Di hari pertama sekolah, Yura Gracia merasa ada yang aneh di kelasnya daripada kelas yang lain. Hening, tidak ada pembicaraan apapun dari teman-temannya yang menatap lurus ke arah papan tulis seolah leher mereka terkunci pada satu titik. Aneh, pikirnya.
"Permisi,"
Yura menoleh ke arah pintu. Sekali lagi dia merasa aneh karena hanya dia yang menoleh, tidak dengan kawan-kawannya yang justru menulis di buku, tapi entah menulis apa.
Yura mendapati pria yang tadi mengucapkan permisi sebelum masuk kelas menghampiri mejanya.
"Kamu yang baru itu ya?"
"Iya," jawab Yura seraya tersenyum.
Pria seumuran dengannya mengulurkan tangan sebagai tanda perkenalan, "Darren." Dia ikut tersenyum juga.
"Yura."
Yura tetap saja risih karena teman-temannya malah menulis, sedangkan bel masuk belum berbunyi sedikitpun. Tidak mungkin mereka mengerjakan PR karena sekolah ini sangat ketat kedisiplinannya.
"Kenapa? Kok bingung gitu?" tanya Daren sebab melihat Yura kebingungan.
Yura mengangkat bahu lalu tersenyum tipis, "Apa perasaan aku aja kali ya. Mereka nulis apa sih?"
Darren menggeleng pelan, "Kurang tau. Sebentar ya, Aku mau taruh tas dulu." Dia berjalan ke belakang dan menaruh tas di meja. Lalu kembali di hadapan Yura.
"Kamu duduk di belakang sendirian?" tanya Yura yang diangguki Darren.
KRIIIIIINGGGG
"Woi, Yura! Molor terus kerjaan lo!"
Yura mengangkat kepalanya karena mendengar sahabatnya berisik.
"Ketahuan guru bisa abis lo nanti," katanya memperingati sambil duduk di sebelah Yura.
Yura mengucek matanya memastikan penglihatannya benar. Kok? Teman-temannya seperti biasa, tidak seperti tadi? Suasana kelas juga ramai banyak yang berbicara, tidak mencekam seperti tadi? Mereka... berbeda dengan apa yang dia lihat tadi.
"Aku ketiduran ya tadi?" tanya Yura dengan lagak polosnya.
"Iya lah. Kalau nggak dibangunin, bisa kena omel guru," jawabnya sewot.
Itu artinya, tadi ia bermimpi yang terasa nyata. Ia tertidur dan bermimpi disini, di kursinya sendiri. Ia juga tidak lupa kalau tadi bertemu dengan Darren, teman barunya. Namun saat ia menoleh, kursi tempat Darren menaruh tas tidak berpenghuni sendiri.
"Ngelamun terus... banyak utang ya lo?" tanyanya selidik.
Yura menggeleng cepat, "Enak aja." Akhirnya ia mengajak sahabatnya berbisik. "aku tadi mimpi aneh."
"Apaan? Jangan aneh-aneh deh."
"Aku mimpi di kelas ini tuh mencekam banget. Tapi cuma satu yang biasa aja kayak kita."
"Gue?"
"Bukan. Di mimpi itu kita kenalan, namanya kalau gak salah... Darren."
Amanda menutup mulut Yura sampai gadis itu tidak bernafas. Yura melepas tangan Amanda. "Sakit tau! Gak bisa nafas!"
"Lo tau dari mana nama keramat itu?" tanya Amanda membisiki telinga Yura.
"Aku kan udah bilang, tadi aku mimpi kenalan sama dia," jawab Yura. "sebentar, kamu bilang apa tadi? Nama keramat? Gimana maksudnya?"
"Di kelas ini ada pantangan, gak ada yang boleh sebut nama dia..." Amanda mengusap lengannya yang merinding.
"Darren?" ulang Yura.
"Sssttt, jangan diulang..." Amanda ingin sekali menyumpal mulut Yura agar tidak menyebut nama itu supaya yang lain tidak dengar.
"Kalau sebut namanya memang kenapa?" tanya Yura.
"Katanya sih bakal ada tragedi di kelas. Pernah katanya ada siswi yang nekat manggil dia, tiba-tiba badannya melayang terus kayak ditabrakin ke tembok sampai pingsan."
"Terus?"
"Ada juga yang sampai muntah darah."
"Tadi aku sebut namanya, gak ada apa-apa kan?"
"Eh?" Amanda baru sadar. "iya juga."
"Mitos kali."
"Peringatan ini udah ada sejak 2 tahun yang lalu."
Yura baru mencerna sesuatu. "Darren udah meninggal?" tanyanya terkejut namun dengan suara pelan.
"Ya iya, bodoh! Itu orang udah meninggal, lo mimpiin dia, gimana sih?" Amanda tidak tahu lagi ingin menimpa Yura dengan apa supaya otaknya tidak lemot. Dia juga kan punya kelebihan khusus, tapi sering tidak sadar dengan alasan; wujud mereka sama kayak kita. Yura menatap sekelilingnya yang tampak biasa saja, "Kok iya sih? Katanya bakal ada tragedi?"
"Ngaco kamu. Ini gak ada MOS?"
"Lo gak tau kalau MOS-nya malam?"
"Malam?"
Amanda mengangguk. "Aneh ya."
"Gak heran, disini banyak teka-teki."
Teka-teki yang harus dipecahkan pertama adalah, kenapa saat Yura menyebut namanya tidak ada kejadian mengerikan seperti yang dikatakan Amanda.
Ini akan rumit.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kharisma P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terbelenggu Kejahatan Komentar