Taaruf 2

"Senpai Adi." Arsenio langsung menegakkan badan dengan sikap sempurna lalu membungkuk setengah badan, memberi hormat. Setelah itu dia menghampiri Adi, menjabat tangannya sambil tersenyum lebar.

"Arsenio, kamu sudah sebesar ini sekarang. Tadi waktu aku lihat foto keluarga itu kaya kenal, tapi aku enggak yakin itu kamu." Adi menepuk bahu Arsenio dengan senyum lebar.

Pak Lukman, Ibu Sarah dan Adelia terkejut melihat interaksi mereka berdua. Ternyata mereka sudah kenal sebelumnya. Bahkan terlihat sangat akrab.

"Adek, sudah kenal sama Mas Adi?" tanya Ibu Sarah dengan rasa penasaran.

"Kenal banget, Ma. Senpai Adi ini dulu yang melatih aku karate waktu SMP." Arsen masih terlihat antusias karena bertemu lagi dengan Adi.

"Dunia memang sempit ya, Ma," celetuk Pak Lukman.

"Iya, Pa." Ibu Sarah juga sependapat.

"Senpai, apa kabarnya?" tanya Arsenio pada Adi.

"Alhamdulillah, aku baik seperti yang kamu lihat. Gimana, masih sering latihan?" Adi merangkul bahu Arsenio.

"Sejak Senpai enggak melatih lagi, aku sudah enggak pernah ikut latihan," sahut Arsenio.

"Kenapa? Sayang loh padahal kamu bagus. Rendra yang sekarang sering melatih di Gelanggang, kamu ikut lagi aja. Ini tadi dia juga melatih di sana."

"Mas Rendra yang temannya Mbak Adel? Kok Senpai kenal?"

"Ya kenal baik. Istrinya Rendra kan adikku."

"Oh ... kenapa Senpai enggak melatih lagi?"

"Aku udah capek bekerja, hampir tiap hari lembur. Jadi kalau libur inginnya istirahat di rumah. Tapi, kadang aku latihan sendiri di rumah kalau ada waktu."

Arsenio manggut-manggut.

"Sudah Dek reuninya. Nanti lagi dilanjut. Mas Adi jadi berdiri terus gara-gara Adek."

"Iya, Ma," sahut Arsenio.

"Senpai, ayo kita duduk." Arsenio duduk di sebelah Adi. Dia masih tidak percaya bisa bertemu lagi dengan Adi.

"Jangan panggil senpai lagi, aku sudah bukan pelatihmu," pinta Adi.

"Enggak apa-apa, Senpai."

"Mbak, minum untuk Mas Adi mana?" tegur Ibu Sarah yang melihat Adelia masih terpaku melihat adiknya dan Adi yang sangat akrab.

"Astaghfirullah, aku lupa. Maaf ya Mas Adi." Adelia bergegas ke belakang untuk mengambil minum dan camilan yang tadi sudah dia siapkan di dapur.

Tak lama Adelia kembali ke ruang tamu diikuti dengan Mbok Sum yang membawa nampan minuman dan camilan. Setelah semua disajikan di atas meja, Mbok Sum kembali ke belakang. Adelia lalu duduk di samping mamanya.

"Mas Adi, silakan diminum dan dinikmati camilannya. Seadanya ya."

"Terima kasih, Tante. Malah jadi merepotkan." Mari Om, Tante, Adel, Arsen." Adi mengambil cangkir minumnya.

"Bismillah," ucap Adi sebelum menyesap minumannya.

Mereka semua kemudian minum dan menikmati camilan yang tersedia.

"Om, Tante, kedatangan saya ke mari, yang pertama ingin silaturahim dengan keluarga Om Lukman. Yang kedua, saya ingin taaruf dengan keluarga Om karena saya punya niat baik untuk meminang Adelia," kata Adi dengan serius setelah dirasa sudah cukup berbasa basi.

"Sekiranya Om dan Tante merestui niat baik saya, insya Allah minggu depan atau kapan Om dan Tante ada waktu, saya akan mengajak keluarga saya untuk berkenalan dengan keluarga Om, menindaklanjuti proses taaruf hari ini," lanjutnya.

"Terima kasih Nak Adi sudah bersilaturahim dengan keluarga kami. Tidak banyak pemuda yang mau langsung bertemu dengan orang tua wanita yang dia cintai menyampaikan sendiri niat baiknya. Saya sangat menghargai dan menghormati niat baik Nak Adi." Pak Lukman membalas Adi.

"Maaf kalau Om lancang bertanya, apa taaruf ini berarti Nak Adi ingin berhubungan dengan Adel? Maksud Om seperti minta izin untuk pacaran atau tunangan?" Pak Lukman menatap Adi dengan intens.

"Saya tidak akan berpacaran atau tunangan dengan Adelia, Om. Kalau proses taaruf ini lancar, insya Allah saya akan langsung melamar Adelia lalu menikah dengannya."

"Jadi tidak ada pacaran atau tunangan?" tanya Pak Lukman memastikan.

"Insya Allah, tidak ada, Om," jawab Adi tegas.

"Kenapa tidak pacaran atau tunangan dulu? Bagaimana proses kalian saling mengenal lebih dalam?"

"Nanti pacaran dan proses mengenalnya setelah menikah, Om. Saat kami sudah halal dan tidak berdosa saat berduaan."

"Kalau belum saling mengenal, bagaimana Nak Adi begitu yakin mau menikah dengan Adel?" Pak Lukman mengerutkan kening.

"Insya Allah, saya sudah minta petunjuk pada Allah melalui salat Istikharah, Om. Dan Allah memantapkan hati saya untuk menikah dengan Adelia. Karena itu saya ada di sini untuk memulai proses taaruf sebelum menikah," terang Adi.

"Seperti saya, Insya Allah Adelia juga sudah melakukan salat Istikharah. Saya datang menemui Om dan Tante karena Adelia setuju untuk taaruf," lanjutnya.

"Iya, Pa. Betul apa yang dikatakan Mas Adi." Adelia ikut menimpali, mendukung perkataan Adi.

"Kalau aku setuju Senpai Adi jadi suaminya Mbak Adel. Senpai Adi ini baik, Pa, Ma." Arsenio turut menyahut.

"Om dan Tante hanya bisa merestui, mendukung dan mendoakan kalian kalau memang sama-sama sudah merasa yakin. Om titip Adelia pada Nak Adi. Om harap Nak Adi tidak mengecewakan kami seperti calon Adelia yang sebelumnya."

"Alhamdulillah, terima kasih, Om, Tante, Arsen. Insya Allah, saya akan menjaga Adelia dan berusaha tidak mengecewakan Om dan Tante. Karena saya hanya manusia biasa yang bisa salah dan khilaf."

Pak Lukman tersenyum. Dia merasa salut dengan sosok Adi yang rendah hati dan tidak menyombongkan diri. Apalagi dari setiap ucapannya selalu menyebut asma Allah. Karena itu, dia yakin Adi mampu membimbing Adelia menjadi lebih baik lagi.

"Apa Nak Adi tahu kalau Adel sebelum ini pernah gagal menikah?" tanya Pak Lukman.

"Iya, saya tahu Om," jawab Adi.

"Sebenarnya sejak pembatalan pertunangan itu, om ingin Adel fokus kuliah dulu sampai S2. Tetapi kalau ternyata Adel sekarang sudah siap menikah, om bisa apa. Tidak baik kan menghalangi niat baik. Apalagi yang akan menikahi putri om itu sosok pria saleh seperti Nak Adi."

"Om terlalu berlebihan, saya hanya manusia biasa yang tak luput dari salah dan dosa. Kalau saya terlihat baik itu karena Allah masih menutupi aib saya." Adi kembali merendah.

"Mas Adi itu loh selalu merendah. Apalah kami ini kalau dibandingkan dengan Mas Adi," timpal Ibu Sarah.

Adi tersenyum. "Kita sama-sama hamba Allah, Tante. Kita setara di hadapan Allah."

"Mama jadi berasa ngomong sama pak ustaz ini, Pa," seloroh Ibu Sarah.

"Iya, ya, Ma." Pak Lukman menimpali.

"Saya masih fakir ilmu, jauh dari pada ustaz," sahut Adi.

"Oh ya, Nak Adi, proses taaruf ini seperti apa ya yang dibicarakan?" tanya Pak Lukman kembali ke pokok pembicaraan.

"Om, Tante, Adelia atau Arsenio boleh bertanya apa pun pada saya agar lebih mengenal saya," jawab Adi.

Pak Lukman manggut-manggut. "Kalau begitu, bagaimana kalau Nak Adi cerita tentang Nak Adi dan keluarga? Secara garis besar saja tidak perlu detail."

"Saya anak pertama dari dua bersaudara. Adik saya perempuan namanya Dita, sudah menikah dengan Rendra tahun lalu. Ayah saya bekerja sebagai ASN dan bunda ibu rumah tangga ...." Adi mulai menceritakan tentang dirinya dan keluarganya.

"Sepertinya keluarga Nak Adi cukup agamis. Apa bisa menerima Adelia dan keluarga kami yang biasa saja ini?" tanya Pak Lukman setelah mendengar cerita Adi.

"Insya Allah, Om. Seperti yang saya katakan tadi, kita ini sama di hadapan Allah. Soal amal ibadah itu urusan Allah. Sebagai sesama manusia, kita tidak berhak saling menghakimi. Saya datang ke mari juga atas restu kedua orang saya, jadi saya rasa tidak akan ada masalah," jawab Adi panjang lebar.

"Apa Nak Adi juga siap menerima Adelia dengan masa lalu dan segala kekurangannya?"

"Insya Allah, Om. Saya pun juga punya banyak kekurangan. Semoga nanti kami bisa saling menutupi kekurangan masing-masing."

"Aamiin," sahut Adelia.

"Mama gimana sama Nak Adi? Cocok apa enggak?" Pak Lukman menoleh pada istrinya.

"Mama sih cocok banget sejak mbak cerita soal Mas Adi." Bu Sarah tampak bahagia saat mengatakannya.

"Mbak, gimana? Sudah mantap sama Nak Adi?" Pak Lukman beralih pada putrinya.

"Insya Allah kalau Papa dan Mama merestui." Adelia menjawab sambil tersipu malu.

"Aku enggak ditanya, Pa?" Arsenio menyela.

"Adek kan tadi sudah bilang setuju jadi enggak papa tanya lagi."

Arsenio meringis, dia memegang tengkuknya, menutupi rasa malu.

"Jadi kapan Nak Adi mau memperkenalkan keluarganya?" Pak Lukman kembali menatap Adi.

"Kalau minggu depan Om dan Tante ada waktu, Insya Allah, saya akan datang dengan keluarga agar bisa saling mengenal."

"Mama ada acara enggak minggu depan?" tanya Pak Lukman pada istrinya.

"Kayanya enggak. Papa sendiri gimana?"

"Papa juga enggak ada."

"Kalau begitu minggu depan saja, Mas Adi," kata Ibu Sarah.

"Baik, Tante. Insya Allah minggu depan saya datang lagi dengan keluarga saya."

"Apa sekalian lamaran, Nak Adi?"

"Saya rasa belum, Om. Hanya perkenalan dua keluarga. Kalau untuk lamaran silakan nanti Om dan Tante yang membicarakannya dengan ayah dan bunda. Atau Om dan Tante ingin saya melamar sekalian minggu depan?" Adi menatap Pak Lukman dan Ibu Sarah bergantian.

"Lamarannya sebaiknya nanti setelah perkenalan saja, Pa. Kita kan juga harus memberi tahu keluarga lainnya tidak bisa kalau mendadak begini."

"Iya juga ya, Ma. Kalau begitu minggu depan kami tunggu kedatangan keluarga Nak Adi."

"Baik, Om."

...---oOo---...

Jogja, 310521 01.15

Cerita ini mengikuti kontes You Are A Writer Seasons 5, mohon dukungannya 🙏🤗

Kalau ada masukan, kritik dan saran yang membangun, boleh via kolom komentar, PC atau DM di instagram @kokoro.no.tomo.82

Jangan lupa ritual jempol atau like-nya setelah membaca ya, Kak. Terima kasih 🙏🤗

Terpopuler

Comments

¢ᖱ'D⃤ ̐𝙽❗𝙽 𝙶

¢ᖱ'D⃤ ̐𝙽❗𝙽 𝙶

Alhamdulillah lancar ya mas Adi 1000 banding 1 di dunia ini cowok macam Adi keren Thor👍👍👍

2022-07-17

1

🦈Bung𝖆ᵇᵃˢᵉ

🦈Bung𝖆ᵇᵃˢᵉ

mas adi ini beneran cowok idaman bgt

2022-07-12

1

kusgrisela

kusgrisela

akhirnya menuju lamaran 🤗🤗

2021-10-09

2

lihat semua
Episodes
1 Masa Lalu
2 Bimbang
3 Gelisah
4 Keputusan
5 Happy Family
6 Sebuah Jawaban
7 Kejutan
8 Meminta Restu
9 Taaruf
10 Taaruf 2
11 Pertemuan Keluarga
12 Persiapan Lamaran
13 Lamaran
14 A Brand New Day
15 Best Friends
16 Buka Bersama
17 Buka Bersama 2
18 Curhat
19 Jujur
20 Mengatur Rencana
21 Rentetan Pesan
22 Bertemu Calon Mertua
23 Menikah?
24 Perbincangan Malam
25 Alhamdulillah, Sah
26 Malam Pertama
27 Restu POV
28 Restu POV 2
29 Everything Is Gonna Be Okay
30 Akhir Cerita Cinta
31 Restu POV 3
32 Mulai Romantis?
33 Tertangkap Basah
34 Aishiteiru
35 Berbagi Tugas
36 Selalu Romantis
37 Double Date
38 Double Date 2
39 Merasa Pusing
40 I'm Still A Virgin
41 Masak Bersama
42 Mengidam?
43 Hormon Kehamilan?
44 Dimabuk Cinta
45 Drama
46 Your Wish Is My Command
47 Dinamika Kehamilan
48 Can We Start Now
49 Rutinitas Pagi
50 The Calm Before The Storm
51 You're Mine
52 Cemburu
53 The Storm
54 The Storm 2
55 The Storm 3
56 Siuman
57 Titik Terang
58 Terurai Satu Per Satu
59 Restu POV 4
60 Restu POV 5
61 Makcomblang?
62 Obrolan Santai
63 D-Day
64 D-Day 2
65 D-Day 3
66 Bulan Madu
67 Bulan Madu 2
68 Bulan Madu 3
69 Bubu
70 Ale dan Baba
71 Sang Pemenang
72 Family Time
73 Family Time 2
74 Family Time 3
75 Putusan
76 Lembaran Baru
77 Big Family
78 Kencan Pertama?
79 Ungkapan Cinta
80 Konsultasi
81 Welcome To The World Ale
82 Almair Syabil Daneswara
83 Menanti Sebuah Jawaban
84 Kupinang Kau Dengan Bismillah
85 Bude Lastri
86 Ikhtiar
87 Langkah Baru
88 Rencana ke Depan
89 Malam Pertama Lagi
90 Perempuan Lain
91 Bukan Yang Pertama
92 Bertemu Lisa
93 Siapa Yang Terpantas
94 Pasar Malam
95 Menemani Adelia
96 Test Pack
97 Garis Dua
98 Sensitif
99 Mengintil Kerja
100 Pertemuan Tak Terduga
101 Kejujuran
102 Teror?
103 Adaptasi Kebiasaan Baru
104 Sekar Ayu
105 Bedrest
106 Tamu Tak Diundang
107 Terjadi Lagi
108 Tak Seperti Kemarin
109 Layu Sebelum Berkembang
110 Laparoskopi
111 Pulang
112 Kehangatan Keluarga
113 Berdamai
114 Lebaran
115 Halalbihalal
116 Memulai Hal Baru
117 Merancang Masa Depan
118 Drama Tumbuh Gigi
119 Konfrontasi
120 Rekonsiliasi
121 Hari Terakhir
122 Pingsan
123 Pingsan Lagi
124 Melakukan Pemeriksaan
125 Baby Girl
126 Balas Dendam
127 Proses Penyidikan
128 Penanganan
129 Penangkapan
130 Memberi Keterangan
131 Interogasi
132 Memberi Keterangan 2
133 Ulang Tahun Ale
134 Bertemu Orang Tua Sekar Ayu
135 Bertemu Orang Tua Sekar Ayu 2
136 Ungkapan Hati Adi
137 Menjadi Saksi Sidang
138 Menjadi Saksi Sidang 2
139 Mitoni
140 Mitoni 2
141 Kontrol Kehamilan
142 Pengumuman Cerita Baru
143 Kala Rindu Melanda
144 Keresahan Adelia
145 Selamat Datang, Mbak Alka
Episodes

Updated 145 Episodes

1
Masa Lalu
2
Bimbang
3
Gelisah
4
Keputusan
5
Happy Family
6
Sebuah Jawaban
7
Kejutan
8
Meminta Restu
9
Taaruf
10
Taaruf 2
11
Pertemuan Keluarga
12
Persiapan Lamaran
13
Lamaran
14
A Brand New Day
15
Best Friends
16
Buka Bersama
17
Buka Bersama 2
18
Curhat
19
Jujur
20
Mengatur Rencana
21
Rentetan Pesan
22
Bertemu Calon Mertua
23
Menikah?
24
Perbincangan Malam
25
Alhamdulillah, Sah
26
Malam Pertama
27
Restu POV
28
Restu POV 2
29
Everything Is Gonna Be Okay
30
Akhir Cerita Cinta
31
Restu POV 3
32
Mulai Romantis?
33
Tertangkap Basah
34
Aishiteiru
35
Berbagi Tugas
36
Selalu Romantis
37
Double Date
38
Double Date 2
39
Merasa Pusing
40
I'm Still A Virgin
41
Masak Bersama
42
Mengidam?
43
Hormon Kehamilan?
44
Dimabuk Cinta
45
Drama
46
Your Wish Is My Command
47
Dinamika Kehamilan
48
Can We Start Now
49
Rutinitas Pagi
50
The Calm Before The Storm
51
You're Mine
52
Cemburu
53
The Storm
54
The Storm 2
55
The Storm 3
56
Siuman
57
Titik Terang
58
Terurai Satu Per Satu
59
Restu POV 4
60
Restu POV 5
61
Makcomblang?
62
Obrolan Santai
63
D-Day
64
D-Day 2
65
D-Day 3
66
Bulan Madu
67
Bulan Madu 2
68
Bulan Madu 3
69
Bubu
70
Ale dan Baba
71
Sang Pemenang
72
Family Time
73
Family Time 2
74
Family Time 3
75
Putusan
76
Lembaran Baru
77
Big Family
78
Kencan Pertama?
79
Ungkapan Cinta
80
Konsultasi
81
Welcome To The World Ale
82
Almair Syabil Daneswara
83
Menanti Sebuah Jawaban
84
Kupinang Kau Dengan Bismillah
85
Bude Lastri
86
Ikhtiar
87
Langkah Baru
88
Rencana ke Depan
89
Malam Pertama Lagi
90
Perempuan Lain
91
Bukan Yang Pertama
92
Bertemu Lisa
93
Siapa Yang Terpantas
94
Pasar Malam
95
Menemani Adelia
96
Test Pack
97
Garis Dua
98
Sensitif
99
Mengintil Kerja
100
Pertemuan Tak Terduga
101
Kejujuran
102
Teror?
103
Adaptasi Kebiasaan Baru
104
Sekar Ayu
105
Bedrest
106
Tamu Tak Diundang
107
Terjadi Lagi
108
Tak Seperti Kemarin
109
Layu Sebelum Berkembang
110
Laparoskopi
111
Pulang
112
Kehangatan Keluarga
113
Berdamai
114
Lebaran
115
Halalbihalal
116
Memulai Hal Baru
117
Merancang Masa Depan
118
Drama Tumbuh Gigi
119
Konfrontasi
120
Rekonsiliasi
121
Hari Terakhir
122
Pingsan
123
Pingsan Lagi
124
Melakukan Pemeriksaan
125
Baby Girl
126
Balas Dendam
127
Proses Penyidikan
128
Penanganan
129
Penangkapan
130
Memberi Keterangan
131
Interogasi
132
Memberi Keterangan 2
133
Ulang Tahun Ale
134
Bertemu Orang Tua Sekar Ayu
135
Bertemu Orang Tua Sekar Ayu 2
136
Ungkapan Hati Adi
137
Menjadi Saksi Sidang
138
Menjadi Saksi Sidang 2
139
Mitoni
140
Mitoni 2
141
Kontrol Kehamilan
142
Pengumuman Cerita Baru
143
Kala Rindu Melanda
144
Keresahan Adelia
145
Selamat Datang, Mbak Alka

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!