Langkah Awal

SMA DUTA CAKRA

Gapura melengkung bertuliskan itu membuat Yura tanpa sebab merinding seketika. Dia melihat sekelilingnya yang padat aktivitas dari hantu yang bersekolah. Uniknya lagi di gedung yang sama.

Yura mengeryit ketika mendengar helaan nafas dari Kakaknya. "Kenapa, Kak?"

Cakra terkekeh, "Nama Kakak terkenal ternyata."

Yura baru sadar. "Iya ya."

"Ayo masuk." Cakra berjalan di belakang Yura agar melindunginya. Ia tahu hantu disini banyak yang tertarik dengan aura Yura. Padahal mau berangkat tadi, Yura bete karena Darren tidak boleh ikut dengan alasan ada Cakra yang bisa menjaganya. Tapi Darren bersyukur karena bisa leha-leha di rumah mumpung yang punya sedang pergi.

Jurig laknat, kalau kata Yura.

Pertama mereka menuju Ruang Kepala Sekolah. Cakra dan Yura duduk bersebelahan di sofa, sedangkan Kepala Sekolah terlihat sedang mencari sesuatu di meja kerjanya. Setelah menemukan apa yang dia cari, dia duduk sembari memberikan semacam berkas ke Cakra.

"Pak Rudi, gimana saya mau jadi pelatih kalau mereka terlibat banyak kasus di sekolah?" tanya Cakra bingung. Ia membolak-balikkan kertas, "Manjat pagar. Mencuri kertas jawaban ujian. Menyuap satpam untuk bolos. Tanpa keterangan 15 kali. Tidak mengikuti upacara sampai tuntas dengan alasan... sakit perut." Cakra membacakannya dengan keheranan. "Bapak gak pernah curiga dia sakit perut tiap upacara?"

Pak Rudi menghela nafas malas membahas anak berandal itu. "Dia cucu yang punya yayasan. Gak lulus 3 tahun karena gak pernah ikut UN."

Cakra melempar berkas tersebut ke meja, "Mau yang punya yayasan atau bukan, statusnya berubah jadi siswa disini."

Yura mengusap lengan Cakra, "Sabar, Kak..."

"Kakak udah sabar. Kakak 2 tahun jadi Ketua OSIS aja gagal menumpaskan kasus bullying. "

WOW. Ternyata Cakra pernah jadi Ketua OSIS disini.

"Makanya Bapak minta tolong sama kamu buat meng-kaderisasi siswa disini. Supaya mereka tertata dengan rapih," ujar Pak Rudi.

"Kita selesaikan dulu Tim Basket," ujar Cakra serius. Akhirnya, Cakra dan Yura berpura-pura menjadi murid disini dengan memakai seragam layaknya yang lain.

Mereka menjalani ini tanpa campur tangan para guru karena mereka saja menyerah menghadapi murid-muridnya. Kini Kakak-Adik itu hanya bermodalkan jiwa leadership dan kerjasama.

"Kamu ke ruang keamanan, terus umumin kalau semua siswa harus masuk kelas."

Yura tertegun, "Kalo mereka gak mau?"

"Kita pakai cara kedua supaya mereka kumpul di lapangan." Cakra menepuk bahu Adiknya, "Pastiin tangan kamu gak kenapa-kenapa."

"Iya." Yura mulai melangkah ke ruang keamanan sedangkan Cakra berkoordinasi dengan penjaga gerbang untuk menutup akses masuk dan keluar siswa, bahkan yang mau jajan diluar juga tidak diperkenankan.

Bagaimana? Keren gak mereka?

Ini serius, Thor.

Iya biar gak tegang-tegang amat.

Setelah masuk, Yura minta izin mengambil alih mikrofon yang terhubung di tiap koridor dan kelas.

"Pemberitahuan kepada seluruh siswa dan siswi SMA DUTA CAKRA untuk masuk ke kelas masing-masing karena ada Pihak Yayasan yang hendak mengevaluasi pembelajaran tiap kelas!" tegas Yura tanpa jeda.

Awalnya mereka acuh, namun mendengar "Pihak Yayasan" mereka bergegas masuk kelas.

Yura berterima kasih pada mereka lalu keluar untuk mengirim pesan pada Cakra.

Kak, selesai!

Send

Di tempat lain, Cakra langsung melanjutkan rencana kedua untuk bergantian ke Ruang Kontrol Keamanan sedangkan Yura mencari Tim Basket di lapangan gedung B.

Cakra memutar CD berupa film horor agar siswa tidak ada yang keluar dari kelasnya.

Yura diam-diam memanggil Darren untuk membantunya. Darren pun datang dengan cepat disampingnya. "Ada apa, Beb?"

Yura mencibir, "Mau mati dua kali?"

"Hehe.. gak lah."

"Kamu bisa liat gak Tim Basket lagi ngapain di dalam?" tanya Yura di depan pintu yang tertutup.

"Namanya Tim Basket ya jelas main basket, gak main Voli."

"Aku manggil kamu buat minta tolong, bukan buat nyari ribut."

"Misi apa sih? Aku gak tau nih."

"Tugas kamu itu matiin lampu yang ada di dalam."

Darren mengerutkan dahi, "Hih, curang."

"Udah sana, nanti aku masuk kok."

"Wahhh! Kamu gak tau ya kalo matiin lampu butuh energi banyak?" Darren berkacak pinggang.

"Tenang... Kak Cakra sediain makanan banyak."

"Bener ya...?"

"Iya." Dasar tukang makan! Minta tolong matiin lampu aja gak ikhlas!

Darren berdecak, "Bilang apa tadi?" Namun ia langsung masuk saat Yura hendak memukul kepalanya dengan tangan. Cewek sekarang kasar-kasar! Dia mengomel dalam hati.

...ΩΩΩ...

Ketua Tim bernama Rendra Prayoga memiliki paras tampan dan tinggi ideal. Dia cucu pemilik yayasan yang punya watak otoritas, yakni mudah mengklaim bahwa sekolah ini adalah miliknya, jadi dia berpikir bebas melakukan apa saja.

Namun apapun wataknya, jika sudah merugikan orang lain, Yura harus memperingatinya dengan cara apapun bahkan bisa ekstrem.

Kali ini Yura akui Darren berguna. Biasanya hantu itu nglayap entah kemana saat dibutuhkan.

Saat lampu dimatikan, semua tim terkejut.

"Apa-apaan ini?!" Mereka jelas kebingungan bahkan ada yang menyembur air saat minum.

Disaat itulah Yura masuk dan mengendap masuk ke ruang kontrol lapangan. Biasanya ruangan itu digunakan saat pertandingan dan siaran langsung di channel sekolah.

Setelah berdehem, Yura meletakkan tape recorder dan menaruhnya dekat mikrofon.

LAKUKAN APA YANG MAU KALIAN LAKUKAN SELAMA ITU POSITIF. MAAF KARENA LAMPU DIMATIKAN. UNTUK RENDRA DAN TEMAN-TEMAN, SAYA MOHON UNTUK TIDAK MERUNDUNG SISWA LAIN. SAYA TAHU KAMU CUCU PEMILIK YAYASAN, TAPI KAMU HARUS LULUS DAN BAHAGIAIN KAKEK KAMU, BUKAN CARA SEPERTI INI. SELAMAT! UNTUK KEMENANGAN TIM BASKET KEMARIN. SELAMAT JUGA, UNTUK MENJAGA SMA DUTA CAKRA.

Setelah ia nyalakan lampu, Darren berjalan di samping Yura sambil high-five karena berhasil membuat mereka tercengang.

"Eh bentar." Yura kebelet buang air kecil. Ia langsung ngacir ke toilet.

Darren lantas menunggunya di tempat tadi.

"Darren? Kok disini? Yura mana?" Cakra hadir dari samping koridor. Dia sudah mengkontrol siswa-siswi agar tidak keluar kelas sampai film selesai. Diakhir video ia tambahkan kalimat mutiara agar jangan mengabaikan bullying.

"Yura lagi pipis. Yura manggil, jadi aku kesini. Maaf ya, Kak."

"Ohhh gitu, gapapa. Gimana tadi? Lancar?"

Darren nganga, "Lho? Kok?"

"Suara kalian kedengeran karena kurang dari jarak 200 meter," ujar Cakra.

......●●●......

Yura menuntaskan aktivitasnya di toilet, lalu mencuci tangan di wastafel. Telinganya yang biasa mendengar bisikan minta tolong dari makhluk tak kasat mata jadi terbiasa. Toilet tempat mereka, jadi... dia tidak betah.

T...o...lo...ng...

Yura berhenti dan mencerna suara perempuan dari dalam toilet yang pintunya tertutup.

Crekk...

"Ya ampun! Kaget aku!" Ternyata Yura menginjak sebuah... test-pack di depan pintu kloset. Dia tidak tahu arti dua garis merah karena sebelumnya belum pernah pakai. Lantas ia cari di google.

Setelah mengetahui artinya, Yura mendorong knop pintu perlahan sampai matanya melotot sempurna.

Bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!