"Sudah baikan?" Yudha menyentuh kening Lili sebelum memutuskan untuk berpamitan.
"Masih nyeri dikit, Mas." ujar Lili sambil memijit keningnya.
"Iya, dahi mu kan dijahit! Jangan lupa minum anti nyerinya. Biar besok aku yang ganti perban dan periksa jahitannya!"
"Terimakasih banyak ya, Mas!" Lili tersenyum.
"Sama-sama, kalau gitu aku balik dulu ya! Kalau butuh apa-apa telfon aja!" Yudha mendekat, lalu mencium lembut kening Lili.
Sejenak paras gadis itu memerah, ia kemudian hanya mengangguk dan tersenyum. Yudha melambaikan tangannya lalu masuk dan mulai menghidupkan mesin mobilnya.
Yudha menghembuskan nafas berat, jadi ini jawaban atas kekhawatiran nya akan Lili? Untung hanya jidatnya cuma bocor dikit, kalau lebih parah?
Tiba-tiba ia teringat kejadian di IGD tadi. Wajahnya memanas, dan kejadian tadi membuat Yudha semakin ingin segera meminang Lili. Ah ... rasanya ia benar-benar hidup sekarang!
"Selamat tinggal masa lalu ..."
***
Lili memandang pantulan wajahnya di cermin, perban itu cukup menganggu! Bagaimana bisa sih anak baru belajar naik motor nyasar ke jalan raya? Untung dia yang di tubruk, coba kalau mobil, bus, truk? Bisa habis anak itu!
Lili menghembuskan nafas berat, ia mengelus bibirnya, yang kemudian membawanya kembali pada kejadian tadi. Lili memang pernah dicium laki-laki, tapi entah mengapa yang dilakukan Dokter Yudha berbeda!
Ia nyaman, ia suka, ia merasa di cintai, di lindungi. Lili mendapati wajahnya memerah. Laki-laki itu benar-benar telah membuatnya jatuh hati.
***
Lili sudah siap dengan sneli dan tas nya ketika sosok itu sudah muncul di depan pintu kontrakan. Ia tampak gagah seperti biasa dengan Hem Maroon dan sneli lengan panjangnya
"Lho, kamu mau kemana?"
"Ke rumah sakit lah, Mas!" jawab Lili lalu meraih tas miliknya.
Dokter Yudha menarik lengan Lili lalu membawanya duduk di sofa. Bungkusan plastik yang ia bawa diletakkan di atas meja.
"Mana kotak P3K mu?"
"Didekat kulkas, sebentar aku ..."
"Aku aja yang ambil!" Dokter Yudha bangkit mendahului Lili lalu melangkah ke dapur.
Lili terpaku di tempatnya duduk. Sungguh kenapa laki-laki itu makin hari makin membuat ia semakin jatuh hati?
"Agak kesulitan cuci muka nggak tadi?" tanya Dokter Yudha kemudian duduk di sampingnya.
"Iya nih, Mas! Takut basah, jadi cuma setengah aja tadi cuci mukanya."
"Aku bawain yang anti air, biar nggak repot!"
Lili menatap wajah di depannya, wajah itu makin mempesona ketika serius mengecek dan menganti perban di dahi Lili. Ahh ... rasanya begitu teduh raut wajah itu.
"Sudah selesai!" ujar Dokter Yudha tersenyum.
"Terimakasih banyak, Mas!" Lili tersenyum lalu reflek menggenggam tangan Dokter Yudha.
"Hari ini kamu libur dulu aja!" Dokter Yudha membalas genggaman tangan Lili.
"Tapi ...."
"Sudahlah, urusan absen mu dan lain-lain aku yang urus." potong Dokter Yudha ketika Lili hendak membantah.
Lili hanya mengangguk sambil tersenyum, rasanya ia sudah lebih baik. Sangat baik malah!
"Ini aku bawakan sarapan, jangan lupa obatnya diminum dan lekas sembuh sayang!" Dokter Yudha bangkit, mencium kening Lili. "Aku berangkat dulu ya, istirahat dirumah!"
Lili membeku di tempatnya duduk. Ia hanya mengangguk dan tersenyum, ketika Dokter Yudha melangkah keluar, ia mengekor di belakangnya.
Lili membalas lambaian tangannya, ahh rasanya begini mungkin ketika esok mereka menikah. Sedetik kemudian Lili teringat sesuatu, ia segera masuk ke dalam rumah ketika mobil Dokter Yudha sudah menghilang dari pandangannya.
"Hallo, Mi ... " ujarnya ketika suara Mami sudah menggema di telinganya. "Melisa pengen bilang sesuatu."
***
Dewi melepas kacamatanya. Ia menghembuskan nafas berat, sejenak ia tampak berpikir, entah berpikir atau melamun. Namun ia tampak mempertimbangkan sesuatu.
"Mi ... ada apa?" suara Handoko cukup pelan namun mampu membuatnya tersentak.
"Melisa barusan telepon, ada hal penting yang ingin Mami bicarakan, Pi!"
"Dia baik-baik saja kan?" Handoko sudah duduk di kursi tepat di depan istrinya.
"Habis keserempet motor kemarin pas di rumah sakit!" jawab Dewi kemudian meneguk air putih yang tersedia di meja prakteknya.
"Kok bisa? Parah lukanya?" seketika suara Handoko meninggi. Melisa anak perempuan satu-satunya, tentunya ia tak ingin Melisa kenapa-kenapa.
"Cuma luka kecil, dia libur koas dulu!" jawab Dewi santai sebelum sang suami makin panik.
"Syukurlah kalau begitu. Lantas apa yang ingin Mami bicarakan?"
Dewi tampak menarik nafas dalam-dalam. "Ada seseorang yang ingin melamarnya!"
"Apa?" Handoko tampak tertegun. Secepat itukah si bungsu kesayangannya tumbuh?
"Konsulen di rumah sakit katanya." ujar Dewi sebelum suaminya bertanya.
"Tunggu!" Handoko seperti tersadar begitu Dewi menyebut 'Konsulen'. "Konsulennya Melisa di rumah sakit? Umur berapa dia?"
"Iya, Pi! Namanya Yudha, dia internis. Umur sudah tiga puluh limaan, tapi masih lajang!"
"Apa tidak ada yang lebih muda?" Handoko protes, anaknya masih dua puluh empat, kenapa tidak cari yang sebaya? Atau paling tidak dua-tiga tahun lah selisih mereka.
"Melisa jarang cerita kalau Deket sama lawan jenis, Pi. Kalau dia sudah buka kartu begini biasanya anak itu sudah benar-benar yakin dengan keputusan yang dia ambil!"
"Rasanya aku belum siap melepasnya, Mi!" Handoko tampak murung, rasanya begitu cepat! Atau dia sendiri yang telah banyak melewatkan momen pertumbuhan anaknya?
Bagaimana tidak, ia seorang dokter. Dari pagi sampai sore praktek di rumah sakit, sore pulang, mandi, sekedar say hallo dengan anak-anak lalu berangkat praktek lagi sampai malam di klinik.
Ahh ... tiba-tiba Handoko sendikit menyesal. Mengapa ia tidak jadi pengusaha saja, hingga ia punya waktu banyak untuk keluarganya, anak-anaknya?
"Usia Melisa sudah hampir seperempat abad, Pi. Perempuan jika terlalu berumur menikah juga tidak baik kan?" Dewi menggenggam tangan suaminya. "Beresiko untuk kandungannya kelak, keturunannya juga."
"Apa dia laki-laki yang baik? Bertanggung jawab?"
"Kita cari tahu, bukankah cukup mudah bagi kita untuk menelusurinya?"
"Aku setuju!" Handoko tersenyum, ada untungnya juga istrinya ambil spesialisasi kejiwaan, ia sangat pintar menenangkan dan menuntunnya untuk berpikiran jernih.
"Tak kubiarkan sembarangan laki-laki menikahi putri ku satu-satunya!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 458 Episodes
Comments
Heny Ekawati
keluarga dokter ini ceritax
2021-10-18
0
Veny Wyky Kumara
2 keluarga dokter semua... 👍
2021-02-09
0
Evie Agoestyn
ceritanya sengaja bikin pembaca penasaran..jadi dibikin sedikit ngambang dan kadang ga nyambung klo kita ga bner2 ngeh..y kan thor?
jadi makin penasaran ❤❤
2021-01-24
0