan kamu lebih memilih internis yang selisih sepuluh tahun lebih tua dari kamu itu daripada aku?" suara Ramon mulai serak.
"Tau apa kamu soal Dokter Yudha?" tantang Lili mulai jenuh. Punya hak apa dia melarang?
"Li, sadar!" Ramon mencoba meraih tangan Lili, tapi Lili menepisnya.
"Ramon, dengerin aku kali ini aja, please! Sejak dulu aku sudah bilang kan, aku sudah ngasih jawaban ke kamu soal perasaan kamu. Aku nggak bisa!"
Ramon mencoba meraih tangan Lili, kali ini dia berhasil!
"Li, kasih aku kesempatan!"
Lili hanya menggeleng, ia berusaha sekuat tenaga melepas genggaman tangan Ramon, tapi ia kalah kuat.
Di sudut lain, ada sepasang mata sedang memperhatikan mereka dari jauh. Sepasang mata itu kemudian berpaling dan pergi dari tempatnya, membiarkan dua sejoli itu melanjutkan pembicaraan mereka.
***
"Dari mana sih, aku tungguin nih!" Rendra memanyunkan bibirnya ketika sosok Lili baru muncul.
"Sori broo, tadi ada orang gila cari masalah!" jawabnya asal sambil menyodorkan map status pasien.
"Orang gila dari mana?" tanya Rendra serius, belum paham kalau yang Lili sebut orang gila itu teman satu geng nya, Ramon.
"Dari RSUD di Solo Utara sana, nyasar sampai sini!"
"Lho sana nerima pasien gangguan jiwa juga?" Rendra masih belum mengerti.
"Bukan pasien nya yang gila, tapi dokter koas nya!" Lili setengah berteriak lalu berbalik dan pergi dari bangsal radiologi.
Rendra masih berpikir keras, siapa orang gila yang dimaksud Lili? Dari RSUD Solo Utara? Sedetik kemudian ia paham siapa yang Lili maksud!
***
Lili masih sangat kesal! Harus berapa kali sih dia nolak laki-laki itu? Dikiranya Lili nggak tahu hobinya godain adik tingkat? Berjuang buat dapetin Lili katanya, gombal!
Di depan pintu interna, dia berpapasan dengan Dokter Yudha. Dia sudah membawa tasnya, tumben! Mau kemana?
"Dokter!" panggil Lili ketika Dokter Yudha hanya melewatinya tanpa menyapa atau dan yang lainnya.
Sosok itu terus melangkah, tak memperdulikan Lili yang masih bengong di tempatnya berdiri. Ada apa lagi ini?
Lili bergegas mengekor mengikuti langkah Dokter Yudha.
"Ngapain? Ada perlu apa?" tanyanya sangat dingin dan kaku.
Lili tercekat, kenapa dia berubah jadi zombie lagi? Padahal tadi pagi begitu manis, sangat manis padanya. Ada apa?
Sosok itu berhenti, Lili berharap sosok itu menoleh ke arahnya, namun sia-sia, sosok itu kembali melangkah, tanpa menoleh.
Lili merasa tubuhnya dingin! Kenapa jadi seperti ini? Apa kesalahan yang sudah ia lakukan? Atau jangan-jangan ...
Lili menyadari sesuatu, bergegas ia segera menyusul langkah Dokter Yudha. Apakah karena kejadian tadi? Atau karena ada sesuatu yang lain? Lili tak yakin dengan apa yang berkecamuk dalam pikirannya, yang jelas ia harus memburu Dokter Yudha segera, dan mencari tahu akar permasalahannya.
***
Yudha membanting pintu mobilnya dengan kesal! Harusnya dia sadar diri dia siapa, dan Lili siapa! Gadis muda secantik dia pasti banyak yang naksir kan?
Bayangan sosok pemuda tadi terus menganggunya. Tampan dan pasti tidak setua dirinya! Dan lebih pantas mendapatkan Lili daripada dirinya!
Yudha segera menghidupkan mesin mobil dan membawa mobilnya keluar halaman rumah sakit. Untung semua urusan pasien sudah beres, jadi dia bisa segera lari menghibur diri, menguatkan hatinya agar tak kembali terlukai.
***
Yudha membawa beberapa komik itu ke kasir, sudah lama ia tidak membeli komik baru. Dari dulu penghibur hatinya adalah buku-buku bergambar itu.
Sudah jam delapan malam! Ia melirik sekilas Smartphone miliknya. Nampak di layar ada belasan panggilan tak terjawab, dari Lili!
Mendadak hatinya terasa perih, dimasukkan kembali Smartphone ke dalam sakunya. Setalah semua pembayaran usai, ia bergegas turun dan menuju parkiran.
Apa yang harus dia lakukan sekarang? Menemui gadis itu minta penjelasan? Tapi apa pula haknya? Apakah semalam mereka resmi berpacaran? Rasanya tidak karena Yudha sendiri tidak memintanya semalam, ia masih menggulur waktu, agar ia bisa membuktikan ke Lili bahwa dia layak mendapatkan gadis itu.
Bodoh! Harusnya kemarin dia tembak sekalian. Bukan hanya mengutarakan perasaan dan meminta waktu untuk membuktikan perasaannya!
Yudha makin gusar, sekarang ia harus bagaimana? Yudha membelokkan mobilnya, sedetik kemudian ia tersentak ketika melihat Lili sudah berada di teras rumahnya.
Yudha tercekat, harus bagiamana dia sekarang? Turun? Atau memutar mobil pergi lagi? Ah ... sungguh dia sangat bodoh dalam urusan seperti ini!
Yudha menghembuskan nafas berat, kemudian ia turun dengan perasaan berkecamuk. Kenapa gadis itu diam saja? Yudha mempercepat langkahnya, sedetik kemudian ia tertegun ketika mendapati Lili tengah tidur bersandar di kursi terasnya.
Sejak kapan gadis itu menunggu disini? Yudha melangkah perlahan. Ditatapnya wajah gadis itu dalam-dalam. Ah ... memandang wajahnya hatinya merasa sejuk, tapi jika ingat apa yang dilihatnya tadi, sejuk itu berubah menjadi pedih yang menjalar.
Yudha mendekat, apa yang harus dia lakukan? Belum sempat ia bergerak, Lili sudah menggeliat dan membuka matanya.
"Dokter dari mana?" tanyanya lirih.
"Ada apa?" jawabnya kaku, sedetik kemudian ia merasa bersalah, terlebih ketika tatapan Lili berubah jadi sendu.
"Kalau saya ada salah, saya mohon maaf sebesar-besarnya, Dokter!" Lili mencoba tersenyum. "Tapi alangkah baiknya jika dokter menegur apa kesalahan saya daripada mendiamkan saya seperti ini."
Hati Yudha mendadak sangat perih, ia tak tega melihat pancaran wajah gadis di depannya. Harus bagiamana dia sekarang?
"Kalau begitu saya pamit ya, Dok! Maaf kalau sudah menganggu, dan sekali lagi saya minta maaf kalau saya sudah melakukan kesalahan." Lili mencoba tersenyum. "Selamat malam, Dokter Yudha!"
Yudha masih mematung, bahkan ketika gadis itu melewatinya. Sedetik kemudian ia tersentak, ditariknya keras-keras tangan Lili sebelum ia benar-benar menjauh. Ditariknya keras hingga tubuh gadis itu membentur tubuhnya sendiri, lalu dipeluknya erat-erat.
"Jangan khawatir kan aku, jika kamu lebih memilihnya, pergilah!"
Gadis itu melepaskan pelukannya, matanya membulat. Sedetik kemudian Lili tertawa. Tangan putih bersih itu meraih kedua tangannya, mata sipitnya menatap lurus ke dalam bola matanya. Yudha jadi salah tingkah!
Gadis itu tersenyum, Yudha tak berani membalas tatapan mata itu. Ditundukkan kepalanya dalam-dalam, hingga ia merasakan bibir lembut itu menyentuh pipinya.
"Saya rasa ini sudah cukup menjawab apa yang Dokter katakan barusan!" bisik gadis itu tepat ditelinganya.
Yudha mengangkat kepalanya, ditatapnya gadis itu dalam-dalam, Lili hanya tersenyum, wajahnya merah padam, menggemaskan!
"Jadi ...." Yudha hendak melanjutkan kalimatnya ketika kemudian tubuh mungil itu memeluk tubuhnya erat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 458 Episodes
Comments
minimoni
ceritanya bagus sih thor... beda dari yg lain. tapi terpotong-potong. lebih mirip sebuah naskah daripada novel.
2021-12-04
0
SHalma Dhirga Sabar
seru tpi pusing jga bacax, cerita nya loncat 2
2021-08-05
0
Rizki
bagus ceritanya tentang dunia medis so sweet dech....
2021-03-18
0