Taaruf

Minggu pagi ini Adi bangun dengan penuh semangat. Sejak tadi, senyum tak pernah lepas dari wajahnya. Bahkan saat mencuci mobil, dia berdendang dengan riang. Hal yang wajar sebenarnya mengingat penantiannya selama ini.

Usai salat Subuh, Dita sudah sibuk di dapur menyiapkan sarapan, karena Rendra akan latihan karate di Gelanggang UGM pukul 07.00 nanti. Jadi pukul 06.00 dia harus sudah selesai menyiapkan sarapan dan bekal untuk suaminya.

Bukan makanan dengan nasi untuk sarapan Rendra, hanya segelas susu, sepotong sandwich dan buah potong agar perutnya tidak kosong saat karate nanti. Sementara untuk bekalnya sebotol penuh air putih dan beberapa potong sandwich.

Setelah menyiapkan sarapan dan bekal suaminya, Dita ke kamar mengecek Rendra yang tadi menyiapkan baju karate dan kelengkapannya.

"Sudah dimasukkan semua, Mas?" tanyanya ketika melihat tas ransel suaminya sudah rapi di atas kursi kerja.

"Sudah, Sayang," jawab Rendra yang baru keluar dari kamar mandi.

"Ini bekalnya aku taruh di tas ya, Mas." Dita membuka kembali ransel Rendra untuk memasukkan bekal suaminya.

"Iya, Sayang. Tolong ditata sekalian."

"Sarapan dulu, Mas, biar enggak kosong perutnya." Dita selesai menata kembali isi ransel Rendra.

"Yuk, kita sarapan." Rendra merangkul bahu istrinya. Mereka ke luar kamar saling berangkulan menuju ke meja makan.

Dita menemani Rendra sarapan, tetapi dia tidak ikut makan.

"Dek," panggil Adi yang baru selesai mencuci mobil.

"Ya, Mas. Ada apa?" Dita menoleh pada Adi.

"Pilihin aku baju untuk nanti ya," kata Adi.

"Iya, nanti aku pilihin kalau Mas Rendra sudah berangkat," sahut Dita.

"Sayang, bantuin Mas Adi sana, aku enggak apa-apa makan sendiri."

"Eh, jangan. Enggak apa-apa Mas, lagian juga masih lama waktunya. Prioritasku sekarang Mas Rendra." Dita tersenyum manis pada suaminya.

"Baru sarapan, Ren?" Adi menghampiri mereka.

"Iya. Mas Adi mau sarapan sekalian?" tanya Rendra balik.

"Nanti aja, aku mau ambil minum dulu. Haus." Adi menuju dispenser untuk mengambil minum.

"Mas Adi nanti mau sarapan kaya Mas Rendra atau pakai nasi?" tanya Dita setelah Adi duduk di depannya usai mengambil minum.

"Rendra makan sama apa?" Adi melongok sarapan adik iparnya.

"Susu, sandwich sama buah."

"Ya udah, samain aja tapi aku sandwich-nya jangan cuma satu ya, Dek."

"Iya, mau aku siapin sekarang apa nanti?" tawar Dita.

"Nanti aja Adek siapin pas Mas mandi. Aku keringin keringat dulu."

"Sudah siap ketemu orang tua Adel, Mas?" tanya Rendra pada kakak iparnya.

"Insya Allah, Rend," jawab Adi dengan mantap.

"Semangat, Mas. Semoga semuanya dilancarkan."

"Aamiin. Makasih, Rend."

Setelah sarapan, Rendra berangkat ke Gelanggang UGM. Sedangkan Dita membantu Adi memilih baju yang akan dipakai ke rumah Adelia. Sesudah itu, dia membuatkan sarapan untuk kakaknya itu.

"Duh, gantengnya Mas-ku. Pasti nanti Mbak Adel tambah terpesona." Dita memuji Adi yang sudah rapi dengan kemeja slimfit lengan panjang berwarna abu-abu muda dengan aksen krah berwarna biru tua, membuat penampilan Adi terlihat lebih segar.

"Adek, bisa aja." Adi tersenyum lebar mendengar pujian adik semata wayangnya itu.

"Kalau aku bukan adik kandungnya Mas, pasti aku udah naksir sama Mas."

Adi tertawa kecil. Dia lalu duduk dan makan sarapan yang dibuat Dita.

"Adek enggak makan sekalian? Tadi juga enggak makan kan sama Rendra."

"Aku bikin sandwich sambil makan, Mas." Dita terkekeh.

"Oh, pantas. Nanti Rendra langsung pulang kan dari Gelanggang?"

"Insya Allah, kalau enggak keasyikan ngobrol. Aku juga mau beberes rumah."

"Adek, enggak usah bersih-bersih rumah. Istirahat aja. Sudah ada Mbak Surti yang beresin semuanya."

"Aku mau beresin dapur aja, Mas. Nata kulkas tuh biar lebih rapi. Mas, juga gampang kalau mau masak."

"Ya udah, tapi kalau capek jangan dipaksakan loh, Dek. Mas enggak mau Adek kecapekan gara-gara beberes dapur."

"Siap, Mas."

Adi menghabiskan sarapannya ditemani Dita sambil terus mengobrol tentang banyak hal.

Pukul 08.30 Adi bersiap berangkat ke rumah Adelia.

"Mas berangkat dulu, Dek. Doakan lancar semuanya." Adi mengelus kepala Dita.

"Aamiin. Insya Allah semua dilancarkan dan dimudahkan, Mas. Aku selalu mendoakan, Mas."

Dita mencium tangan Adi dan kedua pipinya, lalu Adi membalas dengan mencium kening adiknya. Dita memeluk Adi untuk memberinya dukungan. Dia juga mengantar kakaknya itu sampai di depan pintu rumah.

"Mas berangkat. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabakatuh."

Adi melangkah masuk ke mobil.

"Ganbatte, Oniichan!" teriak Dita sambil mengepalkan kedua tangan di depan dadanya. (Semangat, Mas!)

Adi tersenyum lebar melihat dukungan penuh dari adiknya. "Hai, ganbarimasu." (Ya, aku akan semangat)

Adi melajukan mobil meninggalkan rumahnya. Tadi sewaktu masih di rumah, perasaannya masih biasa saja. Tapi sekarang, jantungnya berdebar kencang. Dia sudah mulai gugup. Keringat mulai membasahi telapak tangannya. Akhirnya dia menyetel murottal di mobil agar hatinya lebih tenang.

Dua puluh menit berlalu, akhirnya Adi tiba di depan rumah Adelia. Dia memarkirkan mobil di samping pintu gerbang rumah. Sebelum turun, dia memastikan penampilannya telah rapi. Dia lalu mengambil kotak wadah japanese cheese cake yang sudah disiapkan Dita di kursi samping. "Bismillah," ucapnya sebelum keluar dari mobil.

Adi ke luar dari mobil dengan menenteng tas untuk buah tangan keluarga Adelia. Dia berjalan ke depan pintu rumah dengan tegap, meski debaran jantungnya sudah semakin kencang.

Adi memencet tombol bel di samping pintu. Tak lama muncul seorang wanita paruh baya yang membukakan pintu.

"Assalamu'alaikum, Bu. Saya Adi ingin bertemu dengan keluarga Adelia," sapa Adi dengan ramah dan senyum manisnya.

"Wa'alaikumussalam, oh ini calonnya Mbak Adel."

Adi menganggukan kepala sambil tersenyum malu. "Insya Allah, Bu."

"Jangan panggil, Bu, panggil saja Mbok Sum. Monggo Mas, masuk dulu. Mbok panggilkan Mbak Adel."

"Nggeh, maturnuwun, Mbok Sum." Adi masuk ke dalam ruang tamu yang cukup luas dan elegan. Ada foto keluarga mereka dengan pigura bercat warna emas yang terpampang di salah satu dinding ruangan. Adi kemudian duduk di salah satu sofa.

"Mbak Adel, calonnya sudah datang itu." Mbok Sum memberi tahu Adel yang sedang mematut diri di depan cermin yang ada di ruang keluarga.

"Makasih, Mbok. Sudah bilang papa sama mama?"

"Belum, Mbok kasih tahu Mbak Adel dulu."

"Ya udah, aku aja yang panggil papa sama mama. Tolong panggilkan Arsen ya, Mbok."

"Iya, Mbak." Mbak Sum mengangguk.

"Mbak Adel ki cen pinter golek bojo, ngganteng tenan mas e," puji Mbok Sum yang ternyata belum beranjak. (Mbak Adel memang pintar cari suami, ganteng sekali masnya.)

"Alhamdulillah, Mbok. Kalau yang ini enggak cuma wajahnya yang ganteng, akhlaknya juga bagus." Adelia tersenyum bangga saat mengucapkannya.

"Mbok ikut seneng, Mbak. Semoga ini benar-benar jodoh Mbak Adel."

"Aamiin. Sudah Mbok, malah ngobrol di sini. Aku kasih tahu mama sama papa dulu."

"Nggeh, Mbak."

Adelia memberi tahu kedua orang tuanya kalau Adi sudah datang, sebelum dia menemui Adi di ruang tamu.

"Assalamu'alaikum, Mas. Maaf lama menunggu," sapa Adelia yang tampak cantik dengan balutan gamis berwana baby blue dengan hijab yang senada.

"Wa'alaikumussalam, Adel. Iya, tidak apa-apa." Adi berdiri dari duduknya. Sebentar saja dia mengagumi kecantikan Adelia. Dia tak berani menatap Adelia lama-lama. Bukan karena dia tidak suka melihat penampilan Adel, tetapi dia ingin menjaga hati dan pandangannya dari hal yang belum halal baginya.

"Mmm ... ini ada titipan dari Dita." Adi menyerahkan tas yang berisi japanese cheese cake buatan Dita.

"Wah malah repot-repot, Mas. Tolong sampaikan terima kasih sama Dita."

"Enggak repot kok. Nanti aku sampaikan sama Dita." Adi kembali menundukkan pandangannya.

"Jadi ini yang sudah mencuri hati anak papa." Sesosok pria setengah baya yang masih gagah muncul dengan seorang wanita yang masih tampak cantik meski sudah berusia lebih dari empat puluh tahun.

"Eh, Papa sama Mama. Pa, Ma, kenalkan ini Mas Adi. Mas Adi ini papa dan mamaku." Adel memperkenalkan mereka.

"Assalamu'alaikum, Om, Tante, perkenalkan nama saya Adindra Kusuma, biasa dipanggil Adi." Adi menyalami dengan takzim kedua orang tua Adelia.

"Wa'alaikumussalam, saya Lukman, papanya Adel. Dan ini Sarah, mamanya Adel."

"Mari silakan duduk, Mas Adi," ucap Ibu Sarah dengan ramah.

Adi lalu duduk berhadapan dengan kedua orang tua Adelia.

"Arsen mana, Mbak?" tanya Sarah pada Adelia.

"Baru dipanggil Mbok Sum kayanya, Ma," jawab Adelia.

"Mbak saja yang panggil, kelamaan nanti dia keluarnya. Sekalian ambilkan minum untuk Mas Adi," perintah Ibu Sarah.

"Iya, Ma." Adelia beranjak dari duduknya untuk memanggil adiknya.

"Jam berapa tadi dari rumah, Mas Adi?" Ibu Sarah membuka pembicaraan.

"Jam setengah sembilan, Tante."

"Dekat ya dari sini?"

"Sekitar 20 menit. Kebetulan rumah saya bersebelahan dengan rumah Rendra, temannya Adelia."

"Rendra yang sudah menikah itu?" tanya Pak Lukman memastikan.

"Iya, Om. Istrinya Rendra itu adik kandung saya," jelas Adi.

"Oalah, dunia ternyata sempit," seloroh Pak Lukman yang membuat semuanya tersenyum.

"Nak Adi, bekerja di mana?" Pak Lukman menatap Adi.

"Di salah satu perusahaan konstruksi, Om." Adi menyebutkan nama perusahaan tempatnya bekerja.

"Wah, hebat bisa bekerja di sana. Gajinya pasti besar ini," pancing Pak Lukman.

"Alhamdulillah, Om."

"Sini Dek, kenalan dulu sama Mas Adi nanti dilanjut lagi main game-nya." Adelia menarik keluar sesosok pemuda yang terlihat sibuk dengan gawai di tangannya.

"Dek, simpan dulu hp-nya. Kenalan dulu sama tamu kita," perintah Pak Lukman tegas.

Arsen segera menjeda game-nya. Dia menaruh gawainya di saku celana. Saat dia mendongak dia terkejut melihat sosok Adi. Begitu pula Adi, dia terkejut saat melihat wajah Arsen.

...---oOo---...

Jogja, 300521 00.00

Cerita ini mengikuti kontes You Are A Writer Seasons 5, mohon dukungannya 🙏🤗

Kalau ada masukan, kritik dan saran yang membangun, boleh via kolom komentar, PC atau DM di instagram @kokoro.no.tomo.82

Jangan lupa ritual jempol atau like-nya setelah baca ya, Kak. Terima kasih 🙏🤗

Terpopuler

Comments

Satriawanty Meitridwi Irwansyah

Satriawanty Meitridwi Irwansyah

jangan jangan arsen satu sekolah sama nisa lg?

2023-02-07

0

¢ᖱ'D⃤ ̐𝙽❗𝙽 𝙶

¢ᖱ'D⃤ ̐𝙽❗𝙽 𝙶

loh sampun kenal kalih arsen nggih mas Adi😁😁

2022-07-17

1

🦈Bung𝖆ᵇᵃˢᵉ

🦈Bung𝖆ᵇᵃˢᵉ

selamat mas Adi

2022-07-12

1

lihat semua
Episodes
1 Masa Lalu
2 Bimbang
3 Gelisah
4 Keputusan
5 Happy Family
6 Sebuah Jawaban
7 Kejutan
8 Meminta Restu
9 Taaruf
10 Taaruf 2
11 Pertemuan Keluarga
12 Persiapan Lamaran
13 Lamaran
14 A Brand New Day
15 Best Friends
16 Buka Bersama
17 Buka Bersama 2
18 Curhat
19 Jujur
20 Mengatur Rencana
21 Rentetan Pesan
22 Bertemu Calon Mertua
23 Menikah?
24 Perbincangan Malam
25 Alhamdulillah, Sah
26 Malam Pertama
27 Restu POV
28 Restu POV 2
29 Everything Is Gonna Be Okay
30 Akhir Cerita Cinta
31 Restu POV 3
32 Mulai Romantis?
33 Tertangkap Basah
34 Aishiteiru
35 Berbagi Tugas
36 Selalu Romantis
37 Double Date
38 Double Date 2
39 Merasa Pusing
40 I'm Still A Virgin
41 Masak Bersama
42 Mengidam?
43 Hormon Kehamilan?
44 Dimabuk Cinta
45 Drama
46 Your Wish Is My Command
47 Dinamika Kehamilan
48 Can We Start Now
49 Rutinitas Pagi
50 The Calm Before The Storm
51 You're Mine
52 Cemburu
53 The Storm
54 The Storm 2
55 The Storm 3
56 Siuman
57 Titik Terang
58 Terurai Satu Per Satu
59 Restu POV 4
60 Restu POV 5
61 Makcomblang?
62 Obrolan Santai
63 D-Day
64 D-Day 2
65 D-Day 3
66 Bulan Madu
67 Bulan Madu 2
68 Bulan Madu 3
69 Bubu
70 Ale dan Baba
71 Sang Pemenang
72 Family Time
73 Family Time 2
74 Family Time 3
75 Putusan
76 Lembaran Baru
77 Big Family
78 Kencan Pertama?
79 Ungkapan Cinta
80 Konsultasi
81 Welcome To The World Ale
82 Almair Syabil Daneswara
83 Menanti Sebuah Jawaban
84 Kupinang Kau Dengan Bismillah
85 Bude Lastri
86 Ikhtiar
87 Langkah Baru
88 Rencana ke Depan
89 Malam Pertama Lagi
90 Perempuan Lain
91 Bukan Yang Pertama
92 Bertemu Lisa
93 Siapa Yang Terpantas
94 Pasar Malam
95 Menemani Adelia
96 Test Pack
97 Garis Dua
98 Sensitif
99 Mengintil Kerja
100 Pertemuan Tak Terduga
101 Kejujuran
102 Teror?
103 Adaptasi Kebiasaan Baru
104 Sekar Ayu
105 Bedrest
106 Tamu Tak Diundang
107 Terjadi Lagi
108 Tak Seperti Kemarin
109 Layu Sebelum Berkembang
110 Laparoskopi
111 Pulang
112 Kehangatan Keluarga
113 Berdamai
114 Lebaran
115 Halalbihalal
116 Memulai Hal Baru
117 Merancang Masa Depan
118 Drama Tumbuh Gigi
119 Konfrontasi
120 Rekonsiliasi
121 Hari Terakhir
122 Pingsan
123 Pingsan Lagi
124 Melakukan Pemeriksaan
125 Baby Girl
126 Balas Dendam
127 Proses Penyidikan
128 Penanganan
129 Penangkapan
130 Memberi Keterangan
131 Interogasi
132 Memberi Keterangan 2
133 Ulang Tahun Ale
134 Bertemu Orang Tua Sekar Ayu
135 Bertemu Orang Tua Sekar Ayu 2
136 Ungkapan Hati Adi
137 Menjadi Saksi Sidang
138 Menjadi Saksi Sidang 2
139 Mitoni
140 Mitoni 2
141 Kontrol Kehamilan
142 Pengumuman Cerita Baru
143 Kala Rindu Melanda
144 Keresahan Adelia
145 Selamat Datang, Mbak Alka
Episodes

Updated 145 Episodes

1
Masa Lalu
2
Bimbang
3
Gelisah
4
Keputusan
5
Happy Family
6
Sebuah Jawaban
7
Kejutan
8
Meminta Restu
9
Taaruf
10
Taaruf 2
11
Pertemuan Keluarga
12
Persiapan Lamaran
13
Lamaran
14
A Brand New Day
15
Best Friends
16
Buka Bersama
17
Buka Bersama 2
18
Curhat
19
Jujur
20
Mengatur Rencana
21
Rentetan Pesan
22
Bertemu Calon Mertua
23
Menikah?
24
Perbincangan Malam
25
Alhamdulillah, Sah
26
Malam Pertama
27
Restu POV
28
Restu POV 2
29
Everything Is Gonna Be Okay
30
Akhir Cerita Cinta
31
Restu POV 3
32
Mulai Romantis?
33
Tertangkap Basah
34
Aishiteiru
35
Berbagi Tugas
36
Selalu Romantis
37
Double Date
38
Double Date 2
39
Merasa Pusing
40
I'm Still A Virgin
41
Masak Bersama
42
Mengidam?
43
Hormon Kehamilan?
44
Dimabuk Cinta
45
Drama
46
Your Wish Is My Command
47
Dinamika Kehamilan
48
Can We Start Now
49
Rutinitas Pagi
50
The Calm Before The Storm
51
You're Mine
52
Cemburu
53
The Storm
54
The Storm 2
55
The Storm 3
56
Siuman
57
Titik Terang
58
Terurai Satu Per Satu
59
Restu POV 4
60
Restu POV 5
61
Makcomblang?
62
Obrolan Santai
63
D-Day
64
D-Day 2
65
D-Day 3
66
Bulan Madu
67
Bulan Madu 2
68
Bulan Madu 3
69
Bubu
70
Ale dan Baba
71
Sang Pemenang
72
Family Time
73
Family Time 2
74
Family Time 3
75
Putusan
76
Lembaran Baru
77
Big Family
78
Kencan Pertama?
79
Ungkapan Cinta
80
Konsultasi
81
Welcome To The World Ale
82
Almair Syabil Daneswara
83
Menanti Sebuah Jawaban
84
Kupinang Kau Dengan Bismillah
85
Bude Lastri
86
Ikhtiar
87
Langkah Baru
88
Rencana ke Depan
89
Malam Pertama Lagi
90
Perempuan Lain
91
Bukan Yang Pertama
92
Bertemu Lisa
93
Siapa Yang Terpantas
94
Pasar Malam
95
Menemani Adelia
96
Test Pack
97
Garis Dua
98
Sensitif
99
Mengintil Kerja
100
Pertemuan Tak Terduga
101
Kejujuran
102
Teror?
103
Adaptasi Kebiasaan Baru
104
Sekar Ayu
105
Bedrest
106
Tamu Tak Diundang
107
Terjadi Lagi
108
Tak Seperti Kemarin
109
Layu Sebelum Berkembang
110
Laparoskopi
111
Pulang
112
Kehangatan Keluarga
113
Berdamai
114
Lebaran
115
Halalbihalal
116
Memulai Hal Baru
117
Merancang Masa Depan
118
Drama Tumbuh Gigi
119
Konfrontasi
120
Rekonsiliasi
121
Hari Terakhir
122
Pingsan
123
Pingsan Lagi
124
Melakukan Pemeriksaan
125
Baby Girl
126
Balas Dendam
127
Proses Penyidikan
128
Penanganan
129
Penangkapan
130
Memberi Keterangan
131
Interogasi
132
Memberi Keterangan 2
133
Ulang Tahun Ale
134
Bertemu Orang Tua Sekar Ayu
135
Bertemu Orang Tua Sekar Ayu 2
136
Ungkapan Hati Adi
137
Menjadi Saksi Sidang
138
Menjadi Saksi Sidang 2
139
Mitoni
140
Mitoni 2
141
Kontrol Kehamilan
142
Pengumuman Cerita Baru
143
Kala Rindu Melanda
144
Keresahan Adelia
145
Selamat Datang, Mbak Alka

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!