Gara-gara Sesajen

Pukul 20.00

Setelah ishoma, para Aktivis mengumpulkan adik kelas baris di depan tenda untuk memberitahu peraturan dan cara mencari jejak. Ini bukan kemah dari ekskul pramuka, melainkan kemah untuk membentuk kekompakan supaya mereka bisa bekerja sama dan beradaptasi dengan baik. Yura tidak menggunakan headsetnya karena tahu kondisi. Amanda justru yang khawatir melihat Yura sudah malas seperti ini. Harusnya Yura tidak usah ikut saja daripada mood-nya rusak. Kalau mood-nya rusak, akan susah diajak bicara.

Setelah diberikan denah arah kemana saja mereka harus pergi, mereka dipersilahkan mencari lilin dan membawanya ke tempat awal.

Yura mengumpat dalam hati. Bagaimana kalau lilin mati dalam perjalanan? Apa mereka sudah gila? Memahami denah lebih sulit dari Fisika.

Amanda membolak-balikkan denahnya, "Ini liatnya gimana coba?"

Zoya membenarkan letak kertasnya, "Begini, Amanda."

Amanda mengangguk, "Ohh, gini. Lagian susah amat."

"Kamu tau jalannya, Ya?" tanya Yura.

"Iya, gue sama Reta dulu jadi anggota inti Pramuka. Gak lupa-lupa banget," kata Zoya.

Syukurlah kalau begitu. Setidaknya peluang mereka untuk nyasar lebih kecil.

Setelah lama berjalan, Zoya merasa ada yang aneh. "Ini jam berapa sih?" tanyanya sambil berhenti dan membalikkan badan. "Loh? Yura mana?"

Reta dan Amanda menoleh ke belakang.

"Eh anjr*t, serius ini kita di hutan." Amanda mulai panik. "Yura! Lo jangan becanda ah!"

Reta mencari di sekelilingnya, "Ini serius. Yura gak ada. Lo gak jalan sama dia, Man?"

Amanda menggeleng, "Lah dia bilang mau di belakang, biar jaga kita. Malah dia sendiri yang ngilang."

"Yaudah kita ke jalan tadi aja, siapa tau ketemu Yura," kata Zoya berusaha tenang. Setahunya, Yura itu orang yang bisa menjaga diri. Secara dia punya hadiah khusus dari Tuhan. Benar, dia harus yakin kalau Yura baik-baik saja.

"Balik, your head. Daritadi kita muter-muter doang," ujar Reta bertambah panik.

"Ya Allah, semoga umur hamba tidak sampai disini!" sahut Amanda ngasal. Dia merapalkan doa seolah tidak bisa kembali ke tenda dan pulang dengan selamat.

Kalau Yura saja bisa nyasar, berarti mereka sangat nyasar.

*

Disisi lain, Yura sengaja memisahkan diri dari mereka karena tidak sengaja menangkap adegan dimana Kakak kelas mereka dengan warga sedang melakukan ritual semacam pemberian sesajen di dua pohon yang merunduk.

Ritual yang menurut mereka bisa mengusir hantu, justru mendatangkan hantu bahkan dari yang jauh. Inilah pola pikir masyarakat yang salah? Harusnya membaca doa atau jaga adab. Kenapa repot-repot memberikan sesajen? Kurang kerjaan.

Setelah melihat mereka pergi, Yura mendekati pohon tersebut dan mendongak ke atas. Seperti biasa, penghuninya adalah perempuan berdaster kuning lusuh dan rambut berantakan. Mereka tertawa karena berhasil membodohi manusia. Tapi Yura jelas tidak bisa dibodohi. Dia bisa melihat mereka.

Langsung saja Yura menendang sesajen tadi sampai berserakan semua. Tentu para penghuni di pohon itu marah dan melayang turun ke arah Yura.

Yura sontak lari menghindar, ini lebih baik daripada martabat manusia dimata hantu jelek itu sangat rendah dan terkesan takut.

Tiga kunti tadi terus melayang sambil cekikikan mengejar Yura yang kesusahan karena jalur bebatuan. Salah satu Kunti jelek itu berhasil mendahului Yura dan berbalik menunjukkan wajah buruk rupanya tanpa mata dan gigi.

"Udah jelek! Berani nampakin wujud! Jurig gak tau malu!" hardik Yura tanpa takut.

Kunti tersebut langsung mencekik Yura dan mendorongnya ke pohon. Kaki Yura sudah tidak menapak pada tanah karena diangkat. Dua kunti yang lain terpaku dengan makhluk di belakang temannya. Aura hitam diselimuti cahaya biru mengelilinginya.

Yura sudah melihat Darren di belakang Kunti itu, tapi kenapa dia diam saja?! Bodoh! Kalau begini sama saja bikin dia ke akhirat!

"Dar— ren!" ucapnya tersengal karena dicekik lumayan lama.

Kunti tersebut membelalak dan spontan melepas cekikannya begitu mendengar ucapan Yura. Rautnya terlihat takut dan hendak kabur disaat yang bersamaan.

Yura terjatuh ke tanah cukup keras karena jarak ke bawah sekitar 1 meter. Ia meringis karena punggungnya terasa retak. Apalagi lehernya terasa sakit.

Darren menunjukkan wujud menyeramkan sampai Yura terduduk dan mundur bersembunyi diantara semak-semak.

Tiga Kunti tadi langsung menunjukkan sesajen yang ditendang Yura sampai tidak beraturan. Darren menoleh ke bawah, namun dia menatap mereka lagi. "Jangan ganggu dia."

Mereka menghilang seolah anak buah yang langsung nurut dengan majikan. Yura yang sedang sembunyi, lagi-lagi dikejutkan dengan kepala yang menggelinding di bawah kakinya. Tidak tahan lagi karena kepala itu menatapnya dan kedip satu kali, Yura berteriak nyaring, "AAAAAAAA!"

Aura hitam Darren lenyap begitu saja mendengar teriakan Yura. Dia langsung menemukan Yura berdiri sambil menunjuk-nunjuk kepala.

"Darren! Ini kepala siapa!" teriaknya takut.

Kepala itu mempunya wajah yang menyeramkan. Sudah melotot tanpa kedip ditambah mulutnya menyeringai dan mengeluarkan darah berwarna hitam bercampur belatung.

Yura mual. Bukan masalah wujudnya yang menjijikan, tapi bau bangkai menusuk sekali di hidungnya.

"Itu kepala korban tumbal disini."

Yura membelalak sempurna. "Apa?"

"Dia ditebas Adiknya, di tempat kamu berdiri," lanjut Darren.

Persetan dengan alasan dia mati, intinya Yura harus kabur dari sana daripada digentayangi hantu kepala.

"Ceritanya nanti aja, aku mau cari temanku."

Saat Yura sudah berlari, ia kesandung batu dan terjatuh di tanah. Dia memejamkan mata dan berteriak, "DARREN! Bukannya diusir kepalanya malah disitu doang!" omelnya sambil menangis.

"Dia gak akan bisa kemana-mana. Dia terkunci di tempat ini. Kita aja yang pergi." Darren mengulurkan tangannya di hadapan Yura. Yura menerima uluran tangannya tanpa protes.

Selang beberapa detik, datanglah Amanda, Reta, dan Zoya dari semak-semak. Amanda menjitak kepala Yura sampai gadis itu meringis. "Lo abis ngapain hah? Pake ngilang segala. Gue kira, lo diambil jurig tau gak!" cerocosnya seperti biasa.

"Untung tadi kita sempat dengar suara lo, Ra." Zoya menambahkan.

"Ternyata bener dari arah sini," sambung Reta.

"Aku yang mau ambil, Yura. Boleh ya?" ujar Darren yang suaranya hanya bisa didengar Yura.

"Ogah diambil jurig," batin Yura. Dia hanya menatap Darren dan tiga kawannya. "Tadi aku abis berantakin ini." Ia menunjuk ke bawah.

"Apaan tuh?" Reta menyenteri ke bawah. "kok ada bau menyan?"

"Pake minyak nyong-nyong kali lo," cetus Zoya.

"Lo kira gue mau jum'at-an pake begituan?" balas Reta.

"Ini apaan sih? Ada kelapa juga.." Amanda tidak tahu jelas karena sudah pencar-pencar.

"Itu sesajen dari warga."

"Lo ancurin?!" pekik Amanda. Apalagi saat Yura mengangguk santai, dia terlihat takut. "OMG! Terus hantunya makan apaan kalo gak ada sesajen?"

"Aku apa aja mau yang penting enak ." Entah kenapa Yura agak risih karena Darren terus menjawab padahal tidak ada yang tanya padanya.

"Hantu makan sesuka mereka. Kalau mau tahu pernah dimakan mereka, coba aja makanannya, agak basi berarti sudah dimakan. Tapi kalau belum basi, bisa dimakan."

***

Terpopuler

Comments

Seikatsu Zeitaku

Seikatsu Zeitaku

Terus Thor lanjoottt....!!!!

2020-08-26

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!