"Tok...tok...tok!"
Lili tersentak, ia melirik jam dinding kamarnya, baru jam enam lebih lima belas menit! Ia mematut di depan kaca sekali lagi, setelah dirasa semua sempurna, ia melangkah keluar kamar.
Lili membuka pintu, tampak Dokter Yudha sudah berdiri dibalik pintu dengan Hem abu-abu tanpa snelinya. Lili terkesiap, wajah itu tampak sangat menawan, wangi parfumnya begitu semerbak, semakin membius Lili dengan penampilannya.
"Sudah siap?" Dokter Yudha menyapa setelah sang empu rumah hanya bengong setelah membukakan pintu.
"Su ... sudah, Dok. Sebentar!" Lili meraih tas dan snelinya, lalu mengunci pintu rumah.
"Sudah sarapan?" tanya Dokter Yudha setelah mereka melangkah ke mobil.
Lili hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya.
"Ibu membawakan sarapan untukmu!"
Lili terkejut, kembali hati kecilnya menyesal telah dengan tega membohongi orangtua sebaik Ibu Ratna.
"Terimakasih, Dok!" ucap Lili ketika mereka sudah di dalam mobil.
"Jangan berterimakasih kepadaku!"
Lili menegang, akhir-akhir ini Dokter Zombie itu banyak tersenyum. Mukanya sudah tidak sekaku biasanya, tampak hangat, dan semakin membuatnya terpesona!
"Nanti ada operasi, mau ikut?" tawarnya ketika Lili banyak diam.
"Operasi apa, Dok?
"Apendix, kalau mau nanti setelah selesai praktek jangan pulang dulu!"
Lili hanya mengangguk. Diliriknya laki-laki itu yang nampak sangat berwibawa dan sekali lagi nampak menawan.
Mobil yang mereka tumpangi sudah mulai masuk kedalam halaman rumah sakit, setelah mendapatkan parkir, Lili turun.
"Li! Ikut aku ke ruang praktekku!" perintahnya tanpa menunggu Lili.
Lili mengekor di belakangnya, ada apa? Membahas sandiwara itu lagi? Atau semata-mata soal pasien? Lili menutup ruang praktek Dokter Yudha, ia kemudian duduk tepat di depannya.
"Ada masalah apa, Dok?"
Dokter Yudha menghembuskan nafas, kemudian menatapnya dalam-dalam. "Apa tidak akan jadi masalah jika kau membantuku? Maksudku apakah pacarmu atau tunangannya tidak akan marah?"
Lila tersenyum, wajahnya sedikit memerah membuat laki-laki di depan makin berdebar-debar.
"Saya masih sendiri, Dok!"
Dokter Yudha tersentak, ia mengerutkan dahi lalu tersenyum masam, seperti tidak percaya dengan apa yang di dengar oleh nya.
"Dokter tidak percaya?"
"Secantik kamu?"
Lili tertawa, "Saya sudah berkomitmen akan lebih mengutamakan kuliah saya ketimbang masalah seperti itu, Dok!"
"Oke kalau begitu, setidaknya kamu jadi tidak bermasalah karena telah membantuku!"
Lili tersenyum, 'Tidak bermasalah? Aku hampir tidak bisa tidur semalaman apa itu tidak bermasalah?'
***
"Li! Aku mau minta penjelasan!" Nindi memburu Lili yang sedang berjalan ke Poli penyakit dalam.
"Penjelasan?" Lili mengerutkan dahi.
"Jangan pura-pura bodoh, kemarin poli mu heboh membicarakan tentang kalian!"
"Kalian siapa?"
Nindi gemas, dicubitnya pipi mulus Lili!
"Ada apa kamu sama Dokter Zombie konsulen mu itu?"
"Oohh ... " hanya itu yang keluar dari mulut Lili.
Nindi semakin gemas, ia terus memburu Lili meskipun poli bedah berseberangan arah dengan Lili.
"Kalian jadian?"
"Hanya karena aku pulang bersamanya terus kamu menyimpulkan kami jadian gitu?"
"Tapi kamu pulang untuk bertemu ibunya kan?"
Apa??
Lili tak menyangka bahwa pertemuannya dengan Ibu Ratna menyebar, ini rumah sakit apa gudang gosip sih? "Siapa yang bilang itu?"
"Perawat-perawat di poli mu!"
Lili memutar kembali rekaman kemarin di otaknya, oh ia lupa! Ada Suster Yuni ketika Dokter Yudha mengajaknya pulang! Pantas saja!
"Siapa saja yang tahu soal ini?"
"Hampir seluruh dokter, mahasiswa koas, dan sampai cleaning servis tahu, Li!"
Gila, ini benar-benar bukan rumah sakit, tapi gudang gosip! Lili mempercepat langkahnya, belum sampai ia di polinya, ia berpapasan dengan Dokter Andri.
"Pagi, Li!"
Lili menjabat uluran tangan dokter syaraf itu. "Pagi juga, Dokter!"
"Nggak kusangka, Yudha ternyata masih normal, dan nggak salah pilih!"
Lili tercengang, "Maksud Dokter?"
"Iya, dia dari koas sampai diterima di rumah sakit ini jangan kan jalan sama cewek, ramah sama cewek aja nggak pernah! Semula kukira dia gay, eh ternyata seleranya yang terlalu tinggi!"
Lili tak tahu harus menjawab apa, dia hanya tersenyum masam lalu berpamitan untuk kembali melangkah menuju polinya.
'Ini orang disini pada kurang hiburan apa, demen amat ngegosip, sampai dokter sekelas Dokter Andri pun ikut nimbrung!'
Atau apa memang benar karena perubahan Dokter Yudha yang terlampau ekstrim? Separah itukah luka hatinya hingga beramah tamah dengan wanita pun ia ogah?
Lili sudah mendengar banyak cerita perihal kakunya, juteknya, sombongnya Dokter Yudha ketika berhadapan dengan wanita dari semua orang dirumah sakit! Dan sekarang ia menjadi lain, benarkah karena Dokter Yudha menyukainya?
***
"Mana Lili?" Yudha meletakkan tas nya dibatas meja.
Bu Sisi dan beberapa perawat nampak syok, tak percaya dengan apa yang barusan mereka dengar. Dokter Yudha mencari Dokter Lili?
"Anu ... Dokter Lili baru ke kantin, Dok!" Bu Sisi terbata menjawab.
"Oke, biar saya susul kesana, terimakasih!"
Semua tampak semakin syok, begitu Yudha menghilang dari pandangan mereka, bisik-bisik itu kembali menggema.
Yudha menyusuri lorong rumah sakit, hingga kemudian, Yanuar, sejawatnya di poli THT menepuk pundaknya.
"Gila, kaget aku!" Yudha memukul lengan Yanuar hingga dia terkekeh.
"Selamat!"
"Untuk?" tanyanya cuek.
"Selamat untuk kesembuhan mu dari trauma masa lalu!"
Yudha menatap Yanuar dalam, "Menurutmu aku sudah sembuh?"
Yanuar menghela nafas. "Yud, aku bosan bertemu denganmu! Kita satu sekolah SMA, satu fakultas, hanya saya tempat koas kita yang berbeda, setelah bekerja pun, kita satu tempat, aku paham betul seperti apa, bagaimana kamu!"
Yudha mengangguk-angguk.
"Kamu nampak sangat berbeda setelah kedatangan mereka, dokter Koas periode ini! Terlebih setelah ternyata kamu sendiri yang memilih Lili untuk kau bimbing, sangat lain dari kebiasaannya mu!"
"Menurutmu apa aku jatuh cinta?"
Yanuar mendengus kesal. "Benar ya, kata yang bilang kalau sepintar apapun seseorang, ia akan menjadi sangat bodoh dan dungu ketika jatuh cinta!" Yanuar terkekeh.
Yudha terdiam, entah ia sendiri bingung dengan perasaannya, yang jelas ia sangat ingin selalu dekat dengan Lili, memandang wajahnya, mata jernihnya ... ah ...
"Yud, sudah saatnya! Lupakan bayangan buruk itu! Bangun masa depanmu!"
Yudha hanya terpaku melihat sejawatnya itu melangkah pergi. Ya! Aku harus bangkit! Kalau pun Lili tak memiliki rasa untuknya, setidaknya ia punya banyak waktu dan kesempatan untuk membuatnya jatuh cinta!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 458 Episodes
Comments
Veny Wyky Kumara
penisirin, amoxilin. lanjuuuutt...
2021-02-09
0
𝐀⃝🥀Ossy
mantab thor..😍😍😍
2021-02-01
0
Susanti Septisari
syuka.....ceritanya bagus...😍
2021-01-27
0