"Tadi kalau enggak salah Mama bilang mau umroh. Apa benar kita mau umroh bersama, Ma?" tanya Shasha.
"Insya Allah," jawab Ibu Dewi.
"Kapan, Ma? Biar aku bisa mengajukan cuti."
"Bagaimana kalau akhir Desember sampai awal Januari? Dita dan Nisa pasti sudah selesai ujian akhir semester. Kamu juga banyak libur di akhir tahun jadi enggak lama cutinya." Ibu Dewi menatap anak-anaknya bergantian.
"Sekalian syukuran Rendra lulus kuliah dan melewati pertambahan usianya di sana," lanjut Ibu Dewi.
"Ih, Mama curang. Masa kelulusan sama ulang tahun Kak Rendra dirayakan di sana," protes Nisa.
"Kebetulan saja pas momennya, Nis. Besok kalau kamu lulus kuliah dan mama ada rezeki, kita umroh lagi."
"Jangan suka iri, Nis. Nanti jadi penyakit hati," tegur Shasha.
Nisa mengerucutkan bibirnya.
"Rendra dan Dita nanti bayar sendiri saja, Ma."
"Shasha juga, Ma."
"Mama ada rezeki untuk kita berangkat umroh bersama sekeluarga. Simpan saja uang kalian untuk kebutuhan lainnya. Sejak papa meninggal, kita belum pernah pergi liburan bersama. Anggap saja kita beribadah sekaligus berlibur."
"Tapi, Ma, Rendra sudah menyiapkan tabungan untuk umroh," sela Rendra.
"Shasha juga ada tabungan, Ma."
"Mama kan sudah bilang simpan saja uang kalian. Biarkan mama yang menanggung semuanya mumpung mama masih mampu dan ada rezeki."
"Kalau begitu nanti ke Jepangnya biar Rendra sama Kak Shasha yang bayar, Ma. Ya kan, Kak?" Rendra meminta persetujuan Shasha.
Shasha mengangguk. "Iya, Ren."
"Nanti kita bicarakan lagi soal itu. Ini sudah siang, sudah waktunya kalian berangkat," tutur Ibu Dewi.
"Iya, Ma. Shasha juga sudah selesai." Shasha membawa alat makannya ke wastafel. Setelah itu dia mengambil tas kerjanya yang sudah disiapkan di ruang tengah.
"Shasha berangkat dulu, Ma," pamit Shasha. Dia mencium punggung tangan mamanya sebelum pergi.
"Hati-hati di jalan. Kalau lembur jangan lupa bilang mama," pesan Ibu Dewi.
"Iya, Ma. Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumussalam."
"Sayang, udah selesai makannya?" tanya Rendra pada belahan hatinya.
"Sudah. Sini piringnya, Mas," jawab Dita seraya mengambil piring Rendra untuk dibawa ke wastafel.
"Makasih, Sayang." Rendra tersenyum pada Dita.
"Rendra ke kamar siap-siap dulu, Ma," pamitnya pada Ibu Dewi.
"Iya."
"Nisa juga sudah selesai, Ma." Nisa membawa alat makannya ke wastafel.
Ibu Dewi mulai membereskan meja makan. Dita yang sudah selesai mencuci alat makannya berniat membantu.
"Sudah, biar mama saja. Kamu siap-siap sana. Kuliah pagi kan?"
"Iya, Ma. Kalau begitu, Dita ke kamar dulu."
Ibu Dewi mengangguk sebagai jawaban.
"Mas, nanti benar mau nungguin aku?" tanya Dita pada Rendra saat mereka di kamar.
"Iya, Sayang. Kebetulan aku butuh buku referensi tambahan. Jadi sekalian ke perpustakaan."
"Ke perpustakaan pusat atau teknik?"
"Teknik dulu, kalau enggak ada baru ke pusat. Nanti aku kabari, Sayang, jangan khawatir." Rendra mengelus kepala istrinya yang sudah tertutup hijab.
"Iya, Mas."
...---oOo---...
"Dita," panggil seseorang di dalam musala teknik.
Dita menolehkan kepalanya, dia terkejut melihat siapa yang memanggilnya.
"Kak Adel," gumamnya pelan. Dia tersenyum lalu mendekati Adelia.
"Assalamu'alaikum, Kak," salamnya sambil saling cipika cipiki dengan Adelia.
"Wa'alaikumussalam. Aku kangen sama kamu, Dita." Adelia memeluk Dita setelah saling mencium pipi.
"Aku juga, Kak." Dita mengurai pelukannya.
"Kak Adel, tumben ke kampus. Ada kuliah tambahan?" tanyanya.
"Enggak. Tadi ada jadwal bimbingan skripsi. Aku ingat kamu ada jadwal kuliah, makanya aku tunggu di sini," jawab Adelia.
"Ketemu Mas Rendra dong, tadi katanya juga mau bimbingan."
"Enggak. Kami kan beda dosen pembimbingnya."
"Oh ... Kak Adel sudah salat?"
"Sudah."
"Aku salat dulu ya, Kak. Setelah itu kita bisa ngobrol."
"Iya, kamu salat dulu saja."
Dita lalu beranjak meninggalkan Adelia untuk mengambil wudu dan salat Zuhur. Usai salat dan berdoa, dia kembali menghampiri Adelia.
"Kamu masih ada kuliah, Dita?" tanya Adelia.
"Enggak, Kak. Ini baru mau ngabarin Mas Rendra kalau aku sudah selesai. Tadi aku telat keluar kelasnya," jawab Dita sambil mencari gawainya di tas.
"Kamu terburu-buru mau pulang ya? Padahal aku ingin ngobrol sama kamu." Adelia terlihat kecewa.
"Enggak, Kak. Aku cuma ngabarin Mas Rendra dan tanya dia di mana. Aku juga bilang kok kalau ketemu Kak Adel. Tadi soalnya Mas Rendra bilang mau ke perpustakaan, cari buku referensi." Dita masih mengetik pesan di gawainya.
"Kita ke kantin saja yuk, Kak. Kebetulan aku juga lapar," ajak Dita kemudian.
"Ya udah, ayo ke kantin." Mereka bangkit dari duduknya lalu turun ke lantai 1, baru setelah itu pergi ke kantin.
"Kamu kok tumben sendirian, biasanya sama Bella."
"Dia lagi berhalangan, Kak. Tadi langsung pulang karena nanti jam 4 masuk kerja."
"Kerja di mana dia?"
"Di kafenya Mas Rendra. Kerja paruh waktu di sana. Lumayan bisa buat tambahan uang untuk bikin maket katanya." Dita tertawa kecil mengingat sahabatnya itu.
"Kalian sering ya dapat tugas begitu."
"Enggak juga sih, Kak. Tapi tiap semester pasti ada. Lumayan sih cukup menguras kantong kalau sering salah bikinnya. Bella kan anak kos yang harus bisa menghemat pengeluaran, Kak. Kalau mengandalkan kiriman terus juga tidak bisa."
Adelia menganggukkan kepala. "Dita, maaf, kalau boleh tahu kuliahmu itu yang bayar siapa? Apa Rendra?"
"Bukan, Kak. Kuliahku yang bayar ayah sama Mas Adi. Kalau keperluan harian dari Mas Rendra. Sebenarnya mau ditanggung Mas Rendra, tapi enggak boleh sama ayah. Kata ayah, kuliahku masih jadi tanggung jawab beliau. Ya sudah, akhirnya kita menurut saja."
"Kita mau duduk di mana, Kak?" tanya Dita saat mereka sampai di kantin.
"Di sana saja yang agak sepi," jawab Adelia sambil menunjuk ke pojok kantin.
Mereka kemudian berjalan ke meja yang ditunjuk Adelia. Siang itu kantin sudah tidak terlalu ramai karena sudah melewati jam makan siang.
"Kakak mau pesan makanan apa, biar sekalian aku pesankan?"
"Aku samain aja sama kamu."
"Aku mau pesan gado-gado, Kak Adel mau?"
"Iya, tapi enggak usah pakai ketupat ya."
"Oke, minumnya apa?"
"Air mineral dingin aja."
"Oke, aku pesankan dulu ya, Kak." Dita meninggalkan Adelia untuk memesan makanan dan juga minuman, sekaligus membayarnya. Setelah itu, dia bergabung kembali dengan Adelia.
"Dari tadi ngobrol, tapi lupa tanya kabar. Kak Adel, gimana kabarnya?"
"Alhamdulillah, kabarku baik seperti yang kamu lihat." Adelia tersenyum manis.
"Gimana ngajinya sama ustaz?"
"Alhamdulillah, semua bersemangat. Metode belajarnya menyenangkan. Dan juga ustaz-nya suka bercanda, jadi ya serius tapi santai."
"Alhamdulillah, aku ikut bersyukur dan bahagia, Kak." Dita menggenggam tangan Adelia.
"Terima kasih ya, Dita. Sudah mereferensikan beliau."
"Sama-sama, Kak."
"Arsen, adikku yang biasanya cuek aja selalu semangat kalau ustaz mau datang. Kami inginnya beliau setiap hari ke rumah. Tetapi beliau hanya bisa 4 kali seminggu. Awalnya cuma 3 kali, tapi papa merayu beliau akhirnya jadi 4 kali seminggu."
"Alhamdulillah sejak mengundang ustaz ke rumah, sekarang semuanya sudah mulai salat. Meski kadang masih bolong." Adelia mendesah.
"Enggak apa-apa, Kak. Biarkan semuanya berproses. Insya Allah, nanti juga akan bisa rutin salat 5 waktu."
"Iya, Dita. Setiap hari aku juga berdoa agar Allah benar-benar membuka hati mereka dan kembali menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya."
"Aamiin. Kakak juga tetap semangat ya belajar. Aura Kak Adel sekarang beda, terlihat lebih bersinar," puji Dita.
"Kamu bisa aja bikin aku ge er, Dita." Adelia tersipu malu.
"Aku serius, Kak. Beda saat pertama Kak Adel datang ke rumah sama Kak Bara waktu itu."
"Waktu itu kan aku baru patah hati."
"Apa berarti sekarang Kak Adel baru jatuh hati, jadinya makin bersinar auranya?" goda Dita.
Adelia tersenyum malu. Wajahnya memerah.
"Wah berarti benar ini tebakanku. Siapa yang sudah berhasil mencuri hati, Kak Adel?"
Adelia hanya tersenyum tanpa menjawab Dita.
"Apa jangan-jangan Mas Adi?" tebak Dita sambil menatap mata Adelia.
Mendadak Adelia jadi salah tingkah. "Maaf, Dita ...."
...---oOo---...
Jogja 260521 01.45
Cerita ini ikut kontes You Are A Writer Seasons 5, mohon dukungannya 🙏🤗
Jangan lupa jempol atau like-nya ya Kak setelah membaca. Terima kasih 🙏🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 145 Episodes
Comments
🍭ͪ ͩ𝐀𝐧𝐠ᵇᵃˢᵉՇɧeeՐՏ🍻☪️¢ᖱ'D⃤
Adel cepet dong kasih jawaban kasian tuh ama Adi ntar di tikung baru terasa
2022-07-16
2
¢ᖱ'D⃤ ̐𝙽❗𝙽 𝙶
aduh aku galfok kok Adel minta maaf ya bikin deg deg an aja deh plisss terima Adi dong 🙈
2022-07-16
1
🏘⃝Aⁿᵘ3⃣ ⏤͟͟͞R •𝕯• Kᵝ⃟ᴸ
jadi oenisirin...jawaban Adel apa yaa Yes or No nih..
2022-07-16
6