Cakra masih memperhatikan pisau yang diberikan Yura kemarin. Ia merasa tidak asing. Tapi dimana, ia lupa. Maklum saja karena umurnya sudah 25-an.
"Kurangajar!"
Cakra terlonjak saat wujud Kunti tiba-tiba muncul di depan wajahnya. Ia Memegangi dada karena takut jantungnya pindah ke ginjal lalu memastikan nafasnya tidak berhenti.
Sosok Kunti bernama Jeha yang masih koma di Rumah Sakit sudah lama mengikutinya karena dia ingin Cakra membantu mempertemukannya dengan mantan pacar yang membuatnya jatuh dari balkon rumah. Ya begitulah Jurig, sudah dibantu cari tahu sebab kematian malah cari masalah lain. Cakra mana tahu wujud mantan pacar Jeha.
"Berhenti muncul tiba-tiba. Mending kamu cari mantan kamu, terus bunuh dia. Kelar kan?" protes Cakra.
Jeha mengambil pisau tersebut sehingga orang biasa akan beranggapan melayang. "Kamu ahli bunuh orang ya?"
"Iya," jawabnya asal.
"Bunuh mantanku dong. Biar pro."
Cakra merebut pisau dari tangannya, "Jangan serius gitu."
"Aku kecewa." Jeha nampak memonyongkan bibir.
"Lebih baik kamu masuk ke tubuh kamu. Daripada nunggu dia yang gak tau dimana."
"He! Kamu kalo ngomong gampang. Aku cuma mau liat gimana dia sekarang. Habis itu ya aku pulang."
"Siapa tau pas kamu pulang ke Rumah Sakit, malaikat pencabut nyawa datang juga."
Jeha berkacak pinggang sambil mengambang 5 centi diatas lantai, "Manusia yang dikasih hadiah sama Tuhan kayak kamu emang kadang kurangajar sama makhluk rendahan."
"Lho? Kok jadi saya ya? Bukannya kalian, para Jurig yang kalo datang ke rumah ini gerombolan kayak tawuran? Niatnya sama, minta tolong. Habis minta tolong terus kalian balik ke akhirat, kita yang pusing."
"Dewi mana?" Jeha mengalihkan topik karena merasa terpojok kalau serba Jurig yang disalahkan manusia laknat macam Cakra.
"Dewi siapa? Hantu disini gak ada yang namanya Dewi." Cakra meletakkan pisau tadi di dalam laci yang terkunci.
"Yura kan kayak dewi-dewi di atas langit."
"Mbahmu..."
Jeha menatap Cakra bingung, "Mbah aku kok dibawa-bawa sih?"
"Yura mirip dewi dari mana? Dia normal manusia, makhluk hidup. Masih makan, minum, BAB. Sifatnya juga manusiawi, bisa marah, sedih, bahagia."
"Biasanya kamu gak jawab sepanjang Jalan Tol Cikampek deh. Kok tumben ya hari ini?" Jeha mendekati Cakra dengan melayang lalu duduk disampingnya.
"Kamu nolak bantu Hantu. Tapi Yura semangat tuh!"
"Yura udah terikat perjanjian sama Darren. Jadi mereka bisa dapat konsekuensi kalau gak menyelesaikan tugasnya."
Jeha menutup mulutnya, "Perjanjian apa sih?"
"Gak usah penasaran!"
"Galak!" teriak Jeha tepat di telinga Cakra yang memejamkan mata. "Diantara ribuan manusia, kenapa Darren pilih Yura ya?"
"Maksud kamu Yura gak mampu bantu Dia?"
"Bukan gitu."
"Ya gimana? Kamu juga gak kenal aku tiba-tiba minta tolong. Sama kayak mereka."
"Ngegas mulu, si Bapak! Tau ah! Pergi aja mendingan!" Jeha menghilang seperti kepulan asap dari hadapan Cakra.
"Daritadi peka gitu disuruh pergi. Masa harus ngomel dulu baru paham..."
Yura datang ke kamar Kakaknya untuk bertanya, "Gimana, Kak? Dapat residual energi gak?"
Namun Jeha datang lagi memeluk Yura. "Yura-kuuu! Kakak kamu dari tadi nyerocosss, marah-marah ke aku."
Cih, dasar pengadu!
Yura memang diagungkan oleh hantu-hantu di rumahnya, kecuali hantu air yang dulu di kolam renangnya. Yura bagaikan dewi yang bisa memecahkan masalah mereka. Beberapa hantu ada yang curhat ketika cintanya bertepuk sebelah tangan, tidak dapat makan dan minum, tidak bisa bersekolah, dan lain-lain karena wewenang Darren. Pusat Jurig itu memang terkadang membuat kesal seluruh semesta kalau sedang tidak waras.
Semua terserah dirinya, padahal nama "Pusat Hantu" itu dinobatkan karena dia hantu paling tampan walaupun sedang marah. Para hantu menyebutnya seksi jika Darren menampakkan wujud aslinya. Karena yang mereka lihat bukanlah tubuh hancur Darren, melainkan jiwa yang selagi ia hidup disebut sifat nyaris sempurna sebagai manusia yang diciptakan Tuhan. Aura kesabaran dan bahagianya sangat kental sampai hantu lain tidak mampu menolak permintaannya. Dari situlah, semua tunduk padanya.
Jadi itu bukan takdir, namun kesepakatan mereka. Ya tetap saja, mereka tunduk pada Sang Pencipta.
Mengenai kekuatan, itu bukanlah anugrah. Melainkan hanya sebagai bentuk perlindungan diri yang sudah diatur oleh leluhur.
Ngomong ape sih lu, Thor? Gue ga paham sumpah.
"Kak Cakra gak mungkin marah sama kamu," ujar Yura.
"Ha? Cakra gak pernah marah?" Jeha tidak percaya.
"Ke Aku pernah," jawab Yura sambil tersenyum pada Cakra.
"Gak. Aku gak pernah marah," sanggahnya. "Itu karena dia sembarangan bantu hantu model Darren."
Yura menunjuk Cakra, "Tuh liat kan dia marah lagi."
"Iya, bener... kalo aja aku punya HP, aku viralin Cakra biar gak ada hantu yang puja-puja dia." Jeha memprovokasi Cakra.
"Oohh, pantesan gak nikah-nikah..." gumam Yura. Ia berlari mencekik Cakra sampai mereka jatuh ke lantai, "Kakak ngaku! Jangan-jangan Kakak punya pacar Hantu ya?"
Bukannya kesakitan, justru Cakra merasa geli lehernya dipegang. "Ogah. Lepas dulu, Kakak mau ketawa tapi susah." Dia antara mau tertawa dan geli. Sulit dijelaskan.
Cakra memegangi kedua tangan Yura, "Kakak belum nikah karena perempuan yang Kakak suka udah meninggal."
"Apa?" Yura gugup karena mata Cakra berembun. Ia langsung berdiri dan minta maaf.
"Jangan suruh Kakak nikah. Susah buat ngelupain Dia, Ra. Aku juga masih muda."
"I-iya."
...ΩΩΩ...
Setelah mengetahui suatu hal tak terduga. Yura berdebat dengan Darren dan Jeha.
"Lepasin tangan kamu atau rambut kamu bakal aku buat botak!"
Leher Darren dipeluk dari belakang oleh Jeha karena dia baru bertemu Si Pusat Hantu a.k.a Darren.
"OMG! Ternyata kamu ganteng banget!" puji Jeha.
"Berhenti muji aku di depan Yura."
Jeha melepaskan tangannya dan terbang ke atas lemari, "Kenapa? Kalian pacaran?"
Darren berdecak lalu menoleh ke Yura, "Kamu kenapa, Ra?"
Yura tidak sengaja mengangkat tangannya dan kena wajah Darren. "Eh, maaf gak sengaja." Yura menangkup wajah Darren dan meniupinya pelan.
Jeha yang melihat itu langsung memupus impiannya untuk bersama Darren.
Darren menatap Yura.
"Kamu siapa?"
"Aku baru tinggal di sekitar sini. Kenapa sendirian?"
"Aku bukan hantu. Tapi kenapa orang-orang gak pernah liat aku walaupun aku ada disini?"
"Jangan khawatir. Sekarang aku akan terus main sama kamu." Mereka berjabat tangan dan scene seolah pindah tempat dimana Yura dan Darren menyetujui perjanjian di Kelas.
Yura menepuk kedua pipi Darren karena menatapnya tanpa kedip.
Darren mengerjap dan menarik bahu Yura, "Aku liat sesuatu."
"Apa?"
"Ternyata kita udah kenal dari kecil," ujar Darren.
"Mana mungkin. Aku ingat gak punya teman namanya Darren."
"Kamu pernah hilang ingatan?" tanya Darren dengan wajah melongo.
PLAK'
Jeha menendang punggung Darren hingga hantu itu terjungkal dari atas kasur.
"Beraninya kamu nendang aku!"
"Kalo kamu bilang dewi kita hilang ingatan, semua hantu disini bakal demo buat cabut jabatan kamu!"
"Aku kan nanya!"
"Nanya yang masuk akal! Kamu pasti gila karena belum tau sebab kamu mati."
"Ini setan bener-bener..." gumam Darren geleng-geleng kepala dan berdiri.
"Kamu juga setan." Yura hanya mengingatkan.
"Silahkan mau demo! Aku juga bisa perintah semua hantu buat nyerang Kunti. Hih, mati ditinggal cowok aja bangga!"
Tidak sabar. Jeha menjambak rambut Darren dan Darren merauk wajah Jeha. Mereka terlibat Kekerasan Dalam Alam Hantu (KDAH).
"Berhenti atau AKU PANGGILIN KAK CAKRA SUPAYA USIR KALIAN DARI SINI DAN GAK BALIK LAGI!" teriak Yura agak geregetan.
Mereka pun menerima hukuman dari Yura untuk dikurung di Gudang agar mau berbaikan.
BERSAMBUNG...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
MamiihLita
kocaq wkwkwkk
2021-04-17
1
~Sasha_76~
novel hantu tapi bikin ngakak😂
2021-01-23
2
🍷•🌙ᴮᴮ[Ħαźєℓℓι¢α ℓσяяαιиє]
Ngakak banget.....
2020-10-24
1