Sebagai teman baru, Sani wajib membantu Yura untuk mencari tahu sebab Darren meninggal. Disinilah mereka, di rumah Yura untuk rapat tentang misi layaknya (sok) detektif.
"San, kamu jadi beliin aku sepatu kan?" tanya Darren yang muncul dari atap.
"Iya nanti," ujar Sani seraya tersenyum meyakinkan.
"Lain kali gak usah janji. Hantu itu suka nagih, kayak rentenir." Yura menimpali dengan tatapan sinis ke mereka.
Darren mencebik, "Iya emang kamu pelit."
Yura mendelik tajam ke atas, "Emang semua hantu cuma bisa nuntut. Tuh buktinya."
Sani bingung kenapa mereka jadi berselisih. "Ehhh, udah-udah."
Darren turun dengan melayang, "Marah-marah mulu. Tuh liat aura kamu jadi merah."
"Berisik!" tukas Yura sambil pergi.
Sani memegang kepalanya yang pusing mendengar mereka bertengkar. "Pusing juga ya."
"Lagi sensitif dia akhir-akhir ini."
"Mungkin PMS," tebak Sani.
"Iya kali. Aku mau bicara sama Yura sebentar."
"Sekalian aku izin liat-liat rumah ini ya? Kayaknya di belakang ada kolam renang."
"Iya sana." Darren dan Sani akhirnya pergi ke tempat berbeda.
Saat Darren menembus pintu, Yura terlihat berdiri menghadap ke luar jendela sambil menyilangkan tangan. Auranya masih merah, namun agak meredup. Tidak menyala seperti tadi. Itu artinya amarah Yura sudah mereda. Kemungkinan gadis itu mencabik-cabik wajahnya yang tampan berubah jadi 40%.
"Yura, kamu PMS?" tanya Darren curiga. Jangan-jangan memang benar dia PMS.
"Gak."
"Kata Sani," imbuhnya pelan.
"Aku mau keluar," ujar Yura izin ke Darren walaupun dia tuan rumahnya.
Darren mengangguk, "Aku izin tiduran." Sementara Yura pergi, Darren teringat sesuatu, "Oh iya! Nanti malam jadi jurit malam di sekolah gak sih?" Dia bertanya, namun Yura terlanjur pergi. Ya sudah dia susul saja ke belakang.
Di sisi lain Yura dan Sani tengah merendam setengah kakinya di kolam sambil berbincang. Sani menoleh ke belakang ketika mendengar helaan nafas kesal dari Yura.
"Kenapa, Ra?" tanya Sani seraya tersenyum.
"Biasa... emang akhir-akhir ini banyak masalah. Jadi agak pusing, ditambah emosinya naik turun," terangnya jujur.
"Mumpung masih 18 tahun kita harus dicecar masalah. Kalau gak sekarang, kapan lagi kita berpikir dewasa?"
Yura tertawa kecil, "Iya benar." Selang beberapa detik, ia mencium aroma sesuatu dari sekitarnya. "kamu nyium bau sesuatu gak?"
"Nggak," jawab Sani sambil menggeleng.
"Bau lavender..."
SREKK'
Kaki Sani dan Yura ditarik bersamaan oleh sosok hantu berbeda dari dalam air hingga mereka tercebur bersamaan namun dengan kedalaman seolah berbeda. Tangan mereka hendak berpegangan namun tidak dapat menjangkau seperti ada yang mendorong kepala mereka makin dalam.
Sani tidak bisa berenang. Dia hampir kehabisan oksigen karena air sudah masuk ke paru-parunya. Sedangkan Yura yang agak bisa berenang langsung melawan dengan menarik rambut hantu itu hingga cekalan di lehernya terlepas. Tidak sampai disitu, Yura juga menendang perut hantu air dengan keras sampai agak menjauh.
Darren yang baru sampai lalu langsung melihat Yura dan Sani berada di tengah air langsung ikut turun. Anggap saja dia tidak akan basah sedikitpun karena berwujud roh. Dia bingung hendak menyelamatkan yang mana. Dilihatnya Sani yang sudah tidak berdaya ketimbang Yura yang masih melawan hantu air, akhirnya dia menyelamatkan Sani dahulu.
Yura yang melihat Darren mendekati Sani hanya termenung di tempat. Kenapa Darren menyelamatkan Sani? Siapa yang lebih dulu kenal? Kan dia. Lalu kenapa justru Sani yang diselamatkan?
Setelah berhasil membawa Sani ke tepi dengan melayang. Tanpa disadari kedua kaki Yura ditarik lagi oleh hantu tadi ke dasar air. Kalau saja tidak ada jurig, maka kedalaman air hanya 1,5 meter. Karena ada jurig-lah yang membuat dasar kolam seolah tak terhingga dan semakin dalam seperti palung.
Yura berusaha berontak dengan nafas yang tersengal-sengal. Kakinya ia hentakkan ke bawah mengenai kepala hantu itu. Yura rasa itu adalah hantu tercantik yang pernah ia lihat, namun sayang memiliki taring pendek dan bola matanya warna merah darah. Plis ini bukan vampir.
Tiba saat Darren mencekal tangan kedua hantu itu dan menyuruh Yura naik ke atas. Hantu yang menyerang Sani kembali muncul dan mencekik Yura.
Darren mencekik hantu itu sambil menunjukkan wujud aslinya yang menyeramkan. Dia juga mengancam akan memusnahkannya ke neraka lalu menendang tepat di bagian dadanya sebelum akhirnya lenyap bagaikan asap.
Tidak sampai disitu. Darren juga melepas cekikan roh yang hampir membuat Yura mati di dalam air. Dia langsung membuat perisai berbentuk separuh lingkaran dengan cahaya layaknya berlian yang dipantulkan sinar matahari, sangat terang sampai roh tadi kesakitan dan hilang.
Walaupun Darren telah menyelamatkannya, tetap saja ia masih kesal karena Darren mengutamakan Sani ketimbang dirinya. "Dasar jurig baj*ngan," batin Yura mengumpat.
Setelah naik ke tepi dan berdiri sempurna. Yura hendak langsung ke kamar untuk berendam. Hal itu membuat kekhawatiran Darren bertambah, makanya dia menahan tangan Yura.
"Kamu gapapa?" tanyanya khawatir dengan wujud biasa. Tidak basah.
Yura menepisnya dengan halus alias mengabaikan Darren. Namun Darren tidak puas dan menghadangnya.
Sani sudah duduk dan melihat mereka seperti salah paham. Dia kira Yura marah karena Darren menyelamatkannya dulu, tapi memang benar kok. Hampir saja nyawanya melayang karena hantu tadi, hufftt.
"Yura. Aku tanya, kamu gapapa?" ulangnya lagi.
Yura bersikeras menerobos Darren, namun ia lupa bahwa Darren tidak bisa ia tembus. Akhirnya dia berjalan lewat jalan lain.
Darren mengejar Yura, "Yura. Jangan bikin aku khawatir!"
Yura berbalik secara tiba-tiba membuat Darren sedikit mundur. "Kalau kamu khawatir sama aku. Harusnya kamu nyelamatin aku dulu."
Sani merasa tertohok begitupun Darren. Darren tidak bermaksud mengalihkan prioritasnya, dia menyelamatkan Sani karena Sani tidak bisa melawan hantu tadi.
Darren yang hendak menjelaskan jadi urung karena Yura sudah masuk dan kemungkinan... akan menjauhinya karena kesalahpahaman ini.
Sani mendekati Darren, "Maaf. Aku gak bermaksud bikin kalian berantem."
Darren mengangguk singkat seolah mengatakan tidak pa-pa padahal hatinya berkecamuk memikirkan Yura.
"Aku mau keringin tubuh, habis itu pulang. Tolong nanti sampaikan ke Yura."
Lagi-lagi Darren hanya mengangguk.
**
**Dialog antar tokoh :
Yura : Habitat kamu di kelas, ngapain kesini?
Amanda : Galak bener lo, Ra. Pantesan hantu pada takut sama lo.
Darren : Tuh dengerin Amanda... kamu itu marahnya melebihi hantu marah.
Yura : (ngelempar sandalnya ke Darren) Ya udah sana minggat.
Darren : Sebagai hantu yang baik, aku ikutin apa kata kamu daripada diusir**.
Gimane yak?
Yura kagak cemburu, cuma dia marah karena Darren nyelametin Sani duluan. Sedangkan kan yang pertama kenal itu Yura. Yang bantu ganti image Darren jadi baik di sekolah juga Yura. Tapi kenapa Sani??? Gitu lhooo.
Nah si Darren kan nyelametin Sani karena dia udh gk berdaya.. udh gk bisa ngapa"in lah intinya.
Si Sani jadi ngerasa gak enak juga.
Yahhh, gmn dong beb?😢😢😴
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
MamiihLita
yuraa sukaa yaa sama daren hee
2021-04-16
1