Patut Diselidiki

Selagi dirinya bermusuhan dengan Darren, Yura memanfaatkan waktu untuk berpikir.

Saat kecelakaan terjadi...

BRUK!

Aurel mendengar ada suara tulang yang retak di tangannya. Ia terguling ke atas mobil lalu jatuh di aspal.

"To... long..." Bibirnya berusaha bergerak meminta pertolongan. Tidak lama kemudian ada suara geluduk dan hujan deras turun membasahi tubuhnya.

Sebelum kesadarannya hilang penuh. Yura sempat mendengar langkah seseorang mendekatinya. Namun karena rintik air jatuh mengenai matanya dan sakit, matanya jadi terpejam.

"Ternyata perjanjian dengan anak kecil." Lalu ia tertawa remeh. Setelah pria itu menjauh dan kembali menjalankan mobil, Yura merasa ada yang tertarik dalam tubuhnya. Setelah itu ia pingsan.

*

"Ngelamun gak bikin lo kaya," ujar Amanda yang datang membawa secangkir susu coklat panas untuk Yura.

Yura pulang ke rumah Amanda sampai salah satu keluarganya datang. Ia tetap diam.

Amanda mendorong pelan tubuh Yura, "Heh! Budeg ya lo?!"

Yura tersentak. "Kenapa sih?" tanyanya heran.

"Ngelamunin apaan lo?"

"Nggak.." alibi Yura.

[Nada dering ponsel]

Yura bergegas mengambil ponselnya di saku celana. Matanya berbinar melihat nama yang tertera di layar.

Kak Cakra

"Halo, Yura? Kamu dimana? Kakak udah di rumah tapi gak ada orang."

"Aku di rumah temen."

"Kesini ya, Kakak tunggu."

"Iya."

Yura menengok ke Amanda yang sejak tadi mendekatkan telinganya di samping wajah Yura. "Nguping."

"Kakak lo ya?" tebak Amanda.

"Iya."

Amanda langsung teriak girang dan memeluk sahabatnya. "Syukurlah ada yang pulang."

Yura mengangguk.

Dia melepaskan pelukannya. "Berarti lo pulang sekarang dong? Yahh, gak bisa curhat-curhat lagi deh."

"Kapan-kapan kamu ke rumah aja."

"Pasti!"

Yura pulang sendiri dari keluar komplek sampai naik taksi. Begitu sampai di teras, ia lihat Kakaknya sedang duduk main HP. Banyak perubahan dari Kakaknya karena 3 bulan tidak bertemu, tapi syukurlah, semua baik-baik saja.

"Kak Cakra," panggil Yura agak gugup.

Cakra mendongak lalu memasukkan ponselnya ke saku belakang celana. "Pulang sendiri?"

Yura mengangguk singkat. "Ayo masuk."

Mereka jalan beriringan sampai ruang tamu. Barulah Yura ingat apa yang hendak ia katakan. "Kak, minta tolong kolam renang gak usah dikasih air."

Cakra mengeryit, "Kenapa?"

Karena ada hantunya. Namun yang terlontar dari mulutnya justru, "Aku gak pernah renang, capek nguras kolam tiap minggu."

Cakra menelisik mata Adiknya sekitar 5 detik hingga Yura kebingungan dengan sikap Kakaknya. "Ohh, ada hantunya..."

Yura tergagap. "Kakak kok—"

Pria itu tersenyum cukup lama sampai Yura sadar kalau Kakaknya itu mampu mendengar suaranya sekitar radius 200 meter.

"Lupa," ujar Yura setelah ingat.

"Kakak kasih pagar aja ya?"

"Terserah aja." Yura melangkah lagi menuju kamar, sedangkan Cakra menuju kolam renang.

Di kamar, Yura rebahan dan akhirnya tertidur pulas.

"Yura..." Suara Cakra menggema di kamar Yura yang pintunya tidak terkunci. "Yura." Dia memanggil Adiknya lagi.

Yura mengulet lalu duduk dengan malas, "Kenapa, Kak?"

"Bunda sama Ayah gak bisa kesini... kantor agak bermasalah," ujar Cakra yang membuat Yura kaget seketika.

"Gapapa kalo emang gak bisa," ujar Yura cukup mengerti. "Kolamnya udah dikosongin?"

Cakra mengangguk, "Udah."

"Makasih." Walaupun begitu Yura tetap senang ada satu keluarganya yang datang. Dia tidak kecewa. Sama sekali tidak. "Makasih udah datang sama kosongin air kolam."

Cakra tertawa. "Sama-sama." Dia mengalihkan pembicaraan. "Kamu masih bisa liat mereka (re: hantu)?"

"Masih."

"Jangan deket-deket apalagi percaya mereka ya. Mereka itu menipu. Derajat kita sebagai manusia lebih tinggi dari mereka."

"Maksudnya— Darren?!" Yura tidak sengaja menyebut nama Darren karena hantu itu muncul di belakang Kakaknya.

Cakra menoleh sinis.

"Teman kamu?" tanya Cakra seperti meremehkan. "Baru aja Kakak bilang jangan deket-deket."

Yura menggeleng cepat karena takut ada kesalahpahaman disini. Ia mengisyaratkan Darren untuk pergi, namun Darren tidak paham.

Cakra berdiri di hadapan Darren seolah melindungi Yura—adiknya yang sudah dibodohi hantu tengil seperti dia.

"Yura. Dia siapa? Bisa liat aku?" tanya Darren dengan polos.

Yura berdiri di tengah mereka. "Darren pergi sebentar. Kak Cakra tenang dulu."

Darren patuh untuk pergi sebentar. Yura mengatakan, "Aku mau pastiin kolamnya kosong apa gak."

"Silahkan."

Saat Yura melihat dari tepi kolam, ia menoleh ke Cakra, "Katanya mau dipagar juga..." Ia heran sendiri.

"Pagarnya gak kelihatan," ujar Cakra.

Yura mengangguk paham. Jadi, yang dimaksud Cakra adalah 'Pagar Buatan' yang dia buat namun tidak nampak a.k.a Pagar Ghaib

"Emang bisa?" tanya Yura.

"Bisa." Cakra menjawab mantap.

"Pakai apa?"

"Doa."

Yura tersenyum. "Kirain pakai ajian apa..." Lalu ia tertawa.

"Yura. Kamu ketemu dia dimana?" tanya Cakra.

"Darren?" Yura memastikan. Cakra mengangguk. Yura menjawab, "Di sekolah. Awalnya ada mitos gak boleh nyebut namanya karena pasti ada kejadian di kelas, kecuali aku."

Cakra tidak paham. "Kok gitu?"

"Waktu aku ketiduran di kelas, aku mimpi ketemu dia terus kita jabat tangan, janji buat saling bantu dan saling jaga."

"Kenapa begitu?"

"Dia mau tau kenapa dia mati. Aku juga butuh dia buat jaga aku dari hantu lain."

"Terus kenapa kamu kecelakaan?"

"Karena—" Tidak. Yura tidak boleh mengatakan, dalam hati sekalipun alasan dirinya kecelakaan.

"Karena apa?" Cakra sudah penasaran.

"Karena aku gak tengok kanan kiri pas nyebrang," alibi Yura.

Awalnya Cakra curiga melihat gerak-gerik Yura yang terkesan menyembunyikan sesuatu. Tapi karena alasannya begitu, dia percaya saja. Lagipula rahasia sekecil itu akan tercium baunya. Cakra tidak bisa dibodohi oleh Adiknya sendiri.

"Kak, kok bengong?"

Cakra menggeleng, "Kamu istirahat sana. Kakak juga mau istirahat."

Saat Yura membuka pintu kamar, alangkah sialnya melihat Darren lagi di balik pintu seolah sembunyi.

"Yura. Tadi siapa?" tanya Darren penasaran.

"Kakak."

"Kamu punya Kakak?"

"Punya lah."

"Namanya siapa?"

"Cakra."

"Dari namanya aja udah misterius. Kakak kamu gantengnya kelewatan, bisa liat aku lagi."

"Ya emang gantengan Kakak daripada kamu."

Darren komat-kamit tidak jelas.

"Oh iya. Sebelum aku pingsan, orangnya sempat keluar dari mobil."

BHUKK UHUK

Darren terbatuk mendengar ucapan Yura. "Terus kenapa gak nolongin kamu?"

Yura membenarkan pertanyaan Darren. Iya ya, harusnya dia menolongnya. "Tapi dia bilang ternyata perjanjian dengan anak kecil, gitu."

Darren justru tertawa, "Kamu dibilang anak kecil. HAHAHA."

Disaat Darren masih tertawa, Yura bertanya, "Menurut kamu aneh gak sih? Apa mungkin yang dimaksud dia itu perjanjian aku sama kamu."

Darren langsung berhenti tertawa. "Gak mungkin. Kan yang tau cuma aku sama kamu."

"Ada satu lagi."

"Siapa?"

"Sani." Yura bingung. Siapa pria itu dan darimana dia tahu kalau mereka ada perjanjian sedangkan yang tahu cuma mereka bertiga.

"Kamu masih ingat suaranya gimana?"

"Masih."

"Kalo wajahnya?"

"Aku gak liat wajahnya. Aku cuma liat postur badan dari belakang."

"Gimana, gimana?"

"Ya gitu, gak bisa dijelasin."

"Tapi kalo liat lagi bisa kan?"

"Bisa."

"Gapapa. Tiap kamu pergi, coba liat sekeliling kamu. Kayaknya dia ada di sekitar kamu makanya tau kita ada perjanjian."

"Hmm."

"Perjanjian untuk saling jaga..." Darren terkikik membuat Yura bergidik jijik.

"Perjanjian aku bakal bantu kamu cari tau alasan kamu mati. Sebagai gantinya kamu jaga aku."

"Itu artinya, dia tau aku gak ada disamping kamu makanya celakain kamu."

"Kok bisa pas ya?" Juga pas sekali Cakra datang tiba-tiba padahal dia bilang baru bisa ke Indonesia 3 hari lagi.

"Kakak kamu harus diselidiki," ujar Darren curiga.

Bersambung...

Wah wah, patut diselidiki nih😂

Terpopuler

Comments

🍷•🌙ᴮᴮ[Ħαźєℓℓι¢α ℓσяяαιиє]

🍷•🌙ᴮᴮ[Ħαźєℓℓι¢α ℓσяяαιиє]

lanjutin terus thor ceritanya bagus dan semakin menarik

2020-09-12

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!