Setelah MOS diadakan. Hari sabtu nanti giliran acara Kemah untuk kelas sepuluh di Bumper dekat sekolah. Jadi ada jeda seminggu untuk materi perkenalan dari guru kelas.
Yura mengumpulkan kertas persetujuan acara kemah pada gurunya. Gurunya mengeryit, "Kenapa gak ikut?" tanyanya.
Bukan tanpa alasan dia tidak ikut kemah. Dari sekian acara, kemahlah yang paling ramai. Iya kalau ramai orang, ini ramai karena jurig.
"Maaf, Pak." Yura memasang wajah sok menyesal dihadapan gurunya.
"Tapi gimana ya? Ini acara wajib untuk semua siswa kelas sepuluh."
"Sejak kapan hukumnya wajib, Pak? Setahu saya yang wajib itu sholat."
Anak-anak yang lain tertawa kecil.
"Yura, tolonglah kamu ikut."
"Kasih satu alasan kenapa saya harus ikut kemah ini?" tanya Yura belagak sombong.
"Kamu kan dikenal punya mata batin, bisa bantu-bantu kalau ada yang kesurupan."
Memangnya dia pawang jurig, bisa usir hantu seperti Ed & Lorraine di film The Conjuring? Oh tidak bisa. Itu sudah kehendak-Nya. Siapa suruh iman-nya lemah?
"Kalau itu alasan, Bapak. Maaf, saya gak bisa ikut. Saya cuma bisa lihat, bukan ngusir hantu."
"Bukannya kamu bisa interaksi juga kayak di acara uji nyali itu?"
Yura menarik nafas pelan untuk bersabar. Orang kolot macam gurunya ini tidak tahu apapun tentang dunia hantu, jadi maklumi saja.
"Pak, dari sekian banyak hantu, saya cuma bisa nyentuh satu." Yura mengangkat telunjuknya.
"Kok gitu? Emang hantunya siapa?"
"Mister Darren," jawab Yura sambil senyum-senyum.
Mendadak angin semilir berhembus ke dalam kelas. Rambut Yura bahkan disapu angin lembut.
Pak Didi mendekat ke Yura, "Kamu tau kan disini pantang nyebut nama itu?" Wajahnya berubah cemas.
Yura tahu. Mereka diam karena takut akan suatu hal terjadi di kelas ini jika nama Darren disebut. "Saya dikasih tahu sama dia, katanya kalau saya yang panggil gapapa. Tapi kalau orang lain, dia ngamuk."
Pak Didi tersenyum lega ke murid-muridnya, "Alhamdulillah kalau gitu." Tapi dia bertanya lagi, "kamu gak pacaran kan sama hantu?"
"Saya masih waras," jawab Yura dengan datar.
"Yasudah, silahkan duduk."
Yura kembali ke kursinya. Sebelum itu ia melihat Darren duduk di kursi belakang yang sengaja dikosongkan, dia tertawa memekakkan telinga. Kalau saja dia manusia, pasti tawanya bisa memecahkan bohlam lampu dan jendela.
Amanda tertawa kecil melihat Yura komat-kamit karena diledek Pak Didi, "Lo ikut dong. Ntar gue sama siapa? Lo mau liat sahabat lo digodain hantu ganteng?"
"Nanti aku pikirin lagi."
"Yesss! Gitu kek dari tadi."
Yura tidak tenang jika sudah seperti ini. Dia punya kenangan buruk saat kemah SMP, dan dia sudah berjanji itu akan menjadi kemah pertama dan terakhirnya. Tapi sekarang, ada Amanda yang tidak bisa sendirian. Amanda itu penakut, sama seperti Feri -kakak kelasnya. Harusnya mereka diikutkan uji nyali saja di Sekolah, lalu lihat siapa yang nyerah duluan.
Yura mencium bau besi berkarat, "Manda, kamu nyium bau besi karatan gak?"
Amanda yang sedang mengerjakan soal langsung mengendus untuk memastikan, "Hidung kamu yang karatan kali."
"Sembarangan."
Sahabatnya menggeleng, "Gue gak nyium bau apapun selain wangi badan gue."
Yura yakin sekali mencium aroma karat besi karena sampai menusuk hidung. Hidungnya sampai nyeri dan tidak lama kemudian keluar darah segar.
"Yura, lo mimisan." Amanda menarik tisu dari dalam tasnya dan diberikan untuk Yura. "lo sakit apa gimana?"
Yura menyumpal lubang hidungnya dengan tisu, "Bau besi karatan, tajam banget."
"Masih nyium baunya? Gue kira lo bercanda."
Yura berdecak. Bercanda sebelah mananya. "Hidung aku kayak ketusuk gara-gara nyium baunya."
"Yaudah lo gak usah nafas dulu," ujar Amanda tanpa pikir panjang.
"You wanna me die?" tanya Yura datar.
"Gak deng, becanda." Amanda tersenyum dan minta maaf.
Prak! Prak!
Lampu tiba-tiba pecah membuat semua murid berhamburan keluar kelas. Mereka berteriak dari ujung ke ujung karena takut. Ada sebagian yang mengira perbuatan Darren, namun ada juga yang mengira korsleting listrik.
Yura yang hendak ikut lari ke luar kelas, kaki kanannya dipeluk oleh sosok menyeramkan. Wajahnya hancur, kakinya remuk dengan darah yang bercampur nanah, dan dikepalanya ada pisau yang menancap. Yura panik dan berusaha lari. "AAAAAAA!!!" Yura berteriak dan itu membuat Amanda kembali menghampirinya.
Suasana bertambah mencekam setelah Yura teriak, teman-teman yang lain dirasuki sosok hantu sampai ngamuk-ngamuk di lantai. Bahkan ada yang sampai mencakar tembok, beberapa yang tidak dirasuki membantu temannya agar tidak tercampur. Suara teriakan dan kepanikan bercampur menjadi satu di depan kelas, bahkan kelas lain ikut keluar untuk membantu mereka supaya sadar.
"Lo ngapain?!" tanya Amanda melihat Yura terdiam di tempat.
"Aku mau lari, tapi gak bisa! Ada yang meluk kaki aku!"
"Gue kan gak bisa liat! Gue harus gimana dong?!"
"Tarik aku!"
Amanda mengangguk dan menarik kedua tangan Yura, namun berat sekali rasanya padahal Yura itu enteng. "Lo berat banget, anj*it!"
Yura memukul-mukul hantu tersebut tepat di kepalanya. Hantu itu semakin erat memeluk kaki Yura.
"Lo katanya temenan sama Darren, lo panggil dia coba! Bilang ini, urgent !" Amanda sudah tidak sabar hendak keluar kelas. Bangku dan meja sudah berjatuhan di lantai, bahkan ada satu atau dua meja seperti dilempar ke dinding sampai remuk.
Darren, please, tolong...
Tidak lama kemudian, benda disekitar mereka berhenti berpindah tempat. Yura membuka matanya setelah meminta tolong dalam hati. Amanda sampai berjongkok, "Gue gak bakal mati sekarang kan?" tanyanya mendongak.
Yura menggeleng tidak tahu. Teman-temannya yang teriak-teriak akibat kesurupan juga sudah mereda. Sosok yang memeluk kakinya sudah tidak ada namun muncul bersama Darren yang bertarung dengannya. Dalam 5 detik, Darren berhasil memusnahkan hantu itu layaknya butiran pasir.
Darren berdiri di belakang Yura, "Kamu harus ikut kemah. Kalau teman-teman kamu dirasuki mereka lagi, cuma suara kamu yang sampa di aku." Setelah itu dia menghilang entah kemana.
Yura menyuruh Amanda berdiri dan keluar dari kelas. "Pak, gimana? Gak ada yang kesurupan lagi kan?" tanya Amanda.
"Sudah, nggak. Mereka tinggal istirahat aja di kelas sebelah. Kamu bantu saya beberes kelas ya?"
Keduanya mengangguk dan mengambil sapu.
"Ayo yang lain bantu Bapak beresin bangku sama meja!" perintah Pak Didi. Yang lain nurut dan sebagian masuk kelas dengan bulu kuduk berdiri.
Amanda bertanya disela-sela menyapu, "Tadi Darren datang ya?"
"Iya, dia bilang aku harus ikut kemah."
"Tuh kan. Dia sependapat sama gue!" sahut Amanda dengan bangga.
"Aku takut, Nda. Kamu inget kan kejadian pas SMP?"
Amanda mengangguk lemah, "Iya sih... tapi gue semaksimal mungkin selalu di samping lo. Bahkan dirantai kalau perlu supaya gak misah."
Yura berdehem saja. Pikirannya berkecamuk tentang dirinya dan kawan-kawannya. Mungkin ada baiknya dia ikut saja, siapa tahu keberadaannya bisa membantu karena Darren bilang demikian.
**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
MamiihLita
aaahh seneng deh nemu cerita horor yg seruu kya gini semangat
2021-04-16
2
Seikatsu Zeitaku
Ceritanya bagus, yang semangat ya!!!
2020-08-22
2